NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Jatuh Cinta

Biarkan Aku Jatuh Cinta

Status: tamat
Genre:Tamat / Nikahmuda / CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:11.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

BIARKAN AKU JATUH CINTA
Ig @authormenia

Akbar diundang ke SMA dan bertemu dengan Ami yang muda dan cantik. Hatinya terasa kembali pada masa dia masih muda, bagaikan air dingin yang dituangkan air mendidih. Dia menemukan jiwa yang muda dan menarik, sehingga dia terjerumus dalam cinta yang melonjak.
Akbar menjalin hubungan cinta dengan Ami yang berumur belasan tahun.
Bagaimana hubungan dengan perbedaan usia 16 tahun akan berkembang?
Bagaimana seorang gadis yang memutuskan untuk menikah muda harus berjuang untuk mendapatkan persetujuan dari keluarganya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

12. Terngiang-ngiang

Jika teman-temannya Ami sudah pada pulang semuanya di jam satu siang, beda dengan Panji yang masih betah bertamu. Malah kini berpindah lokasi karena Aul mengajak makan siang bersama di saung gazebo. Tentu saja diterima dengan senang hati oleh putra dari Bunda Ratih itu.

Ibu Sekar meski hanya melihat raut muka dua muda mudi itu saat sejenak tadi menemani ngobrol, sudah bisa menebak. Ia tersenyum simpul sambil menatap plafon kamar. Memulai istirahat siang dengan suasana hati riang. Satu persatu anak-anaknya menemukan jodohnya.

Nanti Aul nikah, terus akan pergi dari rumah ini. Zaki kalau lulus kuliah mungkin bekerja di luar kota. Hanya tinggal Ami yang ada di rumah.

Ibu Sekar beralih memiringkan badan, memeluk guling. Pikirannya menerawang menjelajah masa depan. Setelah Pak Bagja pergi, sudah ada dua orang pria yang bertamu ke rumah dengan maksud pribadi. Mengajak menikah. Tapi saat itu juga ia tolak dengan sopan. Berbeda dengan dulu saat sang purnawirawan sering bertamu ke rumahnya. Ia memberi kesempatan pada hati untuk berpikir. Dan ia mengorbankan perasaan pribadi demi rasa sayangnya pada anak-anak. Menyesal dengan keputusannya? Tentu tidak. Ia bersyukur memiliki anak-anak yang soleh dan soleha. Karena dari bersyukur timbul bahagia.

Tok tok tok.

Ketukan di pintu menyadarkan Ibu Sekar dari lamunan panjang. "Siapa?"

"Ami, Bu."

"Masuk aja." Ibu Sekar memperbaiki posisi tidurnya dengan beralih miring ke arah kanan.

Ami masuk dan menutupkan lagi pintunya. "Ibu lagi boci?" tanyanya sambil ikut merebahkan badan di samping ibunya.

"Baru mau." Sahut Ibu Sekar singkat.

"Aku juga mau boci di sini ah. Lagi kangen kamar ini." Ami memeluk guling sambil senyum-senyum. Akbar mengirim pesan lagi menanyakan sudah selesai tidaknya belajar. Perhatian yang membuatnya senang.

"Hayoh lagi mikirin apa senyum-senyum sendiri gitu?" ujar Ibu yang memperhatikan ekspresi Ami.

Ami baru tersadar. Lantas tersenyum malu. "Itu...tadi ada chat lucu. Ngantuk ah." Ia sembunyikan wajah di balik bantal guling dan memejamkan mata.

Ibu Sekar mengernyit. Namun ia tidak bertanya lagi. Menyusul Ami memejamkan mata.

Sementara yang sudah selesai makan siang di gazebo, masih asyik duduk bersama. "Jadi berat untuk pulang. Pengennya sekalian bawa kamu pulang ke rumah kita." Panji menatap Aul dengan senyum manis menghiasi wajah tampannya.

"Rumah kita? Emang ada rumah kita? Baru aja jadian udah pinter ngegombal deh." Aul mengulum senyum.

Panji mengangguk. "Aku udah beli rumah, Aul. Lokasinya di kota biar dekat ke kantor. Malah lebih dekat dengan cafe mu. Aku kan dari dulu berharap ingin menjalani masa depan denganmu. Tiga bulan yang lalu aku beli rumah itu. Cash. Alhamdulillah impianku nikah sama kamu bakal nyata," ujarnya dengan wajah semringah.

Wajah Aul merona. Ia merasa tersanjung dan melambung. "Kak, maaf ya bukan aku sengaja menggantungkan hubungan. Aku sebenarnya sudah suka sama Kak Panji dari sejak pertama kali nginep di rumah Enin. Waktu itu aku dan Ami tidur di kamar Kak Panji, kan. Aku lihat-lihat semua foto yang ada di kamarmu. Kesannya Kak Panji orang baik bukan playboy," ujarnya diiringi kekehan.

"Terus kenapa dulu nolak kalau emang ada rasa?" Panji dibuat penasaran.

"Baru suka aja belum lebih, Kak. Lagian aku memang konsisten dengan komitmen sendiri. Fokus kuliah biar lulus tepat waktu dengan nilai bagus. Soal rasa itu mulai timbulnya waktu kita dinner karena aku kalah TOD. Kok rasanya nyaman dan ser-seran gitu." Aul terkekeh dengan wajah yang merona.

"Kamu pintar nyembunyikan perasaan." Panji menatap Aul yang duduk lesehan di hadapannya diiringi tersenyum simpul.

"Sejujurnya aku dilema. Masa iya pacaran sama adik sepupu Kak Rama. Kalau putus rasanya bakal jadi canggung kalau ada pertemuan keluarga. Makanya aku sambil jalan sambil timbang-timbang." Aul semakin terbuka mencurahkan isi hatinya.

"Kamu salah mengelola pikiran, Aul. Harusnya jangan dibawa negatif thinking." Panji menggeleng tidak setuju.

"Ya kan menjaga kemungkinan jeleknya, Kak. Sambil sibuk jadi marketing Dapoer Ibu, aku terus merhatiin sifat dan sikap Kak Panji di keluarga, nyuruh orang jadi stalker buat lihat pergaulannya Kak Panji. Dan terakhir yang bikin hati mantap, karena aku udah istikharah. Itu semua aku lakuin karena gak mau salah pilih pasangan. Kak Panji jangan marah ya." Pungkas Aul dengan mengatupkan kedua tangan di dada.

Panji menghembuskan nafas panjang. "Aku nggak marah. Malahan speechless. Kamu ibarat peribahasa air tenang menghanyutkan. Aku makin jatuh hati deh," ujarnya dengan tatapan sungguh-sungguh.

"Udah ah dari tadi Kak Panji terlalu banyak muji aku." Aul memalingkan muka dari tatapan Panji yang lembut yang membuat hatinya menghangat.

Perjumpaan hari ini usai sudah. Panji pulang dengan hati yang penuh keriaan. Masuk ke dalam rumah sambil bersiul-siul. Bertepatan di ruang tengah sedang berkumpul Bunda Ratih, Ayah Anjar, Enin, dan juga Padma.

"Eciiee Kakak happy banget abis ketemu Teh Aul. Sampe lupa salam." Ledek Padma.

Panji meringiskan wajah. Mengakui kekhilafannya. Ia mengacak-ngacak rambut Padma begitu melewatinya. Lalu duduk di samping Enin dan merangkum bahunya.

"Enin tebak ah. Roman-romannya ada yang baru metik buah sabar nih." Enin melirik Panji yang kini memijat-mijat bahunya.

Panji tersenyum simpul. Ia mencium pipi kiri nenek tersayangnya. Lalu menatap satu persatu keluarganya itu. "Yah, Bunda, Enin, nanti antar Panji melamar Aul ya. Tapi sebelum lamaran resmi, Panji pengen keluarga kita silaturahmi dulu dengan keluarga Bu Sekar."

Bunda Ratih tersenyum lebar. "Alhamdulillah, Bunda senang banget dengar kabar ini. Panji atur aja waktunya kapan. Kita ngikut aja. Ya kan, Yah?" ujarnya menoleh pada sang suami.

Ayah Anjar mengangguk dan tersenyum.

***

Aul sudah cerita kepada Ibu Sekar tentang maksud Panji mengajak pertemuan keluarga. Yang akhirnya sepakat ditentukan waktunya sabtu depan.

Bagi Ami, pergantian hari adalah masa persiapan menuju ujian. Belajar semakin ditingkatkan. Kegiatan di luar sekolah libur dulu. Hingga jum'at pagi ini waktunya berangkat sekolah, ia mendengar ibunya menerima telepon dari kakak pertamanya di Jakarta.

"Aul, Ami, Ibu harus ke Jakarta sekarang. Teteh udah mau lahiran." Ucap Ibu Sekar usai sambungan telepon dengan Puput berakhir.

"Alhamdulillah. Launching keponakan kedua. Nanti liburan aku mau ke Jakarta. Kumpul bocah sama anaknya Kak Cia juga. Pasti seru." Ami tersenyum lebar membayangkan nanti. Ia memang sangat suka dengan anak-anak.

"Aul, bilang sama Panji. Silaturahminya diundur dulu sepulang Ibu dari Jakarta. Nggak apa-apa ya, nak?" Ibu Sekar menatap Aul.

Aul urung menjawab karena ponselnya berdering. "Nah panjang umur, Kak Panji nya nelpon." Ia menggeser ikon jawab.

Ami dan Ibu Sekar menunggu Aul yang mendengarkan dan menyahut serius ucapan dari sebrang sana. Hingga tak lama panggilan pun berakhir.

"Bu, Enin juga mau ke Jakarta. Katanya Ibu berangkatnya sama Enin. Jam tujuh Mang Yaya akan jemput. Kak Panji juga tidak keberatan acara silaturahmi diundur dulu." Aul melaporkan hasil pembicaraannya dengan Panji.

"Ami, belajar yang baik ya. Ibu nggak bisa nemenin Ami selama ujian. Baik-baik di rumah sama Teh Aul." Ibu Sekar mengusap puncak kepala Ami yang bersiap berangkat sekolah.

"Siap, Bu. Tenang aja sesajen aman. Ada yang ngirim tiap sore selama ujian." Ucap Ami sambil mengecek lagi isi tasnya.

"Siapa?" Ibu dan Aul kompak bertanya.

Ami terkejut. Merasa keceplosan. Untung sedang membelakangi Ibu dan Aul sehingga tidak kentara wajahnya. "Ya Mamang gofood lah. Tinggal pesan, langsung antar." Entahlah, ia merasa malu untuk jujur jika Akbar selalu intens memberi perhatian dan berjanji akan order makanan setiap sore selama ujian.

Jadilah hari ini Ibu berangkat ke Jakarta bersama Enin dan tiba jam empat sore di rumah Puput. Tidak sempat menemani sang anak saat melahirkan. Karena lebih dulu menerima kabar dari Rama jika Puput sudah melahirkan bayi laki-laki jam tiga sore.

"Alhamdulillah, Aa punya dua jagoan. Paling Ibu abis magrib ke rumah sakitnya ya. Mau istirahat dulu." Ibu bernafas lega dengan wajah semringah menanggapi kabar dari Rama. Selama di perjalanan tadi, tiada henti mendoakan proses melahirkan normal sang anak agar diberi kelancaran dan keselamatan.

Di sebuah gedung kantor. Akbar baru selesai memimpin rapat internal dengan manajer semua divisi. Ia berjalan bersama Leo dan juga Gita sekretarisnya, meninggalkan ruang rapat menuju ruang kerjanya. Rival di bidang usaha yang sama terus bermunculan. Membuatnya harus sering evaluasi dan terus melakukan inovasi.

"Pak, barusan ada email dari sekretaris Mr. John. Konfirmasi reshcedule meeting jadi tanggal 29. Apa bisa katanya?" Gita duduk di hadapan meja Akbar begitu sang boss lebih dulu di kursi kebesarannya.

"Tanggal 29?" Tiba-tiba saja pikiran Akbar berpindah dimensi. Malah ucapan Ami yang kini terngiang di benaknya.

Kalau tanggal 29 sumpah apa, Kak? Sumpah aku suka kamu.

Akbar mengulum senyum. Bisa-bisanya mendadak teringat gombalan receh di kelas Ami waktu itu.

"Pak, gimana?" Tanya Gita yang terheran melihat Akbar bengong sambil senyum-senyum.

Akbar berdehem dan menetralkan wajahnya. "Kamu yang tahu schedule saya tanggal 29," ujarnya menanggapi.

"Dari pagi sampai jam 11 kosong, Pak. Setelah jam istirahat full agenda sampai malam ada undangan dinner," Sahut Gita usai melihat Tab nya.

"Oke, deal kan jam 10 aja."

"Baik, Pak." Gita segera mencatatnya. "Saya prepare outfit Pak Akbar dari sekarang. Mau pakai jas apa, Pak?" sambungnya kembali menatap sang boss yang hanya mengenakan jas jika ada pertemuan penting.

"Jas....." Ucapan Akbar menjadi menggantung karena pikirannya dilibas kilasan balik.

Kak Akbar kan datang ke sekolah kami dengan outfit seperti ini. Nah, kalau pakai jas saat kegiatan apa, Kak?"

"Pak Akbar?" Gita menyapa Akbar yang kembali bengong. Bahkan ia saling tatap dengan Leo.

Karena menurutku Kakak itu bagusnya JUST BE MINE.

Akbar melengkungkan senyum. Teringat Ami yang bersembunyi di kolong meja usai menggombal dengan kata 'jas'. Kenapa bisa terngiang-ngiang. Padahal tidak memikirkan. Setiap hari ia bertanya kabar pelajar yang akan bersiap ujian itu sekadar memotivasi. Karena gombalan si imut itu selalu menyenangkan hatinya.

"Boss." Kali ini Leo yang menepuk bahu Akbar. Sorot matanya menatap penuh tanya dengan perubahan sikap sang boss yang baru kali ini terlihat aneh.

Akbar mengerjapkan mata. "Iya, gimana?" Ia menatap Leo dan Gita.

"Gita nanya, Anda mau pakai jas apa untuk meeting dengan Mr. John nanti." Leo menahan diri meledek Akbar karena ada Gita.

"Hm, terserah kamu aja, Git. Kalau udah selesai, kamu keluar!" Sahut Akbar dengan isyarat jari menyuruh pergi.

Gita berdiri dan mengangguk sopan. Sambil berlalu, dalam hati bertanya-tanya apa yang terjadi dengan sang boss yang biasanya selalu fokus dan penuh wibawa.

Akbar merebahkan punggung ke sandaran kursi. Menopang belakang kepala dengan kedua tangan. Terbit senyum lebar menghiasi wajah tampannya.

"Bar, besok sabtu. Gue saranin lo healing dulu ke pantai karna lo ada gejala stres. Gue suruh Gita booking tiket pesawat sama hotel ya. Mau ke Bali or Lombok?" Leo berkacak pinggang di samping kursi Akbar diiringi geleng-geleng kepala. Saat sedang berdua, ia bebas berekspresi dengan sahabatnya itu.

Akbar beralih melipat kedua tangan di dada dan menatap Leo dengan mata memicing. "Nggak ada kata stres di kamus gue. Gue lagi happy karna Mama udah terbang ke Singapore. Di rumah adem lagi nggak ada yang ceramah bahas jodoh," ujarnya beralasan.

"Udah sana balik lagi ke ruangan lo. Gue mau vc." Akbar mengusir Leo dengan mengibaskan tangannya.

"Kalau vc ama klien, lo nggak pernah usir gue? Lo mau vc sama siapa? Selena or Loly or Nola or...."

"No one!" Akbar kembali mengibaskan tangan. Leo pun berlalu dengan bibir mencebik dan pikiran menduga-duga.

1
Aira Azzahra Humaira
akbar mah banyak Modusnya mii
Aira Azzahra Humaira
mau dong traktiran nya mi
Aira Azzahra Humaira
pesonamu Amiii 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ada aja km Amiiii
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
inimah baca novel banyak faidah nya 🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
hahhh dasar Ami
mamik sutarmi
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
pak bagja jadi bapak sambung nya ami kan
Aira Azzahra Humaira
ya Allah senyum terus baca novel ini biar awet muda 😄
Rona Ruta'illah
Luar biasa
Aira Azzahra Humaira
rezeki gak di duga ya mang
Aira Azzahra Humaira
hahhhh ini mah kak author nya pinter banget boleh dong belajar ☺
Aira Azzahra Humaira
adduh dagdigdug deh
Aira Azzahra Humaira
semangat baru 💪💪
Aira Azzahra Humaira
🤣🤣🤣🤣
Aira Azzahra Humaira
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
Aira Azzahra Humaira
ah pokoknya terus semangat Thor
Aira Azzahra Humaira
ahhaayyy lg mikirin ayang ya
Aira Azzahra Humaira
Amiii 🥰🥰🥰🥰🥰🥰
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!