NovelToon NovelToon
Dewa Setan Perbatasan Utara

Dewa Setan Perbatasan Utara

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: Jibril Ibrahim

Muda, tampan, kaya, tidak berguna! Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan sosok Huan Wenzhao. Namun…

Siapa sebenarnya Huan Wenzhao tak ada yang tahu.

Mau tahu identitas lain Huan Wenzhao?

Ikuti kisahnya di sini!
Hanya di: Noveltoon/Mangatoon.

~Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode¹²

Xing Zhu, pangeran ketujuh itu berhenti dan terpaku menatap Huan Wenzhao. Benar-benar menatapnya!

Begitu tatapan pangeran itu terhenti pada dirinya, Huan Wenzhao langsung terdiam. Tidak bergerak, tidak berkedip, bahkan tidak bisa bernapas. Apakah dia benar-benar mengenaliku?

Berada di bawah pengamatan tajam pria itu, Huan Wenzhao merasa seperti menunggu vonis. Tatapan tajam pangeran itu seakan sedang coba menembus topeng yang dikenakannya.

Sudah seperti itu, A Nuo dan Yue'er malah memperparah keadaannya.

“Ketua! Kenapa Anda juga di sini?” Kedua pengawal itu berlanting gembira melihat Huan Wenzhao.

Celaka! Pikir Huan Wenzhao.

Sekarang kedua pengawal wanita itu menghambur ke arah Huan Wenzhao seperti dua anak kecil yang menemukan ayahnya.

Huan Wenzhao melirik An Zuya yang langsung tergagap.

Penyamaran ini adalah idenya.

Tapi tampaknya salah kostum!

Penampilan cendekiawan misterius dengan topeng setengah wajah adalah ciri khas ketua sekte yang keberadaannya sangat dirahasiakan.

Identitas lain Huan Wenzhao yang paling tabu untuk dibicarakan.

Pengawal itu memalingkan wajahnya dengan kikuk, kemudian mengusap bagian belakang kepalanya dengan salah tingkah.

Tiba-tiba sebuah senyuman samar tersungging di sudut bibir pangeran ketujuh. Lalu secara perlahan pangeran itu bergerak dan memutar ke arah Huan Wenzhao.

Tidak! Huan Wenzhao membatin gamang. Jangan kemari!

Pangeran itu sekarang berjalan ke arahnya dengan langkah-langkah pelan yang menegangkan.

Dia benar-benar kemari! Erang Huan Wenzhao dalam hatinya.

“Adik!”

Suara seseorang menghentikannya.

Semua mata serempak bergulir ke arah suara itu. Dan secara serempak pula semua orang itu langsung membungkuk.

“Kakak kelima!” Xing Zhu juga membungkuk dengan kedua tangan tertaut di depan wajah, memberikan salam soja.

Ini… Pangeran Xing Yi? Pikir Huan Wenzhao.

Seakan bisa mendengar pikiran Huan Wenzhao, pangeran itu menoleh padanya dan memicingkan mata, kemudian mendekat dan berhenti di sisi pangeran ketujuh.

Terlihat akur di depan umum! Dengus Huan Wenzhao dalam hatinya. Kelihatannya… dua-duanya pandai bermain akal.

Pangeran kelima memiliki tubuh tinggi dan tegap. Lebih kekar dari pangeran ketujuh. Tapi wajahnya sedikit terlalu lembut… atau bisa dikategorikan sebagai pria cantik. Raut wajahnya terlihat datar, namun sorot matanya seakan terus tersenyum.

Cukup terlatih dalam mengontrol emosi! Huan Wenzhao menyimpulkan.

“Tuan ini…” pangeran kelima meneliti Huan Wenzhao dan ketiga pengawalnya. “Kelihatan asing!”

An Zuya dan kedua pengawal wanita itu membungkuk di kiri-kanan Huan Wenzhao dengan hormat tentara.

Huan Wenzhao tidak ikut membungkuk.

“Saya hanya petapa yang jarang sekali turun gunung,” Huan Wenzhao memperkenalkan dirinya dan tidak memberi hormat. Hanya menautkan kedua tangannya di depan wajah, memberikan salam soja. “Hanya singgah untuk mengisi perut. Tak disangka… di sini begitu ramai!”

“Ooh?” Pangeran kelima membelalakkan matanya dengan ekspresi hangat yang bersahabat. “Begitu kebetulan!” Katanya sambil tersenyum. “Malam ini ada festival lentera, sebentar lagi pembukaannya akan saya resmikan.” Pangeran itu balas menautkan kedua tangannya di depan wajah. “Kalau Dewa berkenan, saya ingin mengundang Dewa ke perjamuan kecil kami,” katanya sambil menunjuk panggung festival.

Panggung itu dirancang seperti beranda kapal dengan bagian muka menjorok ke tengah sungai. Di dalamnya sudah tersaji hidangan besar dan arak di atas tiga meja rendah lesehan.

Begitu kebetulan? Huan Wenzhao menggumam dalam hatinya. Meja ketiga itu tak mungkin disediakan untuk dirinya, kan? Seseorang tampaknya baru saja membatalkan janji! Ia menyimpulkan.

Ia melipat sebelah tangannya ke belakang dan berdeham seraya menutupi mulutnya dengan kepalan tangan. “Baiklah!” Katanya. “Kalau begitu… Saya tak akan segan lagi.”

Aku ingin lihat, kata Huan Wenzhao dalam hatinya. Rahasia apa yang tersembunyi di balik meja kosong itu?

Kedua pangeran itu mengangguk dengan sopan, mempersilahkan Huan Wenzhao untuk berjalan bersama mereka.

Dengan hening, para pengunjung yang berkerumun membuka jalan untuk mereka.

Mata para wanita berbinar-binar penuh kekaguman ketika mereka melintas. Beberapa bahkan melirik An Zuya dengan terperangah.

Pengawalnya saja begitu tampan! Pikir beberapa orang. Bagaimana dengan tuannya?

“Yang Mulia!” Dua wanita berpakaian glamor menghampiri mereka dan membungkuk. Kedua wanita itu membawa nampan, satunya berisi gunting, satunya lagi berisi setumpuk lampion yang masih dilipat.

Yang membawa nampan berisi gunting mendekat lebih dulu ke arah pangeran kelima.

Pangeran kelima mengambil gunting itu dan memotong pita di pintu masuk tadi, disambut tepuk tangan meriah semua orang.

Giliran wanita kedua sekarang yang menghampiri.

“Dewa, silahkan!” Pangeran kelima melayangkan telapak tangannya ke arah nampan, memberikan kesempatan pada Huan Wenzhao untuk memilih lebih dulu.

Huan Wenzhao menoleh pada pangeran ketujuh.

Pemuda itu mengangguk mempersilahkan.

Huan Wenzhao akhirnya mengambil lampion itu lebih dulu. Kemudian pangeran kelima mempersilahkan adiknya.

Tak lama ketiganya naik ke atas panggung untuk menyalakan lentera kertas itu dan menerbangkannya.

Langit malam dan permukaan sungai tampak gemerlap setelah semua orang menyalakan lentera kertas mereka. Sebagian menerbangkannya, sebagian menghanyutkannya.

“Dewa!” Pangeran kelima mengulurkan tangannya ke arah meja, mempersilahkan Huan Wenzhao untuk duduk. “Mari!”

Huan Wenzhao tertegun sesaat, memancing kisah di balik meja ketiga.

“Adik sepupuku tak bisa hadir,” pangeran kelima mengaku. “Meja itu awalnya disediakan untuknya.”

Yang Zhongyu! Huan Wenzhao menyimpulkan.

“Aku sungguh tak tahu Dewa akan turun gunung, jadi tak punya persiapan apa pun untuk menyambut Anda!” Pangeran kelima membungkuk dengan kedua tangan tertaut di depan wajah. “Mohon Dewa memakluminya. Aku tidak bermaksud meremehkan Dewa. Hanya saja… kebetulan Adik sepupu tak bisa hadir, dan Dewa sudah di sini. Jadi…”

“Haish!” Huan Wenzhao mengibaskan tangannya, memotong perkataan pangeran kelima. “Sudahlah!” Katanya. “Aku mengerti!”

Sangat berbelit-belit! Sungutnya dalam hati.

Huan Wenzhao dan pangeran ketujuh mengambil tempat duduk berseberang-seberangan dan bersulang untuk pangeran kelima.

Di tepi sungai di bawah panggung itu, para pengawal mereka baru selesai menerbangkan lampion.

“Kita sungguh beruntung!” A Nuo berseru riang sambil mendongak menatap lampionnya yang baru diterbangkan. “Bebas dari si bodoh itu malah bertemu Ketua!”

“Siapa yang kau bilang si bodoh?” An Zuya mendelik pada A Nuo.

“Haish!” A Nuo menghentakkan kakinya dengan gaya merajuk, “Kakak! Kau tidak tahu? Awalnya kami bekerja di kediaman Adipati Agung, tak disangka, Tuan Besar malah menempatkan kami di sisi Tuan Muda. Orangnya sangat manja dan sungguh merepotkan!”

Aku dengar itu! Rutuk Huan Wenzhao dalam hatinya. Matanya membeliak sebal di balik topengnya.

“Siapa kakakmu?” Sembur An Zuya dengan ketus.

“Aiya!” A Nuo memonyongkan mulutnya dengan raut wajah manja. “Kau berada di sisi Ketua. Bagaimanapun kita pasti berasal dari sekte yang sama. Kalau bukan kakak seperguruan, berarti… adik?”

“Cih!” An Zuya mencebik sembari memalingkan wajahnya.

“Adik!” Yue'er akhirnya membuka suara, ia menurunkan pandangannya dari lampion yang baru diterbangkannya dan menoleh pada A Nuo. “Kau tidak tahu?” Ia meletakkan sebelah tangannya di pundak A Nuo. “Tuan An ini lulusan terbaik sekolah ksatria di provinsi Zhujia,” katanya sambil mendekatkan mulutnya ke telinga A Nuo. “Adik seperguruan Ketua!”

Pangeran ketujuh tiba-tiba mengerling ke arah mereka. Sekolah Ksatria Zhujia? Pikirnya.

Zhujia adalah nama provinsi di perbatasan utara, wilayah kekuasaan Adipati Agung Huan. Dan Sekolah Ksatria Zhujia adalah sekolah militer mereka. Semua tentara keluarga Huan adalah lulusan terbaik sekolah itu.

A Nuo mengerjap dan menoleh pada An Zuya dengan mata dan mulut membulat.

“Bisa dikatakan…” Yue'er menambahkan. “Meski masih begitu muda, Tuan An adalah leluhur kita!”

“Maafkan aku, Tuan Leluhur! Oh, bukan! Leluhur Kecil!” A Nuo langsung berlutut dengan kedua tangan tertaut di depan dada. “Aku sungguh bodoh tak bisa mengenali orang!”

An Zuya mengernyit memundurkan wajahnya dan mendorong dahi A Nuo dengan ujung telunjuknya.

Huan Wenzhao melirik mereka dari balik topengnya. Pangeran ketujuh melayangkan tatapan tajam padanya dari seberang meja.

Orang ini… lulusan Sekolah Ksatria?

1
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Hancurken
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yuhuuuuu
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Shi
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Clink
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Yeaaah
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Klik
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Iyeeeees
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Jlebz
@ᴛᴇᴘᴀsᴀʟɪʀᴀ ✿◉●•◦
Waooow
Sembilαn βenuα
😂😂😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!