NovelToon NovelToon
Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:141.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

#Turun Ranjang

"Aisyah, jika aku pergi lebih dulu. Aku, ingin kamu menikah lagi dengan adikku, Galih."~Lucas Edward Hosea.

Istri mana yang tak terkejut saat mendengar ucapan suaminya, ketika menyuruh dirinya untuk menikah lagi. Hal itulah yang dirasakan Aisyah ketika Lucas memintanya untuk menikah lagi dengan sang adik, Galih.

Galih sebagai adik ipar sekaligus paman dari kedua keponakannya terpaksa menerima wasiat dari kakaknya, Lucas dan menikahi Aisyah.

Akankah, Aisyah bertahan dalam pernikahan keduanya itu atau Aisyah akan menyerah dan berpaling dari Galih suami keduanya?

Yuk, simak kisah mereka di Jodoh Kedua Dari Wasiat Suamiku!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jodoh Wasiat-12

"Kenapa kamu harus mengatakan hal seperti itu di depan semua orang? Kamu sendiri tahu bukan aku yang sengaja ingin datang terlambat tetapi...."

"Tetapi kamu ingin membuat alasan karena anak-anakku? Galih, jangan selalu menempatkan anak-anak ku sebagai alasan ketidak tanggung jawabmu! Kamu selalu membawa-bawa mereka saat kita berdua berdebat.Jadilah, pria yang gentleman dan menerima setiap kritikan atas kesalahan sendiri," Aisyah berkata dengan tegas, sembari menunjuk dada Galih dengan ujung jari telunjuknya yang membuat pria itu mengepalkan tangannya.

"Tunggu! Aku belum selesai bicara, Aisyah!"seru Galih untuk menahan Aisyah yang akan pergi dari ruangan itu. Tak sengaja Galih sedikit berteriak dan membuat Charlie terkejut yang baru saja tiba kembali di depan ruangan rapat.

"Apa yang terjadi?"gumam Charlie dan mengurungkan niatnya untuk kembali masuk ke dalam ruangan tersebut.

"Apa lagi yang ingin kamu bicarakan, Galih? Ini kantor bukan rumah di mana kita bisa berdebat dan bertengkar sesuka kita. Tolong hormati aku sebagai Bosmu!"Aisyah kembali mempertegas posisinya di depan Galih yang membuat sudut bibir Galih terangkat dan menyimpulkan sebuah senyuman yang menyindir ucapan Aisyah barusan.

"Posisi? Kamu ingin membandingkan posisi mu dengan ku?"tanya Galih, sembari menunjuk dirinya.

"Setinggi apapun jabatanmu, orang yang harus kamu hormati tetap aku. Karena, aku calon suamimu! Orang yang dititipkan untuk menjaga mu dan anak-anakmu, Aisyah!"lanjut Galih dengan ucapannya yang lantang.

Dalam sekejap, tangan Aisyah bergerak cepat menampar wajah Galih yang membuat Galih terkejut hingga wajahnya berpaling dengan cepat, merasakan sakit akibat tamparan Aisyah. Aisyah tak senang dengan ucapan Galih barusan karena sampai saat ini Aisyah belum bisa menerima Galih sebagai suami keduanya.

"Apa hakmu menghina almarhum suamiku seperti ini? Tolong, sadar akan posisimu sendiri, Galih. Sampai kapan pun aku takkan pernah mau menerima kamu sebagai lelaki pengganti, Lucas! Kamu harus ingat itu, Galih! Kamu tak sebanding dengan Lucas, jangan pernah berharap kehadiranmu bisa membuat aku melupakan, Lucas. Itu takkan pernah terjadi! "

Aisyah memekik dengan keras sehingga suaranya bisa di dengar jelas oleh Charlie yang saat ini berada di depan ruangan rapat. Aisyah berbalik dan pergi meninggalkan Galih yang masih mematung di depan meja rapat. Aisyah pergi dalam keadaan hati yang begitu sedih dan juga tertekan dengan semua situasi yang dialaminya.

Setelah kepergian Aisyah, Galih terduduk di kursi yang ada di sampingnya. Tangannya terkepal dan gemetar seketika mengingat ucapan Aisyah yang menyadarkan posisinya di hidup Aisyah.

"Bu,"

"Charlie,"

Keduanya sama-sama terkejut. Aisyah langsung menyeka air mata dan pergi begitu saja dari hadapan Charlie. Pria itu bingung dan mengintip ke arah dalam ruangan itu di mana Galih terduduk dengan raut wajah yang penuh dengan penyesalan. Tetapi, Charlie tahu diri dan memilih untuk pergi dari pada harus menemui Galih yang ada Galih akan merasa hina saat posisinya di ketahui oleh Charlie teman sekaligus rekan kerjanya.

Sementara itu, di dalam ruangan CEO. Aisyah, duduk di kursi kerjanya dan menopang kedua tangan di atas meja sembari mengusap wajahnya dan sesekali menyeka air mata yang terus mengalir dan tak mau berhenti, meskipun Aisyah sudah berusaha untuk tak menangis.

"Dulu aku menunggunya selama enam tahun. Rasa sakit yang ku alami dulu, hanya aku yang tahu. Tetapi, kenapa aku dipaksa harus menerima keadaan ini sementara suami ku baru saja meninggal belum dua Minggu ini?"Aisyah berbicara pada diri sendiri, sembari terus menerus menyeka air mata yang tak mau berhenti itu sehingga membuat Aisyah kesal dengan dirinya.

Di dalam ruangannya Galih duduk termenung, ucapan Aisyah masih terngiang diingatannya yang membuat Galih sulit melupakannya. Terlalu sakit, di sini yang menjadi korban itu Galih bukan hanya Aisyah. Tetapi, seakan Aisyah merasa dirinya yang paling sakit sehingga tak memedulikan perasaan Galih sedikitpun.

Charlie melihat jam tangannya, waktu hampir menunjukkan pukul 12 siang. Dia menatap dua dokumen yang ada di atas meja kerjanya, yang memerlukan tanda tangan Aisyah, CEO perusahaan tempat mereka bekerja.

Namun, kejadian di ruang rapat tadi pagi masih terngiang-ngiang di benaknya. Galih dan Aisyah terlibat perdebatan yang cukup sengit tentang hubungan mereka berdua. Suasana hati keduanya jelas tidak baik-baik saja. Charlie menghela napas panjang, Charlie berpikir keras. Ruang kerja Aisyah berada di lantai yang berbeda dengan ruangan site manager tempat Galih duduk.

Dia tahu harus segera menemui Aisyah, tetapi dia juga tidak ingin menambah suasana hati Aisyah yang sedang buruk. Charlie dapat merasakan ketegangan di udara setelah perdebatan antara Galih dan Aisyah tadi. Charlie menimbang-nimbang keputusan yang akan diambilnya. Akhirnya, dia memutuskan untuk mengurungkan niatnya menemui Aisyah, setidaknya untuk saat ini.

Dia meletakkan kembali dokumen tersebut ke dalam map dan menyimpannya di laci meja kerjanya. Dia akan mencoba mencari waktu yang lebih tepat untuk menemui Aisyah dan meminta tanda tangan di atas dokumen itu, saat suasana hati Aisyah sudah mulai membaik.

Sementara itu, Charlie memutuskan untuk makan siang bersama rekan kerjanya di kantin perusahaan. Dia berharap suasana hati Galih dan Aisyah segera membaik, sehingga mereka dapat kembali bekerja sama dengan baik demi kemajuan perusahaan.

Namun, siapa sangka. Galih memilih untuk pergi meninggalkan perusahaan itu dalam suasana hatinya yang masih buruk. Galih pergi entah ke mana dan belum ada tujuan yang ingin dia kunjung. Tetapi, Galih tahu di mana tempat yang bisa membuat hatinya kembali tenang.

1
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
mochamad ribut
up
mochamad ribut
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!