Karya ini murni karangan author sendiri ya guys 😘 maaf bila ada kesamaan nama tokoh, atau banyak typo 🙏
Karya ini lanjutan dari novel "Ku Penuhi Janjiku"
Kisah percintaan Bara dan Gala yang cukup rumit, rasa enggan mengenal yang namanya 'CINTA' membuat Bara memutuskan untuk menyendiri dan fokus bekerja.
akankah Bara menemukan cinta yang bisa menggetarkan hatinya?
Apakah Gala dapat menemukan kembali belahan jiwanya yang mampu menyembuhkan lukanya?
Yuk, simak terus ceritanya sampai habis ya😘
HAPPY READING 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden Segelas Air
Alea dan yang lainnya pulang setelah menyelesaikan sarapannya, mereka berempat pergi ke rumah Alea. Sesampainya di rumah Alea, Hamzah dan Gala tengah duduk menunggu Alea pulang karena rumah di kunci rapat.
"Abang." Panggil Alea.
"Iya dek, kalian habis darimana?" Tanya Hamzah.
"Habis sarapan bubur mang Toha bang. Oh iya, semalam kenapa abang gak pulang? Abang gak pergi ke rumah Bagas sama Jena kan?" Tanya Alea. Dia sangat yakin kalau kakak satu-satunya itu pergi menemui Bagas dan Jena, ia tidak mau kakaknya berbuat nekat sampai membuat kekacauan seperti bayangan Alea.
"Menurutmu?" Tanya balik Hamzah.
"Issh, ngapain juga abang nyamperin mereka?" Kesal Alea.
"Lah, kenapa emangnya? Biar mereka tahu, kamu itu kebanggan abang. Gak boleh ada satupun orang yang nyakitin kamu, kalo ada yang nyakitin kamu lagi bilang sama abang biar abang hajar." Ucap Hamzah dengan menggebu-gebu.
"Ayo masuk, kayaknya abang lapar. Manusia itu kalau perutnya kosong, lebih gampang kerasukan setan dan contohnya abang." Ucap Alea.
Hamzah hanya menggelengkan kepalanya mendengar celotehan Alea, ia mengikuti kemana Alea membawanya pergi. Sampai di ruang tengah, Alea langsung berjalan ke arah dapur guna mengambil sendok dan juga mangkuk untuk wadah bubur yang sengaja ia bawa.
"Kelamaan." Protes Gala merebut bubur dari tangan Alea, ia segera menuangkan bubur tersebut ke dalam mangkuk dan melahapnya seperti orang kerasukan.
Terlihat Mutiara sedang melancarkan aksinya, dia mengambilkan segelas air putih untuk Hamzah tanpa membawakan untuk Gala. Leona melihat kesempatan emas untuk mendekati Gala yang sedari tadi ia perhatikan, ia berlari kecil kearah dapur berniat mengambilkan air untuk Gala, namun ternyata semuanya gagal ketika kakinya tersandung dan..
"AAHHH!" Pekik Leona.
Byuuurrr...
Gala memejamkan matanya ketika sebuah air tersiram mengenai wajahnya, satu sendok yang hendak ia suapkan mengambang di udara. Lain halnya dengan Hamzah, bubur miliknya menjadi bubur berkuah akibat ulah Leona.
"Astaga, LEONA!" Pekik Mutiara.
Leona berusaha berdiri menahan sakit di bagian kakinya, matanya membulat melihat Gala dan Hamzah yang diam seperti patung kala sarapannya berubah menjadi kuah bubur.
"Alamak." Kaget Leona.
Alea dan Bara kompak tertawa melihat ekspresi Leona, apalagi ekspresi Gala yang kesal setengah mati.
BRAAKK..
Gala menggebrak meja dengan keras. Marah? Tentu saja, dia begitu marah karena ia sangat merasa lapar. Makanan yang tengah ia nikmati hancur seketika, tubuh Leona menegang di lengkapi tangannya yang gemetar melihat ekspresi Gala.
"Punya mata gak sih?!" Bentak Gala.
Leona terperanjat mendengar bentakan dari Gala, dia langsung bersembunyi di balik tubuh Alea. Bara menatap tajam Gala yang berani membentak seorang perempuan.
"Gala, apa bunda dan daddy mengajarkanmu membentak seorang wanita?" Tanya Bara dingin.
"M-maaf." Cicit Leona..
"Lu gak liat Bar? Muka gue basah, bubur gue juga jadi banyak airnya gara-gara dia. Wajar kan kalo gue marah!" Sewot Gala.
"Gue bisa bikin lagi sarapannya, jangan diambil ribet. Alea, tolong ambil mangkuk buburnya. Kakak mau bikin sarapan lagi buat Gala, Maklum aja kan kata kamu kalo orang lapar gampang kemasukan setan." Ucap Bara.
"Aku bantuin ya kak, sebagai permintaan maaf." Ucap Leona.
Bara hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban, Alea langsung membereskan semua mangkuk yang telah berisi bubur berair. Leona mengekor di belakang tubuh Bara, dia sangat takut melihat tatapan Gala, sedangkan Hamzah yang sama-sama tengah menikmati sarapannya hanya diam tak bersuara.
"Bang, kak Gala. Maafin Leona, niatnya baik kok. Dia cuman mau ngambilin air minum buat kak Gala, cuman sayangnya dia keserimpet sama lap kain di bawah." Ucap Alea.
Gala hanya berdehem seraya beranjak dari duduknya, dia pergi menuju kamarnya untuk mengganti pakaiannya yang basah. Alea, dia menghampiri Bara dan Leona yang tengah menyiapkan bahan masakan untuk membuat sarapan.
"Leona, biar gue aja sama kak Bara yang masak." Ucap Alea.
"Kalian berdua gabung aja sama yang lain, biar gue aja yang masak sebagai permintaan maaf gue." Ucap Leona.
Alea pun memandang kearah Bara, ia memberikan bahasa isyarat agar ikut keluar bersamanya. Leona langsung berkutat di dapur memasak makanan yang sekiranya gampang dan cepat, ia memilih membuat nasi goreng spesial yang menurutnya masakan paling bisa di terima oleh lidah orang lain.
"Moga aja tuh singa mau makan, serem banget cuy liat matanya. Kalo liat di drakor, tatapannya kek gitu kayak yang mau ngajak ahem-ahem, wkwkwkwk." Gumam Leona.
Tak lama kemudian masakan Leona sudah jadi, di bawanya dua piring nasi goreng ke ruang tengah. Bersamaan dengan itu pula, Gala keluar dengan pakaian santainya.
"K-kak, makan dulu. Maaf, aku cuman buatin nasgor." Ucap Leona kikuk.
Gala tak merespon ucapan Leona, dia duduk dan mengambil nasi goreng buatan Leona karena perutnya yang masih berisik minta di isi. Mutiara dan yang lainnya hanya dial melihat reaksi Leona, Alea mengusap pundak Leona dan membisikkan kata sabar di telinganya.
Hap..
Gala cukup terdiam begitu sesendok nasi goreng masuk ke dalam mulutnya, berbeda dengan Hamzah yang santai menikmati suapan demi suapan, karena ia sudah sering merasakan masakan kedua teman Alea. Alea memang tinggal sendirian, hal itu membuatnya lebih mandiri di temani kedua sahabatnya, mereka menghabiskan banyak waktu dari kulai sekolah, main, belajar, belajar masak dari media sosial sampai mereka pintar dalam urusan dapur.
Kenapa Hamzah tidak marah pada Leona? Jawabannya adalah, ia tahu betul seperti apa karakter kedua sahabat adiknya, Leona tipikal orang yang perhatian namun ceroboh, cengeng dan ceplas-ceplos. Sedangkan Mutiara, tidak beda jauh dengan Leona, hanya saja dalam hal pemikiran ia jauh lebih dewasa. Jadi, Hamzah hanya memaklumi kesalahan yang Leona lakukan selama Leona meminta maaf, terlebih lagi Leona ada usaha dengan membuat nasi goreng sebagai permintaan maafnya.
'Enak, kayak buatan bunda.' Batin Gala.
Gala melanjutkan sarapannya sampai habis tak tersisa, Mutiara dan Leona hanya melotot tak percaya menatap pria paling gengsian seluruh jagat raya.
*
*
Malam Hari.
Alea duduk di depan teras rumah menatap bintang yang bertabur di atas langit, Bara menghampiri Alea yang tengah memeluk lututnya diatas kursi dengan mata yang berkaca-kaca. Bayangan mendiang ibunya berputar dalam ingatannya, detik-detik terakhir ia merasakaan hangatnya sentuhan seorang ibu yang sangat ia idolakan membekas dalam benaknya. Rasa benci kepada sang ayah membuat dadanya sesak, mengingat semua perlakuannya seketika hatinya terasa di sayat pisau yang tajam.
"Kenapa? kangen bi Sandra?" Tanya Bara sambil duduk di samping Alea, ia menyebut ibu Alea dengan sebutan bibi atas permintaan mendiang sendiri.
Alea mengangguk pelan, ia tak berani menoleh ke arah Bara karena wajahnya sudah memerah menahan tangis. Bara ikut menatap kearah langit sama seperti Alea, sedetik kemdian ia mengusap mata Alea yang sudah menumpuk menggunakan kedua ibu jarinya. Alea menoleh kearah Bara yang di sambut senyum manis pria itu, hati Alea seakan menghangat mendapat perlakuan dari Bara.
"Rindu boleh, asal jangan sampai membuat sakit diri sendiri. Di setiap kehidupan pasti ada yang namanya kelahiran dan kematian, datang dan pergi. Aku sudah mendengar ceritanya dari abangmu, aku tidak membenarkan apa yang dilakukan oleh ayahmu. Sebagai seorang pria, aku malu dengan apa yang dilakukan oleh ayahmu dulu, ketegasannya sebagai pemimpin di dalam rumah tangga sangatlah buruk, dia lebih memilih menyelamatkan selingkuhannya sendiri di bandingkan dengan keluarga kecilnya. Aku yakin, suatu saat selingkuhan ayahmu pasti akan datang kepadamu jika ia membutuhkan sesuatu, bukan hanya dia saja. Ayahmu juga akan memohon sesuatu padamu, jangan pernah lemah jika mereka memohon dengan alasan apapun itu. Jantung ibumu memang masih berdetak di dalam tubuh pelakor, tapi bukan berarti kau akan tunduk padanya suatu saat nanti." Ucap Bara panjang lebar.
Kening Alea mengernyit mendengar kalimat terakhir dari Bara, ia tidak mengerti kemana jalur ucapan Bara. Saat Alea hendak melontarkan pertanyaan pada Bara, Bara langsung bangkit dari duduknya.
"Kau akan mengerti, jika hari itu tiba." Ucap Bara dengan senyum misteriusnya.
Hah? Mengerti? Apa yang akan aku pahami dengan ucapannya? Apa hubungannya dengan si Malapetaka?. Pikir Alea dengan rentetan pertanyaan yang memenuhi kepalanya.
Di balik pintu, Bara tersenyum misterius dengan semua pikiran yang masuk ke dalam otaknya.
"Akan ku ganti semua tangismu dengan tawamu, muali saat ini. Bahagiamu adalah prioritasku, tidak akan ku biarkan siapapun yang menyakitimu, apalagi mengambilmu dariku." Gumam Bara.