“Arga, ini aku bawain sandwich buat kamu. Dimakan ya, semoga kamu suka,”
Argantara datang menjemput Shelina tunangannya hasil perjodohan karena suruhan orangtua. Ketika Shelina sudah masuk ke dalam mobil, Ia langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan yang tinggi dan mengabaikan ucapan Shelina.
Tunangannya itu langsung panik ketika Argantara melajukan mobil dengan kecepatan yang tinggi tanpa memedulikan dirinya yang merasa trauma pernah mengalami kecelakaan lalu lintas di usia kecil.
“Arga tolong jangan ngebut, aku takut,”
“Lo pantes dapat hukuman ini ya. Nyokap gue nyuruh gue untuk jemput lo! Emang gue supir lo?! Hah?!”
“Tapi ‘kan—-tapi bukan aku yang minta, Ga,”
“Lo harus tau satu hal, gue benci sama lo! Walaupun gue udah putus dari cewek gue, dan dia ninggalin gue nggak jelas sebabnya apa, tapi gue masih cinta sama dia, dan gue nggak akan buka hati buat siapapun itu selain dia! Gue yakin dia bakal balik lagi,”
“Tapi ‘kan kita udah tunangan, Ga,”
“BARU TUNANGAN! GUE BENCI SAMA LO, PAHAM?!”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arzeerawrites, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
“Lifa, Tita, besok main ya ke rumah aku. Mama aku pengen kenalan sama kalian tau,”
Setelah mengerjakan tugas, Shelina menghubungi dua teman dekatnya melalui panggilan video. Mereka bertiga terhubung satu sama lain dengan posisi nyaman masing-masing. Shelina berbaring terlentang, ponsek tepat di delan wajahnya yang polos belum menyentuh skincare apapun karena memang baru saja selesai mengerjakan tugas dan Shelina memang tipe orang yang sering abai mengurus dirinya sendiri. Kalau sudah datang rasa malas, kantuk, badmood, atau apapun yang itu, pasti Shelina tidak segan untuk benar-benar meninggalkan ritual yang umumnya dilakukan oleh kaum perempuan itu.
Selain Sheline, ada Tita juga yang berbaring terlentang menghadap kamera depan ponselnya, sementara Lifa sendiri bicara sambil menggunakan skincare di wajahnya.
“Eh seriusan lo? Gue sama Lifa mau disidang sama nyokap lo, Shel?” Tanya Tita.
“Hahaha ya kali disidang, Mama aku bukan hakim kok, tenang aja,” ujar Shelina yang menimpali dengan canda juga.
“Beneran nyokap lo mau kenal sama gue sama Lifa?”
“Iya dong, aku nggak mungkin bohong. Orang Mama aku tuh udah ngomong berapa kali ya, saking pengennya kenal sama kalian,”
“Jadi besok gue ke rumah lo?”
“Iya kalau kalian berdua mau dan ada waktunya, Lif. Tapi kalau seandainya belum ada waktu, kalian lagi ada kesibukan, nggak apa-apa lain kali aja. Kita cari waktu yang pas, okay? Mama aku juga nggak bakalan marah kok, mama ngerti kalau teman-teman aku orang sibuk,”
“Jiahh ngeledek ya! Awas lo kalau ketemu besok,”
Shelina tertawa sambil menjawab “Ya udah pasti ketemu lah, orang satu kelas,”
“Lo jangan bolos! Biar gue sentil nih,”
“Nggak, aku nggak bakal bolos, sentil ya besok,”
“Yee nantangin dia, Lif,” ujar Tita yang disambut tawa lagi oleh Shelina.
“Jadi gimana nih? Kalian bisanya kapan?”
“Gue bisa besok, kalau lo gimana, Ta?”
Lifia langsung memberikan jawaban bahwa Ia bisa ke rumah Shelina esok hari. Shelina langsung senang mendengar jawaban Lifia, ditambah lagi jawabannya Tita juga serupa.
“Gue juga bisa kok, gue mah free terus tiap hari asal udah balik sekolah, jarang kemana-mana soalnya. Abis kuliah ya kemana lagi kalau bukan ke rumah. Soalnya gue jomblo, nggak ada yang ngajakin jalan,”
“Ya curhat nih,”
Lifia mengejek Tita sementara Shelina hanya tertawa saja. Menyenangkan sekali berteman dengan mereka berdua. Terkadang saling mengolok satu sama lain, dan itu yang menjadi bahan tertawaan.
“Okay, Shel, jadi besok gue sama Lifa datang ya ke rumah lo,”
“Yes! Aku senang banget. Beneran ya? No tipu-tipu ‘kan nih?”
“Ya nggak lah. Beneran,”
“Okay, aku tunggu ya,”
“Besok kita pulang bareng dari kampus bareng aja, gimana? Jadi langsung ke rumah lo gitu,”
“Ah ide bagus tuh, okay-okay besok kita pulang bareng. Oh iya tadi juga kayaknya aku sempat ngomong gitu ya ke kalian?”
“Tapi lo beneran bisa pulang sama kita berdua nggak?”
“Iya bisa, aku bakal bilang ke Pak Indra besok nggak usah jemput aku dulu, karena aku bakal pulang bareng kalian,”
“Tapi lo nggak bakal pulang bareng si Arga lagi, Shel?”
“Nggak,”
“Beneran?”
“Nggak kok, tenang aja. Kalaupun seandainya Arga ngajakin bareng, aku bakal tolak baik-baik, aku bilang aja ke Arga kalau aku bakal pulang sama kalian berdua,”
“Asyik berarti kita besok pulang bareng. Udah kayak bocah pulang sekolah ‘kan begitu ya, suka pulang bareng. Dulu gue sama teman-teman gue kayak gitu,”
“Iya abis itu keluyuran dulu kemana, entah main ke rumah teman, jajan, ah pokoknya begitu deh,”
“Sekarang terulang lagi, Lif, Hahaha. Kita besok bakal keluyuran ke rumahnya Shelina,”
“Kita ‘kan jarang banget keluyuran, Ta. Kita anak baik-baik soalnya,”
“Pokoknya jangan lupa besok ya! Aku bakal kasih tau ke Mama aku deh besok pagi pas sarapan,”
“Eh nggak usah dulu lah, biarin aja besok tiba-tiba datang, supaya nggak ngerepotin,”
“Ih kok ngomong gitu sih. Kalian nggak ngerepotin lah, Mama aku malah senang tau, kalau kalian datang. ‘Kan emang udah ditungguin sama Mama,”
.