Arga, menyandang gelar casanova dingin yang tidak suka terikat hubungan, apalagi pernikahan. Maka diusianya yang sudah matang belum juga menikah.
Namun, kematian Sakti membuat dia harus menikahi Marsha. Wanita yang sedang mengandung benih milik sang adik.
Menikahi wanita yang tidak dia cintai, tidak mengubah kelakuan Arga yang seorang casanova suka bersenang-senang dengan para wanita.
Kebaikan, perhatian, dan keceriaan Marsha mengubah Arga secara perlahan sampai dia merasa tidak tertarik dengan para wanita diluar sana.
Namun, semua berakhir saat Valerie bangun dari koma panjang. Arga lebih mementingkan sang kekasih dari pada Marsha yang sedang hamil besar.
Arga merasakan penyesalan saat Marsha mengalami koma setelah melahirkan. Ketika sadar sang istri pun berubah menjadi sosok yang lain. Tanpa Arga duga Marsha kabur membawa Alva, bayi yang selama ini dia besarkan.
Akankah Arga bisa mendapatkan Marsha dan Alva kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Kelakuan Arga
Bab 12
Arga membuka lemari baju milik Marsha masih ada. Tangan kanan membuka laci bagian bawah di mana tempat kain pembungkus buah khuldi berada. Melihat ukurannya yang besar membuat tubuh Arga meremang. Semenjak dia menikah tidak pernah bercinta, padahal dulu tiap minggu selalu saja ada agenda kencan dengan wanita yang suka rela melemparkan diri ke pelukannya.
Benda kembar bulat itu sangat menggoda dirinya untuk disentuh. Tanpa sadar Arga pun mengambilnya lalu dia telisik dan tercium wangi.
"Apa yang sedang Kakak lakukan?" Marsha berlari lalu merebut benda pengaman buah khuldi miliknya.
Benda berwana soft pink itu langsung disembunyikan dibalik tubuhnya. Muka Marsha memerah seperti kepiting rebus. Dia sangat malu karena benda pribadinya disentuh oleh laki-laki.
"Ka–mu jangan salah sangka," kata Arga karena takut kena tuduh oleh Marsha.
Wanita itu menatapnya dengan tajam dan penuh curiga. Jelas sekali kalau dia sedang berpikir yang tidak-tidak.
"Sumpah, Marsha! Aku tidak punya niat buruk. Hanya saja … aku sedikit penasaran," lanjutnya dengan suara lirih saking menahan malu.
Melihat Arga tipe laki-laki yang casanova seperti ini, mana mungkin wanita itu akan salah paham. Akan percuma menjelaskan berkali-kali untuk membela dirinya, itu tidak akan mempan.
"Kamu habis dari mana?" tanya Arga pada akhirnya untuk mengalihkan perhatian.
Marsha masang muka cemberut karena kesal, marah, sekaligus malu karena ulah Arga. Dia jadi merasa enggan untuk menjawab.
"Kamu itu punya mulut untuk apa?" tanya Arga lagi dengan gemas rasanya ingin melu_mat bibir sang istri.
Warna pink alami bibir Marsha selalu terlihat menggoda. Untungnya dia masih bisa menahan diri tidak main nyosor. Entah tidak tahu kedepannya, apa masih mampu menahan diri atau tidak.
"Buat makan!" jawab Marsha dengan ketus sambil mendorong tubuh laki-laki itu agar menyingkir dari depan lemari.
Arga tidak merasa marah diperlukan seperti ini oleh Marsha. Justru dia merasa ingin terus menggoda wanita hamil ini. Dia mengekori sang istri yang keluar dari kamar lalu pergi menuju dapur.
Arga melihat ada dua bungkus nasi kuning di atas meja makan. Sekarang dia tahu ke mana istrinya pergi tadi.
"Kenapa tidak masak sendiri?" tanya Arga sambil duduk menunggu Marsha menghidangkan makanannya.
"Malas masak. Ternyata enak juga beli langsung jadi. Tidak perlu repot dan tidak capek, aku juga bisa pergi bermain dan jalan-jalan bareng teman-teman aku," jawab Marsha dengan santai.
Arga mengerutkan kening saat mendengar ucapan Marsha. Tidak biasanya perempuan itu bersikap seperti ini. Dia pun hanya diam sambil menatap sang istri yang sedang makan.
"Kamu kenapa? Apa sedang ada masalah?" tanya Arga masih memperhatikan Marsha.
"Aku mau bilang kedepannya lagi aku tidak perlu izin Kakak saat akan pergi keluar apartemen. Mau main ke mana pun aku tidak perlu bilang sama Kakak. Jika Kakak keluar apartemen, maka aku pun akan sama. Jika Kakak menginap di luar, maka aku pun akan melakukan hal yang sama. Jika Kakak pulang maka aku pun akan pulang. Jadi, intinya aku pun akan melakukan hal sama dengan apa yang Kamu lakukan," jawab Marsha dengan santai tanpa beban.
Arga yang hendak memasukan makanan ke mulutnya langsung terdiam. Dia merasa kalau Marsha marah karena dia tidak pulang semalam. Mau bagaimana lagi, dia juga jatuh tertidur sangat pulas dan baru bangun hari telah berlalu.
"Tidak bisa seperti itu Marsha," kata Arga dengan bersikap tenang.
"Kenapa tidak bisa? Kakak juga bisa, maka aku pun bisa," balas Marsha dengan lirikan mata sinis dan Arga pun terdiam.
***
Saat waktu istirahat Arga tidak ingin pergi ke mana-mana. Dia juga makan di ruang kerjanya. Ada yang mengetuk pintu lalu orang itu masuk tanpa disuruh. Terlihat Mariana datang sambil membawa dua gelas es kopi kesukaannya.
Arga masih kesal kepada perempuan ini. Saat tadi dia sedang menelepon Marsha seenaknya saja mengatakan sesuatu yang akan bikin salah paham bagi Marsha.
"Ada apa?" tanya Mariana.
"Tidak, saat ini aku sedang tidak ingin diganggu," jawab Arga sambil membereskan bekas makanannya.
"Kamu kenapa, sih? Kayak suami yang sudah tidak mendapatkan jatah dari istrinya," tanya Mariana.
Arga ingin sekali berkata itu benar, dia sudah hampir satu bulan terakhir ini tidak bercinta. Namun, saat ini dia merasa tidak mood atau tidak ada gairah untuk melakukan hal itu.
Mariana berjalan mendekat ke meja Arga. Lalu, dia pun duduk di meja dan berpose menggoda agar laki-laki itu tertarik dan mau menyentuh dirinya.
Arga diam saja saat Mariana memajukan bibirnya dan mencium pipinya. Tidak mendapatkan terguran atau peringatan darinya, membuat wanita itu berani berbuat lebih.
Keduanya pun berciuman dengan penuh gairah. Mereka lupa kalau pintu belum ditutup, masih terbuka lebar.
"Hem ... ini tempat bekerja untuk mengais rezeki, bukan tempat untuk maksiat. Agar tempat mencari uang itu menjadi halal untuk menghidupi keperluan keluarganya," ucap seseorang yang sedang berdiri di dekat pintu.
***
Siapa orang yang berdiri di dekat pintu? Ikuti terus kisah mereka, ya!