NovelToon NovelToon
Dunia Dalam Mimpi

Dunia Dalam Mimpi

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lekyusi Dj

Mimpi dan dunia nyata adalah hal yang berbeda. Tetapi bagaimana jika ada dunia di dalam mimpi? Seperti yang dialami oleh Devalina, takdir hidupnya seperti sebuah lelucon. Wanita yang terlahir dengan penuh kesempurnaan, kini harus menemukan letak ketidaksempurnaan dalam hidupnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lekyusi Dj, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAGIAN 12 SIKAP YANG BERBEDA

Aku enggak bakal nyangka kalau takdir membantuku, di depanku berdiri Roland dengan wajah terkejutnya.

“Kayaknya dewi fortuna lagi di pihak aku ni. Kebetulan banget aku bisa ketemu dia disini.” Kataku dalam hati

“K-kalau enggak keberatan aku boleh minta tolong lagi nggak kak?” Tanyaku

“I-iya boleh, mau minta tolong apa?” Tanyanya berusaha membuat situasi normal kembali.

“Itu ada satu buku lagi yang ingin aku ambil, tapi bukunya ada di deretan paling atas.” Kataku

“Yang mana? Biar aku bantu ambil.” Jawabnya

“Yang disamping buku yang kak ambil tadi.” Jawabku

Roland mengambil bukunya lalu memberikan buku itu kepadaku.

“Makasih ya, untung ada kakak. Jadi aku enggak usah repot-repot ambilnya.” Kataku

“Iya sama-sama. Ngomong-ngomong kamu suka ya baca buku kayak gitu?” Tanyanya

“Enggak juga, ini baru pertama kali aku mau baca. Bukunya kelihatan menarik jadi aku pengen baca aja.” Jawabku

“Menarik kok bukunya, aku juga pernah baca bukunya.” Jawab Roland

“Ohh ya? Baguslah kalau menarik, jadi nggak sia-sia aku pilih buku ini.” Kataku

“Ohh iya kalau boleh tau nama kakak siapa ya?”Tanyaku

“Kenalin aku Roland, kalau kamu siapa?” Tanya Roland

“Aku  Devalina.” Jawabku

“Nama kamu cantik, kayak orangnya.” Kata Roland

Aku pura-pura tersipu mendengar jawabannya.  Dulu saat mendengar kata-katanya membuatku tersipu malu,

tetapi sekarang rasanya mau muntah. Jijik sekali rasanya dibilang cantik oleh orang bre*sek.

Aku memperhatikan buku yang dipeganginya, itu buku tentang bisnis. Memang dari dulu dia sangat gigih dalam mengembangkan bisnis yang baru dikembangkannya. Jadi tidak salah jika dia akan membaca buku seputaran bisnis dan terbukti di masa depan dia berhasil menjadi seorang CEO.

“Kakak belajar bisnis ya?” Tanyaku

“Iya, aku lagi berusaha buka usaha gitu. Masih pemula sih, makanya aku masih harus banyak belajar tentang dunia bisnis.” Katanya

“Kakak keren loh, padahal masih muda tapi udah pikir untuk buka bisnis sendiri.” Kataku memujinya

“Bisa aja kamu, ini juga masih mau belajar. Mungkin aja nanti enggak bakal berhasil, apalagi buka usaha sendiri tu enggak gampang.” Katanya

“Aku yakin kakak nanti bakal berhasil kok.” Kataku

“Amin, semoga aja ya.”

Perbincangan kami terpotong saat Endro memanggilku.

“Ohh iya kak, aku harus pergi dulu. Adik aku udah manggil aku.” Kataku pamit.

Aku berjalan menuju Endro sambil berharap Roland akan menghentikanku dan meminta nomorku.

“Ehmm, Devalina aku boleh minta nomor kamu?” Tanyanya

Binggo

“Akhirnya dia masuk juga di perangkapku” Kataku dalam hati sambil tersenyum licik.

“Ohh iya boleh kak, ini nomor aku.” Kataku

“Nanti aku hubungin kamu ya.” Katanya

Aku menganggukan kepala lalu berjalan menuju adikku.

“Siapa tu kak?” Tanya Endro

“Ada deh, kamu anak kecil jangan suka kepo sama urusan yang lebih tua.” Kataku

“Dibilangin aku bukan anak kecil, tapi masih aja kak manggil aku anak kecil.” Kesalnya

“Ya emang gitu kenyataannya anak kecil.” Kataku menggodanya.

“Tau ahh, kakak nyebelin.” Katanya merajuk

“Ututututu, adik kecil kakak lagi merajuk ya?” Godaku

“Siapa bilang? Udah lah, ayo kak. Kak Delon udah nunggu kita di kasir loh dari tadi.” Kata Endro

Dia menarik tanganku lalu kami bergegas ke kasir untuk membayar barang belanjaan kami.

Delon masih terlihat dingin dan tidak banyak bicara padaku. Tetapi dari gelagatnya sama Endro, sepertinya sikap dia agak berbeda.

“Apa iya dia punya 2 kepribadian?” Curigaku

“Kak ngapain melamun? Hobi banget melamun, itu antrian di belakang panjang loh kak. Cepatan bayarnya.” Kata Endro

Aku melihat orang-orang yang menatap kesal kepadaku. Aku meminta maaf lalu membayar buku yang aku beli.

Kami keluar dari toko buku dengan masing-masing membawa kantongnya sendiri.

“Ayo kita pulang” Ajakku

“Ha? Pulang kak? Baru juga kita keluarnya kak, ini kita belum makan loh kak. Terus juga aku belum puas jalan-jalannya.” Kata Endro

“Ya tapi kakak capek mau pulang dek.” Kataku mencoba membujuknya.

“Tapi aku lapar loh kak, tadi kan belum sempat makan di rumah.” Katanya dengan muka sedih.

“Kita makan dulu, kasihan adik kamu belum makan.” Kata Delon

“Kami bisa makan berdua aja sebentar setelah pulang antar kamu.” Jawabku kekeh ingin pulang.

“Tapi aku laparnya sekarang kak, tuh dengar kan bunyi perut aku.” Kata Endro

Aku melihat wajah Endro yang penuh harap.

“Sebenarnya malas banget kalau harus makan bareng sama kamu.  Tapi karena adek aku udah kelaparan ya udah deh aku ngalah aja. Kita makan dulu baru setelah itu pulang.” Kataku dengan terpaksa.

“Yess* makasih banyak kak.” Kata Endro semangat

Endro berjalan lebih dulu dan Delon menyusulnya dari belakang. Tapi sebelum dia melangkah jauh, aku memegangi tangannya. Dia menatap ke  arahku lalu ke arah tangan kami berdua. Aku melepaskan tangannya dengan canggung.

Dia melihatku dan seolah-olah mengatakan “apa?”

“Kenapa adek saya bisa sedekat itu sama kamu? Kamu pasti meracuni otak dia kan?” Tuduhku

“Ada bukti?” Jawabnya singkat

“Y-ya buktinya itu tadi. Dia enggak biasanya nyaman sama orang asing. Terus juga dia ngotot banget pengen makannya sekarang, ya otomatis itu karena dia pengen makan juga sama kamu.” Jelasku

“Tanyakan pada adik kamu, bukan tanya pada saya kenapa dia begitu.” Jawabnya, lalu beranjak menyusul Endro

“Sumpah, demi apapun aku kesel banget sama tu kutub.” Gumamku sambil menggerutu padanya.

Kami sampai di restoran terdekat, Endro sedari tadi selalu jalan di samping Delon dan menganggurkan aku.

“Ini yang kakaknya dia, aku apa si kutub itu. Lengket banget mereka berdua kayak lem sama perangko aja.” Kesalku

Bahkan saat duduk pun dia lebih memilih duduk di samping Delon dibandingkan disampingku.

“Dek, kamu enggak kenapa-kenapa kan?” Tanyaku tidak tahan lagi

“Iya aku enggak apa-apa kok kak. Kenapa kakak tiba-tiba nanya kayak gitu?” Tanya Endro

“Enggak kakak bingung aja, kok kamu yang biasanya jarang mau ngobrol atau dekat sama orang asing sebegitu dekatnya sama dia.” Kataku

“Ya kan tadi aku udah bilang kak, kalau kak Delon orangnya asik.” Jawabnya

“Asik darimana nya sih dek, kalau kita ngobrol aja jawabannya singkat banget.” Kataku

“Ya itu sama kakak aja, kalau sama aku beda lah. Ya kan kak Delon?” Katanya

“Iya bener.” Jawab Delon

Aku tercengang mendengar jawaban Delon, bukan karena jawabannya tapi karena dia dengan cepat nanggepin omogan Endro yang seharusnya tidak perlu dijawab.

“Kesambet apa kamu? Tumben-tumbennya enggak dingin kayak biasanya. Walaupun dingin sih, tapi enggak kayak sebelum-sebelumnya.” Kataku masih bingung

“Dia berbeda dengan kamu.” Jawabnya singkat lagi

“Kamu kekurangan keyboard kah di dalam mulut kamu? Makanya kata yang keluar semuanya sangat singkat, padat dan kurang jelas.” Kataku kesal.

Delon tidak menanggapi perkataanku dan itu tentu membuatku sangat kesal dengannya. Lebih parahnya Endro lebih berpihak kepada Delon dan menertawakan diriku.

“Pulang sendiri kalian berdua.” Kataku kesal

“Aku laporin Bunda nanti kalau kakak ninggalin aku.” Ancamnya

“Bodo amat.” Kataku kesal

Aku keluar dari restoran dengan kesal, sedari  tadi Endro hanya memperdulikan Delon dan itu membuatku kesal.

“Udah kan? Sekarang kita pulang.” Kataku dingin

“Tapi kak”

“Enggak ada tapi-tapi, kita pulang. S-E-K-A-R-A-N-G.” Kataku ngotot.

“Kita pulang saja, lain kali kita bisa keluar bareng lagi.” Kata Delon kepada Endro yang terlihat sedih.

“Enggak ada lain kali, lain kali. Cukup sekali aja saya ajakin Endro jalan sama kamu.” Kesalku

“Enggak sama kakak juga aku bisa kok berdua doang sama kak Delon jalannya. Iya kan kak?” Tanya Endro kepada Delon

“Iya bisa.” Jawab Delon

“Terserah kalian, yang penting sekarang kita pulang.” Kataku lalu berjalan mendahului mereka ke tempat parker.

Setelah sampai di mobil Endro dan Delon duduk di kursi bagian belakang.

“Dek duduk di depan.” Kataku

“Enggak mau, kakak lagi galak sekarang. Nanti kalau aku duduk di depan, kakak malah marah-marah sama aku terus.” Katanya takut

“Ya udah terserah kamu.” Kataku mengalah.

Dalam perjalanan pulang, Endro tidak habis-habisnya bertanya pada Delon. Aku pikir Delon akan risih karena banyaknya pertanyaan dari Endro, tetapi sebaliknya dia menjawab semua pertanyaan Endro dengan sabar.

“Aneh banget lihat dia kayak gitu, ternyata dia bisa juga ramah sama orang lain.” Kataku memandanginya melalui kaca mobil.

Dia menatapku dengan tatapan dinginnya dan berhasil membuatku gugup. Aku berusaha menetralkan jantungku agar tidak berdetak dengan cepat.

“Ngapain sih aku merhatiin dia.” Gerutuku dalam hati

Kami sampai di tempat Delon.

“Udah sampai.” Kataku

Delon lalu turun, sebelum turun dia mengatakan sesuatu yang membuatku kaget.

“Makasih”

Setelah itu dia berpamitan kepada Endro dan berjalan meninggalkan mobil.

“Kak, kedip matanya. Mulut kakak juga kenapa kebuka gitu, awas serangga masuk loh kak.” Kata Endro saat kulihat dia sudah di sampingku.

“Itu dia lagi kerasukan ya dek?” Tanyaku pada Endro

“Kerasukan? Sembarang aja kalau kakak ngomong. Lagian kak Delon hanya bilang makasih kok dibilang kerasukan. Ada-ada aja kak ni.” Katanya

“Ya enggak biasanya dia gitu sama kakak. Kalau pun kakak antar pulang, langsung turun terus udah jalan tanpa bilang makasih.” Kataku

“Emangnya kakak sering antar kak Delon selama ini?” Tanya Endro menggoda

“B-bukan yang kayak kamu pikir ya dek, ini juga karena ada alasannya.” Jawabku gugup

“Emangnya kakak buat dosa apa sama kak Delon?” tanyanya

“Enak aja bilang gitu, emangnya kakak penjahat apa? Pokoknya ada deh, kamu enggak perlu tau.” Jawabku sewot

“Iya deh iya.” Jawabnya

Sesampainya di rumah, aku langsung masuk kamar dan memilih rebahan di kasur. Capek sekali hari ini, lebih tepatnya capek karena harus menghadapi Endro sama Delon.

“Tapi kalau dipikir-pikir, aku harusnya berterima kasih sama si kutub. Berkat dia, aku udah ketemu sama si bre**sek itu tadi. Sekarang aku tunggu aja pesan dari dia dan semuanya akan berjalan sesuai dengan rencanaku.” Gumamku

Aku terus memikirkan semua rencana yang akan aku lakukan selanjutnya dan tanpa sadar aku ketiduran.

Aku membuka mataku dan melihat di luar sudah mulai gelap.

“Astaga, aku tidurnya kelamaan.” Kataku sambil mengucek mataku

Aku mengambil hp dan mataku yang awalnya masih sayu langsung terbuka lebar saat melihat orang yang kutunggu-tunggu mengirim pesan kepadaku.

“Misi pertama selesai.”

1
Ayang
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!