Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagaimana rasanya dicintai?
Kadang sesuatu tak benar-benar berjalan seperti apa yang kita pinta, apa yang kita tangisi dalam sujud, apa yang kita usahakan dengan segala usaha, kadang itu gagal. Hidup berjalan dengan kita yang menjalani, juga dengan pilihan tuhan. Segalanya berjalan atas kehendak tuhan, apa yang kita mau dan anggap terbaik belum tentu baik di mata tuhan karenanya kadang pilihan kita tak sesuai dengan apa yang kita terima
"Orion" malam semakin larut namun mata lentik itu enggan terpejam, akhirnya Oryza membuka suaranya untuk menatap laki-laki yang tidur disampingnya. Ia tau suaminya juga belum tidur karena pergerakannya sedari tadi
"Hmmm" Orion hanya menjawab dengan gumaman, suasana benar-benar hening dalam ruangan itu bahkan suara nafas Oryza sedikit terdengar
Oryza menghela nafasnya kemudian menatap langit-langit kamar mereka, ia harus menyampaikan dan mulai berdiskusi hal ini sebelum semuanya selesai
"Tentang hak asuh Saga setelah bercerai, walaupun nanti jatuh kepadaku, tolong tetap jaga dia dengan baik seandainya kamu memiliki anak yang lain" Oryza sudah ingin menangis ketika mengatakan itu. Rasanya benar-benar sesak sekali
"Bukankah kamu akan membawanya jauh? Memulai hidup bahagia di negara lain?" Entah itu mungkin sebuah ejekan karena dulu Oryza pernah mengatakan itu saat mereka menikah. Ia akan membawa Saga tinggal jauh di negara yang jauh dari hiruk piruk kota
"Aku ingin melakukan itu, tapi aku sadar aku mungkin tak bisa"
"Kenapa?"
"Siapa yang tau besok aku mendadak hilang atau pergi" kekehnya
"Apa kamu berniat kabur dengan kekasihmu? Lalu dia tidak menerima Saga dan kamu ingin meninggalkannya?" Tanya Orion yang tak jauh-jauh dari permasalahan seputar kekasih
"Bukan, orang yang kucintai sepertinya tidak akan pernah mencintaiku" gumam Oryza pelan
"Jelas saja, kamu menyukai orang yang meninggal, bagaimana bisa dia mencintaimu?" Sayangnya Oryza tak mengelak atau berniat menjelaskan, ia seolah membenarkan perkataan orang tentang hubungannya dengan Rendra yang sudah lama tiada. Padahal Oryza hanya ingin agar cintanya tak diketahui siapapun
"Setelah berpisah, apa kita bisa menjadi sahabat? Maksudku teman baik? Tidak bermusuhan seperti pasangan cerai umumnya?" Tanya Oryza, kini pandangannya sepenuhnya tertuju pada sang suami yang juga menatapnya
"Hmmm, aku juga ingin seperti itu" jawaban yang membuat Oryza sedikit lega
"Apa kamu ingat ketika SMA kamu pernah sekali dihukum karena lupa membawa PR?" Dua orang itu bertatap-tatapan diatas ranjang yang sama tanpa ada niat sekalipun mengalihkan pandangan
"Aku tak akan lupa itu, pertama dan terakhir kalinya aku dihukum. Disaat aku merasa bersalah, kalian justru tertawa-tertawa tidak jelas" Oryza tertawa mendengarnya, ia ingat hari itu PR nya sudah jadi, tapi mereka terlambat datang alhasil gerbang sudah ditutup. Mereka memilih naik tembok namun nasib baik belum berpihak karena celana yang dipakai Rega justru sobek sampai terdengar suara yang membuat tawa mereka langsung meledak. Alhasil mereka ketahuan guru BK dan langsung dihukum di lapangan, bertepatan dengan teman kelas mereka yang tak mengerjakan PR. Saat wajah-wajah lain menunduk atau menunjukkan ekspresi penyesalan, Oryza, Rendra, Rega dan teman geng mereka yang ketahuan telat justru mati-matian menahan tawa. Apalagi melihat celana dalam Rega yang bergambar kartun spongebob
"Kami tidak menertawakan soal tugas, tapi menertawakan Rega yang celananya sobek" Oryza masih terkikik saat mengingat itu
"Kegiatan kalian saat itu salah walau aku tau kamu murid yang berprestasi"
"Kadang kala kita melakukan sesuatu yang bertentangan untuk melupakan apa yang kita mau namun tak akan mampu kita gapai" Oryza mengingat karena apa ia melakukannya dulu, segala kenakalan masa remajanya. Jika ditanya apa ia menyesal, maka Oryza hanya menjawa sedikit menyesal karena harusnya ia hanya menjadi dirinya saja
"Aku tak mengerti alasanmu melakukan itu, tapi itu tak bisa dibenarkan"
"Kamu memang manusia paling lurus" kekeh Oryza, ia membalikkan tubuh kembali menatap langit-langit kamarnya
"Orion, bagaimana rasanya dicintai kembali oleh orang yang kamu cintai"
"Rasanya luar biasa"
"Andai aku bisa merasakan itu"
"Maka kamu harus menyusul Rendra" Oryza tau kalau Orion bercanda, tapi tentang kematian ia cukup sensitif karena sadar ia tak akan lebih lama lagi
"Kurasa aku akan pergi menyusulnya sebentar lagi" Orionpun menganggap ucapan itu hanya candaan semata, padahal Oryza serius dengan itu
Saat mereka berdua ingin hanyut dalam mimpi, dering telepon Oryza terdengar membuat gadis itu berdecak sebal ketika melihat nama si penelpon
"Jangan bilang kamu di kantor polisi lagi?!" Oryza sudah berseru marah, padahal diujung sana belum terdengar sapaan apapun
"Halo? Maaf saudara mabuk dan oleng saat berkendara sampai hampir kehilangan keseimbangan" malah suara polisi langsung yang menyahut, bukan Gabril
"Adik saya dimana pak?"
"Kami membawanya ke kantor polisi untuk keterangan lebih lanjut, sekaligus mengamankan sementara sampai kondisinya stabil agar tak membahayakan"
"Saya akan segera kesana pak, terima kasih" Oryza segera mematikan sambungan telepon ketika salam penutup sudah terdengar dari seberang sana
"Dasar bocah menyebalkan" Oryza berdiri dari tidurnya, ia memakai baju tidur panjang, jadi hanya memakai jaket tanpa mengganti baju
"Apa kamu mau keluar?"
"Mau bagaimana lagi? Kalau dia mendekam sampai besok pasti aku juga kena getahnya"
"Jaga Saga kalau dia bangun, aku mungkin hanya sebentar disana" Oryza langsung keluar kamar, meninggalkan Orion yang masih menatap pintu yang tertutup
"Apa kita bisa menjadi teman? Aku tau aku mencintai Alice karena dia teman kecilku. Jadi tak mungkin aku akan menyukaimu kan?"
.
Butuh setengah jam berkendara baru Oryza sampai disana, masuk ke dalam ia sudah melihat adiknya yang disuruh push up. Akhirnya ia malah ikut-ikutan menjewer telinga itu keras
"A aduh"
"Sudah sadar kamu? Kamu mau mati hah?"
"Am ampun kak" Oryza puas sekali karena biasanya Gabril melawan
"Siapa yang nyuruh kamu mabuk-mabuk bawa mobil? Kamu mau mati?"
"Kalau mati tinggal dikubur aja"
"Kalau orang lain yang mati karena kamu gimana? Gimana kalau yang mati itu ayah yang sedang mencari nafkah untuk keluarganya, gimana kalau ternyata itu ibu yang disayangi anaknya? Atau gimana kalau ternyata itu anak yang sedang ditunggu pulang orang tuanya?"
"Kamu enteng ngomong tinggal dikuburin karena kamu kerjaannya cuma keluyuran doang. Tapi gimana kalau ternyata kamu bawa orang lain?" Para polisi yang tadi mengawasi mulai undur diri, hanya melihat dari jarak jauh
"Gabril, ayah sama bunda nungguin kamu pulang dirumah. Gimana jadinya kalau mereka tau kamu kayak gini?"
"Mereka pasti cuma bakalan ceramah dan ujung-ujungnya ngaitin sama Kak Oryza"
"Jadi kamu mau mereka semakin benci sama kakak?"
"Justru aku mau mereka lelah ngomong tentang Kak Oryza semua sampai lupa sebentar tentang Alice"
Oryza 😭😭😭😭😭🤧
begitulah versi cerita ni... semua feeling jg ada d situ d uli sebati ole author. huhhh sedih bnget ya
karena Allah lebih tahu bahwasanya kita tidak boleh terlalu terlena & memuja yg ada di dunia ini tanpa mengingat penciptanya... Allah mengambilnya supaya kita selalu mengingat & berdoa kepada sang pencipta