"Kita tidak akan pernah berpisah," janji Damian.
Tapi janji tak semudah itu untuk ditepati, saat masih anak-anak dan sama-sama ditawan oleh penculik mereka saling memeluk erat.
Tapi beberapa tahun kemudian mereka kembali dipertemukan dan seperti orang asing.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
WSTM Bab 12 - Ains dan Ford
"Cantik," kata Damian sekali lagi dan akhirnya berhasil membuat kedua pipi Ainsley jadi merah merona.
"Tuan pasti memiliki banyak kekasih, karena Tuan pandai merayu," balas Ainsley, dia menunduk coba menyembunyikan rasa malu ini, Ainsley pun menyelipkan rambutnya ke belakang telinga membuat pergerakan yang tidak penting.
Sementara Damian tidak menanggapi kata-kata Ainsley tersebut, dia justru kembali mengajukan pertanyaan yang lain. "Siapa namamu?" tanya Damian kemudian.
"Ains, Tuan bisa memanggilku dengan sebutan Ains," jelas Ainsley.
Damian tersenyum sesaat, nama yang lagi-lagi membuatnya kembali teringat tentang Ainsley. Tapi Damian tidak ingin menjadi pecundang, menjadikan Ains sebagai wanita yang selama ini dia cari. Damian pilih untuk tidak bersikap seperti itu. Ains adalah Ains, bukan Ainsley.
"Aku Ford," jelas Damian, bukan menyebutkan nama depannya, Damian justru memperkenalkan diri dengan nama belakang keluarganya, Lynford, jadi Ford.
"Tuan Ford," ulang Ainsley dengan suaranya yang manja, terdengar begitu renyah di telinga Damian. Suara yang mampu membuatnya terus tersenyum.
"Kamu sudah makan? Makanlah, aku memesan semua makanan ini untuk mu," ucap Damian, dia menunjuk meja dengan matanya dan Ainsley pun mengikuti arah pandang itu, ternyata di atas meja sudah tersaji banyak makanan. Saat masuk tadi Ainsley tak menyadarinya, dia terlalu terpana dengan ketampanan sang klien.
"Banyak sekali, jadi mubazir jika tidak dimakan habis," jawab Ainsley, sedikit mengeluh tentang banyaknya makanan di atas meja.
"Kalau begitu habiskan," kata Damian.
"Mana bisa, nanti perut ku pecah. Bagaimana jika kita makan seperlunya? Sisanya nanti ku bawa pulang, apa boleh?"
"Kenapa membawa pulang makanan sisa? Aku akan membelikan mu yang baru."
"Aku tidak suka buang-buang makanan," balas Ainsley, dengan sorot mata yang memelas.
Anehnya Damian merasa lemah dengan sorot mata itu, dia seperti tak bisa menolaknya. Justru tangannya bergerak naik untuk membelai lembut wajah Ains. "Baiklah," jawab Damian singkat.
Kali ini memang dia yang salah, karena terlalu banyak menyediakan makanan.
Mendapatkan izin itu Ainsley tentu sangat senang. "Aku akan menyuapi, Tuan," kata Ainsley kemudian. Ainsley memang sudah terbiasa melayani klien sampai seperti ini, jadi ini bukanlah sesuatu yang spesial.
Ainsley mengambil beberapa makanan di dalam satu piring. "Tuan Ford, apa tidak masalah jika kita makan dari satu sendok?" tanya Ainsley, takutnya dia membuat sang klien jijik.
"Tidak masalah," jawab Damian.
"A," kata Ainsley yang mulai menyuapi Tuannya.
Dan Damian pun patuh untuk membuka mulut.
Malam ini mereka benar-benar makan bersama, dari satu piring yang sama dan satu sendok yang sama.
Padahal sebelum pergi tadi Damian sudah makan malam bersama keluarganya, tapi kini dia tetap menyantap semua makanan yang diberikan oleh Ainsley.
Di akhir mereka pun pilih untuk minum di gelas yang sama.
"Apa besok Tuan akan datang lagi?" tanya Ainsley, mulai berharap. Jika Tuan Ford tidak datang, bisa saja akan ada klien lain yang memesan jasanya.
"Hem, besok jangan menari. Langsung datang ke ruangan ini dan tunggu kedatangan ku."
"Bagaimana dengan pak Juan? Apa dia akan setuju?"
"Tentu saja."
"Tuan pasti sangat kaya raya, aku suka," ucap Ainsley dengan terkekeh. Damian lantas menarik pinggangnya hingga mereka sangat dekat, hingga kedua tangan Ainsley menyentuh dada sang Tuan.
"Mulai sekarang aku adalah klienmu satu-satunya," kata Damian.
jgn ganguuuu ihhh