Bukan terjemahan ya gaes.
Lan mei seorang yang ceria, dia baru lulus dari fakultas ke dokteran. Dari kecil dia sudah belajar bela diri dari ayahnya yang seorang guru bela diri. Hanya saja sewaktu dia kecil ibunya meninggal karena sakit, jadi dia ingin belajar kedokteran takut ayahnya sakit seperti ibunya.
Tapi naas kekasih dan temannya punya niat buruk, mereka berselingkuh di belakangnya dan berencana membunuhnya di karenakan sang teman iri dengan nilai nilai Lan mei yang bagus dan sudah mendapat undangan masuk ke dalam tim rumah sakit ternama sebagai ahli bedah dan racun. Mereka berdua merancang kecelakaan mobil, dan di detik kematiannya dia mengetahui bahwa itu ulah mereka berdua.
Tapi Lan mei tidak pergi ke surga ataupun neraka, tapi dia pergi ke jaman kuno. Menjadi anak seorang Menteri sayap kiri, yang gemuk, bodoh dan tidak tahu apa - apa, wajah jelek penuh jerawat besar.
Tunangan putra mahkota, tapi adik tirinya ingin merebut tunangannya.
Ayah bajingan hanya.. lihat prolog
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Harefa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 12 Menemukan Ruang Portable
"Jangan nona biar budak ini yang melakukannya sendiri." Yen Tang tidak enak hati.
"Yen tang, aku terlalu bosan untuk duduk saja, bawa ke sini, biar aku yang potongi, nanti kamu tinggal masak." Dia ingin mencari kesibukan yang bisa menghilangkan kebosanannya.
"Tapi terlebih dahulu kamu rebuskan dahulu obat untuk aku minum. Agar aku tidak terlalu lapar, karena obat itu bisa menahan nafsu makanku." Dia masih memikirkan perutnya.
"Baik nona" dia menyerahkan jamur dan sayuran lainnya ke pada Lan mei, dan berlari kedapur untuk merebus herbal untuk Lan Mei.
Biarkan dia memiliki kesibukan lain selain hanya duduk dan berbaring. Setidaknya dia masih waras dan tidak gila karena sering melamun sendirian.
Kakinya tidak boleh menekuk selama pengobatan. Jadi dia hanya merenggangkannya saja, kemudian bahan - bahan sayuran itu ada di antara pahanya.
Tapi tepatnya di atas lemak pahanya karena di antara sela kakinya itu, sudah tidak ada ruangan lagi, walaupun dia mengangkang.
Dia mulai membelah - belah jamur dan membuang kulit ari-nya. Dia belum bisa menguasai pisau dari batu ini, kedua sisinya sepertinya tajam dan tidak ada gagang untuk memegang.
Dengan berhati hati dia memegang pisau tersebut di tangan kirinya dan mulai membelah jamur dan memotong -motong sayuran lain.
Ya, Lan Mei bisa menggunakan ke dua tangannya dalam bekerja, kelincahan tangan kirinya tidak kalah dengan tangan kanannya.
Dia lebih sering mengunakan tangan kirinya ketimbang tangan kanannya.
Karena itu para bandit tersebut mematahkan tangan kirinya, bukan tangan kanannya. Karena itu perintah dari ibu tirinya kepada para bandit itu. Tapi sayangnya mereka tidak tahu bahwa mereka gagal.
Kedua tangan Lan Mei di kelilingi lemak. Lemak ini terkadang baik juga untuk perlindungan saat- saat seperti ini.
Tapi tiba - tiba perhatiannya terpecah karena dia melihat sekelebat bayangan di luar rumahnya. Dia memperhatikan luar halaman melalui pintu yang terbuka, tapi tangannya masih memotong sayuran yang dia pegang dan tanpa sengaja jempol tangan kanannya teriris.
"Aduh!" ucapnya meringis. Darah langsung mengalir dari luka itu.
Dia mengangkat tangannya agar darah tidak jatuh ke dalam sayuran. Biar bagaimanapun, dia tidak ingin memakan darahnya sendiri.
Sehingga darah itu mengalir ke tangannya dan melewati gambar yang ada di pergelangan tangannya.
Dia melihat kiri kanan hendak mencari kain apa yang bisa dia pakai untuk menutup lukanya.
'Ah, aku lap ke bajuku aja' pikirnya. Ketika dia hendak mau mengelap darah yang mengalir di tangannya, tiba - tiba dia terkejut.
"Kemana perginya?" Dia heran darah yang mengalir dari lukanya telang hilang seolah- olah ada yang menghisap.
Kemudian matanya teralihkan ke gambar teratai yang ada di pergelangan tangannya.
Sekarang warnanya mengalami perubahan menjadi merah yang cerah dan terlihat menjadi hidup.
Sedangkan ketika awal tadi dia melihat berwarna merah mudah pucat, sekarang sudah merah terang dan seperti tatto yang bergaya 3 dimensi.
"Wahh, apa ini hidup, kenapa seperti nyata dia hidup di tanganku?"
Tanpa perasaan apa - apa Len mei menekan gambar yang ada di tangannya dan tiba - tiba,
Plop..! Dia terduduk di tempat lain. Tempat yang sangat baru baginya, walaupun terang tapi tidak merasa panas dan gerah
"Wahh, tempat apa ini? Kenapa bisa ku pindah?" Dia melihat kiri dan kanan.
Dia berapa di sebuah taman dengan sebuah rumah kecil di tengah - tengah. Dan di dekatnya ada sebuah mata air yang jernih.
Tiba- tiba dia merasa haus, dan air yang meluap keluar dari pusatnya menggodanya untuk segera meminumnya, tapi dia tidak bisa merangkak ke sana. Karena badannya yang besar dan mengkuatirkan kakinya akan semakin parah, jika bergerak.
"Aku pengen minum, tapi jauh di sana." Ucapnya.
Tapi tiba- tiba air tersebut langsung berada di tangannya dengan wadah cangkir bambu.
"Wow, amazing" ucapnya gembira. Sepertinya air ini mengerti dengan keinginan dari Lan Mei.
Kemudian dia meminumnya, rasa lelah dan haus hilang dari tubuhnya. Dan dia merasa kekuatan lain masuk ke dalam tubuhnya.
"Apakah ini air suci ilahi?" Ucapnya sambil melihat air jernih yang mengalir di sebelah rumah kecil itu.
Tapi tiba - tiba dia merasakan kehangatan dari tulang kakinya dan tangannya. Kekuatan yang belum pernah dia rasakan, sepertinya baru saja masuk kedalam sendi- sendinya. Membuatnya bersemangat.
Apakah tulangku sembuh akibat air ini? Dia memeriksa tulang kaki dan tangannya yang cidera. Dia tidak merasakan adanya lagi retakan atau rasa sakit seperti sebelumnya.
Truss, bagaimana aku keluar dari tempat ini. Nah.. Dia menjadi bingung sendiri. Soalnya tadi masuk sendiri, ketika hendak keluar dia bingung.
Tidak ada kertas pemberitahuan bagaimana cara kerjanya tatto itu, pikirnya merasa lucu.
Apa sebenarnya nama tempat ini? Dia masih memperhatikan sekeliling. Ada ketentraman di hatinya, tapi masih belum percaya. Mungkin ini mimpi, pikirnya.
Dia masih bingung, bagaimana untuk sadar dari mimpi dan kembali ke pondok itu.
"Nona, nona, obatnya sudah selesai di masak, apakah di minum sekarang juga?"
Tanya Yen tang dari arah dapur, dengan suara sedikit keras.
Walaupun Lan mei ada di taman itu tapi dia bisa mendengar suara Yen tang. Berarti, sepertinya aku mimpi, igaunya lagi.
Dan dia mencoba untuk keluar, tanpa di duga dia hanya mengucapkan
"Keluar!" Dia sudah keluar dari taman itu dan sudah kembali terduduk di atas ranjang usangnya.
Dia membelalakan matanya dengan apa yang baru saja terjadi, tidak... Ini bukan mimpi, aku merasa pantatku sakit saat pindah kesini, jadi di mana tempat tadi..?