Simpanan Bapak Kost

Gak pernah bosen ngingetin kalian buat like, like kalian sangat berharga untuk perkembangan novel ini :):

...----------------...

Troy yang sudah memakai jaket kulit berwarna hitam tampak keluar dari rumahnya membawa dua buah helm untuk dirinya dan Gralind, walaupun pikirannya sedang tertuju kepada ucapan Albar tadi, dia berusaha untuk melupakan hal itu.

"Bapak Troy!"

Troy yang tadi tidak fokus kedepan mengangkat kepala dan menatap Gralind dalam kondisi tercengang, bagaimana tidak, penampilan Gralind kali ini benar-benar berbeda, dia sudah menggerai rambutnya dan melepas kacamatanya.

"Cantik."

"Pak Troy?" Gralind melambaikan tangan di depan wajah Troy membuat Troy terhenyak dari pikirannya. "Penampilan aku, aneh yah?"

"Eh, Gak, cantik malahan, tapi bukannya mata kamu minus, makanya harus pakai kacamata, kok gak dipake?"

Gralind menyulam senyum. "Sesekali aja, supaya bisa cantik didepan someone spesial." Gralind mengedipkan mata pada Troy.

Troy menelan ludah terdiam, nekat, itulah yang dilakukan Gralind, kalau tidak ada yang agresif diantara mereka, rencana Gralind tidak akan berjalan, jadi biarlah dia yang mencoba agresif.

"Ayok, Pak, nanti telat," ujar Gralind pada Troy.

Apa saya salah lihat? Batin Troy diatas motor sport yang sebenarnya dijadikan Troy pajangan karena setiap bekerja, Troy menggunakan mobil miliknya.

Kini Troy dan Gralind sedang berboncengan meninggalkan area Kost-an menuju sebuah Mall yang menjual beberapa perabotan yang Gralind butuhkan.

"Pak, Gralind boleh nanya gak?"

"Kenapa?"

"Pak Troy sama Bu Tania lagi ada masalah yah, maaf, tadi Gralind tidak sengaja mendengar ada pertengkaran, maaf kalau lancang."

Troy terdiam, dia hanya bisa menghela napas panjang dan bingung harus menjawab darimana.

"Maaf yah Pak, kalau sekiranya aku lancang."

"Gapapa, ini memang salah saya, saya menikahi Tania karena orang tua Tania itu adalah udah biayain kuliah saya selama di Denmark sampai lulus, sebagai balas Budi saya menikahi Tania, memang awalnya kami tidak saling mencintai, tapi saya berusaha menerima Tania, tapi tidak begitu sebaliknya, Tania memiliki jiwa yang bebas, dia tidak pernah ingin diam di rumah, dia menganggap saya sebagai suami Figuran, selama dua tahun menikah, saya tidak pernah melepas keperjakaan saya."

"Hah?"

"Saya masih perjaka kan jatuhnya?"

"Belum ngelakuin hubungan itu," Gralind berusaha memastikan.

"Belum pernah dengan wanita lain, bahkan dengan istri saya sendiri Gralind, saya masih perjaka tapi sudah menikah, mungkin bentar lagi saya akan jadi Duda Tapi Perjaka."

"Kenapa Bapak gak cerai aja dari Bu Tania?"

"Selama dia tidak melakukan pengkhianatan saya tidak masalah, tapi kalau bisa, saya ingin mengkhianati dia, terkesan tidak adil bukan?"

"ADIL! ADIL BANGET! ISTRI BAPAK ITU PELAKOR, KALAU BAPAK SELINGKUH ITU ADIL!" Sayangnya Gralind tidak berani mengucapkan hal ini secara langsung.

"Tapi saya gatau, saya kayaknya mati rasa sama perempuan, kecuali sama seseorang, selain Tania-"

"Siapa?"

Troy tidak menjawab, Gralind paham arah pembicaraannya, Gralind memeluk pinggang Troy dan menyandarkan kepalanya di bahu Troy. "Bapak tuh spesial, Bapak adalah laki-laki hebat, jika Bu Tania tidak bisa melihat itu, dia benar-benar buta."

Dari segala aspek yang ada, Troy adalah pria sempurna dengan sejuta pesona, hanya wanita bodoh seperti Tania yang tidak bisa melihat hal itu.

"Apa ketakutan terbesar, Pak Troy?"

"Mencintai wanita lain, sedang saya sudah beristri," jawab Troy sederhana tapi sangat dalam. "Some men have experienced this at some point in their lives."

"Percayalah, Pak Troy bukan suami Figuran."

...----------------...