"Mas kamu sudah pulang?" tanya itu sudah menjadi hal wajib ketika lelaki itu pulang dari mengajar.
Senyum wanita itu tak tersambut. Lelaki yang disambutnya dengan senyum manis justru pergi melewatinya begitu saja.
"Mas, tadi..."
Ucapan wanita itu terhenti mendapati tatapan mata tajam suaminya.
"Demi Allah aku lelah dengan semua ini. Bisakah barang sejenak kamu dan Ilyas pulang kerumah Abah."
Dinar tertegun mendengar ucapan suaminya.
Bukankah selama ini pernikahan mereka baik-baik saja?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembar?
"Troy ..." perempuan itu tergagap, dan segera mengambil jarak tiga langkah ke belakang dari Hassan.
"Oh my God," sebaliknya, pria yang di sebut Troy itu malah mendekat dengan cepat. "Sumpah aku sedang dalam keadaan sadar, aku tidak minum setetes pun! " Troy menyakinkan diri sendiri, takut terjadi sesuatu di kepalanya, sehingga bisa melihat dirinya yang lain.
Meskipun sempat ragu karena syoknya sendiri tapi Hassan segera mengulurkan tangan.
Keluarga Troy adalah keluarga kaya, memiliki banyak bisnis properti, perusahaan mereka menjamur di mana-mana. Tapi keluarga mereka sudah lama pindah ke Malaysia dan beralih kewarganegaraan. Troy tinggal sendiri di Indonesia sejak mengambil sekolah hukum di Universitas Trisakti, Jakarta.
"Kita benar-benar mirip. " Troy menyambut jabatan tangan Hassan sambil menatap laki-laki di depannya dengan seksama.
Hal ini memang sangat aneh dan mengejutkan bukan hanya bagi Troy tapi juga bagi Hassan dan mungkin demikian pula bagi keluarga Kiai Ahmad Sulaiman dan tentunya keluarga besar Troy sendiri. Tanpa harus melakukan uji DNA sekalipun sebagian orang yakin jika mereka berdua adalah saudara.
"Kita kembar." ternyata Troy begitu antusias.
"Mungkin, " cuma itu yang bisa di ucapkan Hassan karena dia tidak pernah tahu jika memiliki saudara selain sepersusuan, Dinar. Hassan balas menatap laki-laki yang sedang berdiri tepat di hadapannya.
"Sebaiknya kita duduk, mari.. " saran Kiai Ahmad Sulaiman setelah reda dari keterkejutan nya sendiri.
Hassan mengajak mereka duduk di sofa kamar hotel dan mulai berbincang pelan-pelan seolah mengulik jati dirinya.
"Ya Allah, kuasamu begitu besar.. " Umi Zalianty begitu terharu.
Kedua laki-laki juga kompak menatap Umi Zalianty secara bersamaan.
"Oh, Tuhan... bahkan aku tidak bisa membedakan kalian berdua!" wanita yang salah mengenali Hassan rasanya ingin meremas kepalanya sendiri.
"Apa kita bisa menemui Mamaku?" Troy bertanya antusias. "Aku pernah menemukan album lama dan melihat bayi kembar di gendongan Mama. Dan itu bisa jadi kamu." jelas Troy membujuk.
"Subhanallah.. " Kaia Ahmad Sulaiman benar-benar tak menyangka.
"Sepertinya kita memang harus bertemu Mamaku." Troy menoleh pada Hassan. "Semoga mereka punya jawaban masuk akal untuk semua ini, karena mustahil jika kita tidak memiliki kekerabatan sama sekali."
"Kabarkan pada Dinar, jika kita tidak jadi pulang hari ini." Kiai Ahmad Sulaiman meminta Hassan memberi kabar adiknya.
Hassan segera menghubungi adiknya. Panggilan pertama langsung di angkat.
"Ya Allah! " Dinar juga terkejut ketika mengetahui Hassan ada dua.
Walaupun Dinar langsung bisa membedakan yang mana Hassan tapi memang tetap sangat aneh bisa ada dua orang yang sangat mirip fisiknya.
"Semoga segalanya dimudahkan, Bang, do'a kami menyertaimu. " dari layar ponsel Hassan, terlihat Dinar yang mengangkat tangan untuk menyemangati dirinya.
"Aamiin, Abang tutup dulu, salam untuk si ganteng dan Abunya."
"Naam, Assalamu'alaikum. " akhir dari Dinar, yang di jawab salam oleh Hassan.
Setelahnya mereka bersiap untuk check out dari hotel. Dan menuju bandara.
Hassan tidak menyangka jika orang tua Troy tinggal di Malaysia. Dia baru tahu ketika Troy meminta paspor mereka.
Sebuah pesawat akan membawa mereka meninggalkan tanah air, demi menyingkap kebenaran jati dirinya Hassan menjalani itu. Beruntung kedua orang tua angkatnya tidak meninggalkannya sendirian.
"Kalian beda keyakinan." perempuan yang sejak tadi memperhatikan dua orang dihadapannya akhirnya membuka suara soal keyakinan.
Hassan beradu pandang dengan Troy, Troy meringis sambil mengeluarkan sesuatu dari balik kemejanya.
Sebuah kalung perak dengan liontin salip tergantung dilehernya.
"Papa dan Mama kristen fanatik, kalau aku sendiri rasional. Mereka teguh dalam kepercayaannya. Tapi, kita tidak sedang membahas itu bukan?" dalam hati Troy berdoa. Setidaknya Hassan mau menemui kedua orang tuanya, dengan begitu dia memiliki alibi dengan nama Hassan, anak lain orang tuanya yang bisa meneruskan usaha properti sang Ayah. Sementara ia ingin melanjutkan hidupnya dengan bidang pekerjaan yang dia sukai yaitu menjadi seorang pengacara terkenal.
Begitu kira-kira.
Tapi jalan Tuhan memang misteri untuk semua orang, perjalanan Hassan kesini berawal dari ajakan sang Abah, tidak tahunya sebuah misteri lain bisa menyingkap tabir asal usulnya.
Tapi sekali lagi, takdir tidak ada yang tahu, sama halnya Troy, Hassan juga sedang berjuang teguh demi mengejar cita-citanya. Bukankah mereka berjuang keras untuk cita-cita yang sama. Bahkan keduanya sama-sama kuliah di universitas hukum, meski di tempat yang berbeda.
******
Kiai Ahmad Sulaiman ikut duduk di samping Hassan untuk memberi dukungan. Sebenarnya tidak masalah bagi Kiai Ahmad Sulaiman siapapun orang tua Hassan anak itu sekarang tetap putranya. Tapi Kiai Ahmad Sulaiman tahu sepenting apa hal tersebut bagi Hassan.
Troy tidak bisa berhenti memikirkan semua hal ajaib ini dan belum bisa membayangkan akan seperti apa jika nanti orang tuanya tahu.
Akhirnya Troy berhasil membawa Hasan ke rumah orang tuanya.
Tiba di Malaysia. Troy langsung membawa mereka ke rumah kedua orang tuanya.
Hanya dengan melihat bangunan yang berdiri kokoh berhalaman luas dan berada di kawasan elit. Siapapun bisa menilai jika orang tua Troy bukan orang sembarangan. Bahkan kedatangan mereka langsung di sambut oleh orang-orang berpakaian seragam.
Troy membawa Hassan menemui orang tuanya.
Hassan segera menghampiri Nyonya Sanjaya mencium punggung tangan Ayah serta ibunya kemudian membiarkan tubuhnya dipeluk erat-erat. Tanpa memerlukan pembuktian apapun Nyonya Sanjaya langsung yakin dan bisa merasakan jika Hassan adalah putranya.
"Selama ini kami tidak berani berandai-andai, hari ini akan terjadi." punggung Nyonya Sanjaya mulai bergetar tangis harunya yang sudah pecah. Seorang anak laki-laki hilang darinya hingga sebesar ini baru ketemu. Anak laki-laki yang pernah di curi pekerja rumahnya tapi tetap bisa menjadi pria tampan luar biasa.
*****
Dirumah mertuanya Dinar diperlakukan dengan sangat baik, Dinar suka berada di tengah-tengah mereka, keluarga Irham memang hidup di pelosok tapi tak membuat Dinar jemu dan merindukan kota.
"Maafkan Irham yang kadang tidak terlalu peka dengan keadaan ya nduk. Irham sudah cerita sama ibu, kalau dia pernah membuatmu sakit hati sebab ucapan dan tindakannya."
Tangan Dinar di genggam hangat oleh ibu suaminya. Dinar juga tidak menyangka Irham akan terus terang pada ibunya soal permasalahan rumah tangga mereka yang sudah berlalu.
Segala sesuatu memang tidak selalu langsung tersaji dalam wujud yang sempurna, demikian pula yang sering terjadi dalam sebuah hubungan. Perlu pendewasaan, hati yang lapang dan saling pengertian untuk bisa mengalahkan keegoisan yang sering minta untuk lebih dituruti. Dinar selalu di ajarkan oleh Kiai Ahmad Sulaiman untuk melihat masalah dari bingkai yang lebih besar agar dia juga bisa melihat masing-masing dari lebih banyak sudut pandang.
Sikap Irham yang egois bukan musuh bagi Dinar meskipun sadar ketika sedang dimusuhi. Irham adalah Ayah dari anaknya, kadang keinginan lebih tentu lumrah. Hanya kata bosan dan menyesal itu yang tidak bisa hilang dari ingatan Dinar begitu saja.
Dinar sedang merangkai gelas yang dipecahkan oleh Irham kemarin.Tapi setelah ia rangkai dengan sangat rapi tetap saja tidak bisa menampung air seperti sebelum pecah, tetap ada air yang keluar dari sela-sela pecahannya. Seperti itulah hatinya yang sudah terluka karena kata-kata Irham, lukanya sembuh, tetapi tidak dengan bekas lukanya, bekas itu akan menjadi cacat seumur hidupnya.
Harusnya Dinar bisa berbahagia dengan sangat, setelah suaminya berubah begitu banyak. Tapi perubahan Irham juga diiringi dengan rasa was-was sebab Dinar masih belum yakin dengan hati Irham, masih ada kah nama Ratih di hati suaminya?