Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAK ADA YANG TAHU KEBERADAANNYA
Logan yang saat ini terbaring di rumah sakit, semakin merasa tak nyaman. Vin yang tak ada di sana karena membantunya mengurus perusahaan pun akhirnya terpaksa bolak-balik untuk memeriksa keadaan Logan. Hal itu karena Richard juga tak bisa sepenuhnya mengawasi Logan.
“Aku mau pulang saja, Vin,” kata Logan dengan wajah dinginnya.
Vin berdecak kesal, “kamu itu masih sakit.”
“Sakit? Aku tidak sakit, hanya milikku saja yang tidak biaa berdiri,” ujar Logan.
“Bukankah itu berarti dirimu tidak baik-baik saja?”
“Apa kamu akan membuatku terus di rumab sakit hingga kondisiku kembali seperti semula? Bawa saja wanita itu ke hadapanku, maka milikku akan kembali seperti semula.”
“Kamu akan kembali menyakitinya?” tanya Vin.
“Menyakiti? Ia pantas mendapatkannya, Vin! Ia menentangku hingga pernikahan itu terlaksana,” ujar Logan yang masih tetap pada pendiriannya.
“Log!” Vin terus mencoba menyadarkan Logan, tapi sahabatnya itu masih tetap sama.
“Cepat urus kepulanganku! Kalau tidak aku akan menghancurkan semua barang di kamar ini,” ancam Logan.
Vin kembali berdecak. Namun saat ia ingin melangkahkan kakinya keluar dari ruang perawatan, ponsel Logan yang ia letakkan di atas nakas berbunyi. Logan melihat nama yang tertera di sana.
“Masih ingat juga dia dengan anaknya, ku kira ia melupakanku karena berbulan madu dengan wanita tak tahu diri itu,” kata Logan, “kamu saja yang mengangkatnya, Vin. Katakan padanya kalau aku sibuk!”
Vin melangkah kembali mendekati Logan lalu menjawab panggilan tersebut. Vin menekan tombol pengeras suara agar Logan juga bisa mendengar apa yang dikatakan oleh Dad Darius.
“Iya, Uncle.”
“Vin, di mana Logan?” tanya Darius.
“Logan sedang sibuk, Uncle. Sebentar lagi kami harus menghadiri meeting,” jawab Vin yang dengan terpaksa berbohong. Tapi ia juga tak mungkin mengatakan kondisi Logan saat ini.
“Ada apa, Uncle? Nanti aku akan menyampaikannya pada Logan,” lanjut Vin.
“Vin, sudah beberapa hari ini Alina tak menjawab panggilan ponselnya. Ia mengatakan kalau ia mendapatkan perjalanan dinas ke Toronto. Bisakah membantu Uncle untuk mencari keberadaannya? Flo sangat kuatir padanya,” pinta Darius.
“Baiklah, Uncle.”
“Terima kasih, Vin,” panggilan tersebut pun terputus.
Logan yang mendengar ucapan Dad Darius pun mengepalkan tangannya.
“Ia begitu kuatir dengan perasaan wanita itu, tapi tak memikirkan bagaimana perasaan Mommy ketika ia menikah lagi dengan menggantikan posisi Mommy,” ujar Logan.
Tapi Aunty Natalie sudah meninggal, Log. Apa kamu akan terus seperti ini? Uncle juga memerlukan seseorang untuk menemaninya. - batin Vin yang sebenarnya kesal dengan Logan.
Vin menghela nafasnya pelan, “aku akan keluar dulu dan mengurus kepulanganmu.”
“Cepatlah!”
Setelah Vin pergi, Logan mulai berpikir tentang apa yang tadi dikatakan oleh Dad Darius.
**
Setelah mengantarkan Logan kembali ke Mansion Ruiz, Vin pun pergi ke Perusahaan Ruiz. Ia masuk sendiri ke sana seperti kemarin-kemarin. Semua mata menatapnya penuh damba karena memang Logan, Vin, dan Richard, ketiga pria itu selalu saja menarik perhatian orang-orang di sekitarnya, terutama para kaum hawa.
Vin langsung bergegas menuju ke ruang kerja miliknya. Ia mulai menghubungi seseorang untuk membantunya pergi ke Perusahaan periklanan di mana Alina bekerja.
Tiga puluh menit kemudian,
“Tuan, Wanita bernama Alina sudah tidak bekerja lagi di perusahaan tersebut. Ia sudah mengajukan resign sejak beberapa hari yang lalu,” demikianlah informasi yang disampaikan oleh orang kepercayaannya.
“Resign?” tanya Vin sekali lagi untuk meyakinkan dirinya.
“Benar, Tuan. Tak ada tugas atau pun perjalanan bisnis yang diberikan oleh perusahaan tersebut ke Kanada.”
“Baiklah. Cari informasi lagi tentang di mana keberadaannya saat ini. Kabari aku segera,” ujar Vin.
“Siap, Tuan.”
Vin mengetukkan bolpoinnya beberapa kali ke atas meja. Ia kembali berpikir dan berpikir.
“Jangan-jangan ia pergi karena …,” Vin yakin bahwa Alina tak ingin pernikahan Darius dan Florence sampai batal. Ia bahkan rela mengalami kekerasan yang dilakukan Logan karena tidak membujuk Aunty Flo untuk membatalkan pernikahan itu.
“Ia mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan Mommynya,” gumam Vin yang sampai pada kesimpulannga.
Vin yang telah mengantongi informasi itu pun segera menghubungi Darius, “Halo, Uncle.”
“Vin?!”
“Maaf mengganggu bulan madumu, Uncle,” goda Vin.
“Tak apa, nanti kalau kamu berbulan madu, Uncle yang akan ganti mengganggumu,” Darius justru balas menggoda sahabat putranya itu. Darius sangat mengenal Vin yang tak lain adalah putra sahabatnya, begitu pula dengan Richard.
“Uncle …,” Vin mulai merajuk karena Darius menggodanya.
Darius tertawa di seberang telepon, “Apa kamu sudah mendapatkan informasinya, Vin?”
“Sudah, Uncle,” jawab Vin.
“Di mana Alina? Apakah ponselnya rusak?”
Vin menghembuskan nafasnya, ia sedikit bingung sekaligus ragu saat ingin mengatakannya.
“Aku tidak tahu apakah ponselnya rusak atau tidak, tapi …,” Vin menghentikan kalimatnya.
“Ada apa, Vin? Jangan membuat Uncle takut. Saat ini Flo sangat kuatir padanya,” ujar Darius.
“Ia tidak melakukan perjalanan bisnis sesuai informasi yang Uncle berikan. Ia … ia sudah resign dari perusahaannya sejak beberapa hari yang lalu,” kata Vin.
“Lalu di mana dia?!” Kini nada suara Darius mulai meninggi, “Di mana Logan?”
“Logan se- …,” Vin belum menyelesaikan kalimatnya dan Darius kembali menimpali.
“Minta Logan mencari Alina segera! Uncle akan segera kembali. Seharusnya Logan menjaganya, bukankah Alina adalah adiknya juga,” Darius tampak kesal dan juga kuatir. Semua itu bisa terdengar dari suara Darius yang sedikit bergetar.
**
Vin kembali menghela nafasnya ketika ia sudah sampai di Mansion Ruiz. Ia membawa beberapa tumpuk berkas yang harus ditandatangani serta diperiksa oleh Logan.
“Log!” Vin masuk ke dalam kamar tidur Logan setelah tak mendapati sahabatnya itu di ruang kerjaz
Logan diam sambil menatap ponselnya. Wajahnya tampak datar dan sesekali ia mengusapnya kasar. Vin pun melangkah mendekat untuk melihat apa yang sedang diperhatikan oleh Logan.
“Log, kamu menonton film seperti itu?” Meskipun Vin adalah seorang penggoda dan pemain wanita, tapi ia tak pernah menonton film semacam itu.
“Tak bekerja! Film ini juga tak bekerja untukku! Shitttt!!!” teriak Logan kemudian melemparkan ponselnya ke dinding hingga akhirnya hancur berantakan.
“Sepertinya milikmu akan terus seperti itu, Log,” kata Vin.
“Apa maksudmu? Apa kamu mau mengejekku?” tanya Logan.
“Mengejek? Tentu saja tidak. Aku justru bersimpati padamu, Log. Kamu mengatakan bahwa milikmu hanya akan kembali seperti semula jika ada Alina di sini bukan?”
“Apa kamu sudah menemukannya?”
“Menemukan? Belum! Bukankah aku mengatakan kalau milikmu mungkin akan seperti itu dalam waktu yang lama,” jawab Vin.
“Apa maksudmu?”
“Saat ini Alina sudah berhenti bekerja dan tak ada yang mengetahui di mana keberadaannya. Ia pergi, Log. Ia pergi.”
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻