Salwa Nanda Haris, anak sulung dari pasangan Haris dan Raisya. Salwa menolak perjodohannya dengan Tristan, pria yang berstatus duda anak satu.
Awalnya Salwa sangat menolak lamaran tersebut. Ia beralasan tak ingin dibanding-bandingkan dengan mantan istrinya. Padahal saat itu ia belum sama sekali tahu yang namanya Tristan.
Namun pernikahan mereka terpaksa dilakukan secara mendadak lantaran permintaan terakhir dari Papa Tristan yang merupakan sahabat karib dari Haris.
Sebagai seorang anak yang baik, akhirnya Salwa menyetujui pernikahan tersebut.
Hal itu tidak pernah terpikir dalam benak Salwa. Namun ia tidak menyangka, pernikahannya dengan Tristan tidak seburuk yang dia bayangkan. Akhirnya keduanya hidup bahagia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menu Baru
Sebelum waktu Shubuh, Tristan terbangun. Ia menghidupkan lampu dan pergi ke kamar mandi. Keluar dari kamar mandi, ia kembali ke atas tempat tidur. Tristan memperhatikan wajah istrinya yang begitu damai dalam tidurnya. Ia menyunggingkan senyum mengingat percintaannya semalam. Tiba-tiba selimut Salwa bagian atas terbuka. Sebelah gunung kembarnya menonjol keluar, karena Salwa memang tidak memakai Branya lagi. Otomatis senjata Tristan menegang.
Bentuk yang bulat dan sintal seperti magnet yang menarik. Tristan pun reflek menyentuh benta tersebut. Memainkan ujungnya yang berwarna pink kemerahan.
"Euh..." Salwa melenguh.
Tristan semakin gencar bermain-main. Bahkan ia memberi tanda merah di sana.
"Au!" Pekik Salwa. Ia pun terbangun.
"Mas..."
Belum melanjutkan ucapannya, bibis Salwa sudah diserbu suaminya. Tristan mncumbu Salwa kembali. Tangannya pun berkelana kemana-mana.
Salwa pasrah kepada suaminya. Hasrat Tristan yang tidak tersalurkan selama 6 tahun kini menggebu-gebu. Ia bahkan lebih ganas dari semalam. Mereka melakukannya sampai hampir adzan Shubuh berkumandang.
"Ayo kita mandi!"
"Aku bisa sendiri, Mas!"
"Jangan membantah!"
Tristan pun menggendong Salwa ke kamar mandi. Ia membaringkan Salwa di bak mandi.Dan menghidupkan air di Bak tersebut.
"Apa masih perih?"
"Hem, sedikit!" Bohong Salwa. Ia tidak ingin suaminya merasa bersalah.
"Coba aku lihat!"
"Ti-tidak usah, Mas!" Salwa menutupi ***********.
"Aku sudah melihatnya bahkan merasakannya, ngapain kamu tutupi?"
"Malu..."
Tristan menyunggingkan senyumnya.
"Bilas dengan air hangat, nanti juga sembuh kalau sering dipakai."
Salwa membelalakkan matanya. Tristan menahan senyumnya melihat ekspresi Salwa.
Setelah selesai mandi dan bersuci, keduanya shalat Shubuh berjama'ah.
Pagi harinya.
Salwa mengantarkan Khumairah ke sekolah. Karena Mang Jaja sakit, Salwa dan Khumairah ke sekolah bersama Tristan. Iyan yang menyupir mobilnya.
Tristan duduk di depan, samping kemudi. Salwa dan Khumsirah duduk di jok tengah. Iyan melirik ke arah Bosnya, kemudian melihat ke belakang dari cermin depan yang berada di atas. Iyan menyunggingkan senyumnya.
"Kamu kenapa senyum-senyum sendiri, Yan?"
"Ah, tidak! Tidak apa-apa, Bos!"
"Fokus nyetir, Kamu membawa empat nyawa!"
"Iya, iya, Bos!"
Tidak lama kemudian mereka sampai di sekolah. Tristan membukakan pintu untuk Khumairah dan Salwa.
"Aku akan mengantar kalian ke dalam."
"Yeay..."
Khumairah menggandeng tangan Abi dan Bundanya. Ia melangkah dan tersenyum bahagia.
Kedatangan mereka menjadi pusat perhatian Ibu-ibu yang sedang menunggu anak-anaknya.
"Pak Tristan, apa kabar?" Sapa Miss Fera.
"Alhamdulillah baik, Miss! Bagaimana kabar anda?"
"Saya juga baik, Pak!"
Khumairah mencium punggung tangan Abi dan Bundanya, juga Miss Fera dan masuk ke dalam kelas.
"Miss, minggu depan Ira ulang tahun, saya ingin mengundang semua teman Ira. Apa anda bisa bantu saya mengirim data anak-anak?"
"Tentu, Pak Tristan! Nanti saya akan kirim data anak-anak."
"Terima kasih, saya permisi dulu."
Salwa mencium punggung tangan suaminya. Tristan keluar dari gedung sekolah. Di dalam mobil Iyan tak henti-hentinya mengejek Bosnya.
"Wah wah ada yang udah buka puasa nih!"
"Belum bulan puasa, Yan!"
"Ya, tapi Bos kan, udah lama puasa!"
Tristan mengernyitakan dahinya.
"Haha... Bos, ternyata Nyonya Bos ganas juga ya? Lihat tuh leher kamu, Bos!"
Sontak Tristan meraba lehernya kemudian berkaca di spion. Ia menyunggingkan senyumnya mengingat percintaannya dengan Salwa. Lalu iya membenarkan kerahnya untuk menutupi bekas merah tersebut.
"Yaelah, Bos! Malah senyum-senyum sendiri! Gimana rasanya, Bos? Ada yang beda nggak? Kan, menu baru? Hehe..."
"Nggak usah tanya-tanya! Nikah sana! Biar nggak penasaran!"
"Izh, aku pingin cari yang jinak-jinak merpati seperti Nyonya Bos!"
"Sekali lagi kamu ngomongin istriku, aku pecat kamu!"
"Widih, sadis bener, Bos! Main pecat saja! Hehe... iya aku diam nih! Tapi bilangin Nyonya Bos ya, kalau ada temannya yang jomblo mau dong!"
"Hem, wani piro?"
"Ish, nggak pingin lihat asistennya bahagia nih si Bos! Tapi aku senang, Bos sudah menemukan pendamping hidup sekaligus Ibu untuk Khumairah!"
Tidak tersa keduanya kini sudah sampai di kantor.
"Pak Tristan, ada yang mencari anda!" Ucap Dini selaku sekretaris Tristan.
"Siapa?"
"Namanya Anita, sekarang sedang menunggu di ruang tamu."
Tristan sengaja membuat ruang khusus untuk tamu di samping ruangannya agar tidak mengganggu privasinya.
Iyan menemani Tristan menemui perempuan yang dimaksud. Benar saja seorang wanita berbadan tinggi semampai, kulit putih, rambut bergelombang dengan pakaian ala model internasional berdiri depan Sofa.
"Ada perlu apa kamu menemuiku?"
"Tidakkah kamu merindukan aku, Tris?"
"Langsung saja, jangan bertele-tele!
"Bisakah kita ngobrol berdua saja?" Anita melirik Iyan.
"Saya keluar dulu, Bos!"
"Jangan jauh-jauh dari pintu!"
"Oke, Bos!"
Setelah kepergian Iyan, Anita mendekati Tristan.
"Jangan dekat-dekat kita bukan mahram!"
"Kamu tidak pernah berubah! Dari sejak kita pacaran dulu kamu tidak pernah bersikap manis kepadaku! Tapi anehnya aku sangat mencintaimu!"
"Bulshit! Itu cerita lalu! Buktinya kamu yang berkhianat!"
Tristan berdiri dan Anita duduk di sofa menyilangkan kakinya, hingga belahan roknya tersingkap. Tristan mengalihkan pandangan ke sembarang arah.
"Aku terpaksa, Tris!"
"Tidak usah dibahas lagi! Ada perlu apa kamu mau menemuiku setelah sekian lama?"
"Aku baru kembali dari LA dua hari yang lalu. Maafkan aku, aku baru mendengar kalau istrimu meninggal, aku ikut berduka cita. Kasihan sekali anakmu, dia pasti Kekurangan kasih sayang seorang Ibu."
"Terima kasih, itu sudah terjadi 6 tahun yang lalu."
"Lalu apa kamu tidak ingin mencari penggantinya?"
Tristan tersenyum sinis mendengar ucapan Anita.
"Maksudmu?"
"Bukankah dulu kamu sangat mencintaiku? Saat ini aku sendiri dan kamu sendiri! Ayolah kita bisa menjalin cinta kita kembali."
Anita mengambil tangan Tristan, namun dihempaskan.
"Ish kasar sekali! Awas saja kalau nantinya kamu jatuh cinta lagi kepadaku!"
"Aku sudah memiliki istri, tidak ada ruang lagi di hatiku untuk wanita lain! Kalau kamu hanya ingin menyampaikan lelucon seperti ini, lebih baik kamu pulang saja! Aku masih banyak kerjaan!"
"Haha... kamu yang lucu, Tris! Aku datang ke Indonesia khusus untuk bertemu denganmu!"
Anita berdiri, dan memegang dasi Tristan. Tristan masih mengamatinya.
"Tidak usah bermain-main! Hubungan kita sudah tinggal kenangan, sejak kamu pergi dengan selingkuhanmu itu! Dan sekarang aku sudah memiliki kehidupan yang baru, dan tentu sku bahagia saat ini!"
Tristan membuka pintu tangan itu. Rupanya Iyan bersender di sana. Sehingga saat pintu dibuka, Iyan hampir saja terjatuh.
"Pintunya sudah kubuka, silahkan keluar!"
"Sombong sekali kamu, Tris! Niatku ini baik, tapi kamu malah menghinaku!"
"Aku tidak menghilang, aku hanya membuka matamu! Sadarlah!"
"Nona Anita, anda sudah dengar apa kata Bosku? Mari saya antar ke depan!"
Saat Iyan memegang lengan Anita, justru Anita menghempaskannya.
"Aku bisa sendiri!"
Anita menghentakkan kakinya lalu pergi meninggalkan Tristan dan Iyan.
"Hahaha... dasar ulat keket! Bos, bos, kenapa dulu kamu mencintai wanita seperti dia?"
"Itu kan, dulu! Mungkin mata batinku dulu tertutup! Tolong kamu selidiki dia! Jangan sampai dia jadi benalu dalam rumah tanggaku!"
"Siap, Bos! Jangan lupa bonus masuk rekening ya!"
"Sudah, ayo kita ke ruang meeting!"
"Baik, Bos!"
Mereka berdua menuju ke ruang meeting.
...----------------...
Next ya kak...
Lanjut Baca ke 4...🤗🥰
Gina Ga Ketauan Iy...😅😅
Uda Dapat Restu...🤲🏻🤲🏻😘😘😍😍
Oleh² Khas Palembang 🤭😁