Abimana jatuh cinta pada seorang gadis cantik bernama Sarah Candra sejak pertemuan pertama dimalam mereka berdua dijodohkan.
Abimana yang dingin tidak menunjukkan tanda-tanda bahwa ia menyukai Sarah.
Hal itu membuat Sarah khawatir, jika ternyata Abiamana tidak menyukai seorang wanita.
Berbagai hal ia lakukan agar mengetahui kebenarannya. Sampai pada akhir dimana Abi menyatakan perasaannya dan mengajak ia menikah.
Berbagai ujian menghampiri keduanya, hingga sempat terancam membatalkan pernikahan yang sudah disusun jauh-jauh hari, hingga kembalinya sang mantan kekasih yang meminta nya untuk kembali dan menyebar rahasia yang dilakukan Sarah jika ia menolak.
Akankah hubungan keduanya berhasil hingga ke jenjang pernikahan? Ataukah keduanya akan mencari jalannya masing-masing?
Simak terus disini, yah! 🖐️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jangan Membingungkan ku!
" Bagaimana Tuan arsenio Bagas, Anda akan memikirkannya? ". ucap Kamila membuyarkan lamunanku, entah kenapa ucapannya beberapa saat yang lalu itu seperti terus terngiang-ngiang dikepalaku.
" Terima aja, A. Lagian kan A'a jomblo tuh! ". celoteh Ayu adikku.
" Udah is, jangan gitukan kakakmu ". bela Ibu. Aku menghembuskan nafasku kesal, karena sepertinya adikku ini sangat suka sekali menggodaku dan jika aku membalasnya ia akan mengadu kepada Ibu. Benar-benar tidak adil, bukan?
" Loh, memang kenapa? Kamila itu kan cantik buk! ". ujarnya kali ini membela diri.
" Ya, tapi dia sama sepertimu. Kekanak-kanakan sekali ". tambahku sengaja menggoda Ayu agar tidak nampak jelas didepan Ibu. Aku juga akan membuatnya kesal sama seperti yang tengah ia lakukan sekarang ini.
" Yah, perempuan memang seperti itu. Itu bukan masalah serius. Yang aneh adalah jika itu pria ". balasnya cepat tak mau kalah.
" Ya, ya, kau benar. Tetapi aku tidak bisa membayangkan bagaimana hidupku jika menghabiskannya dengan perempuan seperti itu! ". ucapku sengaja dengan nada mengejek dan seolah menepuk jidatku pusing. Aku menyukai ini saat wajah adikku sudah nampak kesal.
" Kau lihat Ibu, dia sengaja mengejekku! ". adunya pada Ibu dan aku tertawa.
" Udah-udah, kamu enggak kerja, Le? ". tanya Ibu.
" Gimana mau kerja, Bu. Pikirannya di Kamila terus ". ujar Ayu kemudian berlari ke Kamarnya sebelum aku mengejarnya.
" Lihat Bu, dia pintar sekali soal melarikan diri! ". ujarku dan Ibu tertawa. Aku dan Ayu memiliki usia yang berbeda sekitar 3 Tahun, dia sebenarnya bukan adikku satu-satunya. Aku masih memiliki seorang adik lagi, tapi dia meninggal dalam kecelakaan. Itulah kenapa aku sekarang sangat menyayanginya, aku tidak ingin kehilangan adik lagi.
Ia meninggal ketika masih menduduki sekolah menengah pertama (Smp) kami sebenarnya masih berduka. Tapi yang lebih berduka dari kami adalah Ibu. Mungkin itu sebabnya Ayu ingin sekolah keluar daerah, agar tidak membuat Ibu terus-terusan bersedih karena ia sendiri masih terus memikirkan adik kami.
Kau mungkin benar, seharusnya kami memilih untuk menemani Ibu, tidak membiarkannya melewati masa-masa sulit sendiri. Tapi hidup kami pun harus berlanjut, bukan?
Ya, ekonomi yang tidak mampuni membuatku harus beradu nasib, untuk kehidupan yang lebih baik. Kau mungkin pernah dengar, menangis tetapi memiliki harta yang banyak itu lebih baik daripada kau hanya sekedar menangis biasa.
Hidup itu harus realistis, kau tidak bisa hanya membicarakan kesedihan dan perasaan. Itu prinsip hidup yang selalu aku pegang.
Untuk menaikan taraf hidup, mungkin saja benar, aku bisa saja menerima tawaran Tuan Subroto Abraham untuk menikah dengan putrinya, Kamila. Tapi aku adalah lelaki, pantang bagiku untuk melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain.
Selagi aku sehat dan bisa bekerja, kenapa tidak. Lagi pula, ini adalah sesuatu yang aku lakukan sudah sejak lama dan aku akan terus melakukannya dengan usahaku sendiri.
Aku tidak ingin menghancurkan hati Kamila dengan menikahinya sedang aku tidak mencintainya. Meski kita bisa memulainya dengan memiliki terlebih dahulu, tapi aku tidak mempercayai hal itu. Bagiku, sesuatu harus dimulai dengan hati yang tulus agar semuanya menjadi baik. Sebaliknya, sesuatu yang dipaksakan bisa menghancurkan tiba-tiba.
Aku tidak ingin itu terjadi, Kamila dicintai oleh Ayahnya dengan sangat. Bagaimana mungkin aku menerima lamaran itu sedangkan aku tidak mencintainya. Belum, aku belum tertarik pada wanita satu pun saat ini. Meski kemarin, aku khawatir jika aku menjatuhkan perasaanku pada Sarah. Itu sesuatu yang salah, terlebih mereka sudah berbaikan sekarang.
Jujur, aku sebenarnya mengkhawatirkan Langit. Bagaimana dengan perasaannya? Ayahnya? Ia pun adalah seorang gadis yang sama seperti Kamila. Dibesarkan dengan cinta oleh ayahnya.
Aku ingat ketika aku berdebat dengan Abi tentang itu. Aku tahu jika ia adalah seseorang yang dingin. Tapi aku cukup ragu ia melakukan ini. Apa aku sedang melihat kelemahan juga sisi buruk dari seorang Abimana? Jika iya, aku kecewa. Abi tidak mengatakan apa-apa, ia hanya mendengar aku berbicara.
" Kau sungguh melakukan ini? Benarkah? Lalu bagaimana dengan, Langit? ".
" Cukup Arsenio, tolong jangan menghujaniku dengan pertanyaan-pertanyaan. Aku sendiri cukup ragu dengan langkah yang kuambil! ". ucap Abi menggelengkan kepalanya memberi isyarat agar aku berhenti.
" Benarkah kau ragu? Lalu bagaimana dengan Langit? Seharusnya dari awal kau tidak perlu melakukan ini. Aku kecewa padamu! ". Aku melihat raut wajah Abi marah kepadaku, lagi pula aku tidak peduli. Sebab kali ini dia salah.
" Aku memecatmu! ". ucapnya kali ini. Namun aku tetap tidak mempedulikannya dan terus melangkah menjauh tanpa menoleh kembali padanya. Aku ingin dia menyadari kesalahannya kali ini. Sebagai sahabat juga seseorang yang hadir lama dan menjalani hari bersama. Hanya ini sesuatu yang bisa dilakukan olehku untuk menegur Abimana.