Cinta pertama, sesuatu yang menurut orang tak bisa dilupakan dengan mudah, mungkin itu juga yang terjadi pada Alya.
-Kamu cinta pertamaku, ku harap aku dan kamu akan selalu menjadi KITA-
Alya khumaira.
Namun bagaimana jika Alya tau bahwa dirinya hanya menjadi bahan taruhan saja? Mampukah Alya melupakan segalanya?
Dan bagaimana jika suatu hari di masa depan ia bertemu kembali dengan cinta pertamanya?
Mampukah dia menghadapi Cinta sekaligus Kesakitannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nenah adja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kencan?
Minggu pagi..
Alya memberengut saat bangun, matanya juga ada lingkaran hitamnya dia semalaman tidak bisa tidur, gegara kamar di sebelah yang di isi kakak dan kakak iparnya berisik semalaman, bukan desa han atau erangan khas pengantin baru, tapi karena kedua pengantin dua bulan itu tertawa terbahak bahak sampai pukul dua pagi, waktu di tanya kenapa berisik dengan santai kakaknya bilang "Lagi nonton stand up comedy dek, mau ikutan" Alya hampir terjengkang karena ngantuk dan kakak nya malah ngajak ikut nonton, sekilas Alya melihat Kakak iparnya masih tengkurap di kasur sambil menonton di laptopnya, dan tertawa.. ck.
Alya berjalan menyusuri trotoar, setiap minggu pagi Alya akan joging keliling lapangan, Alya menghirup udara pagi dalam dalam, hari ini hari damai, tak ada sekolah tak ada Faris.. eh?
Biasanya Alya akan nonton drama seharian di laptopnya, laptop yang di wariskan oleh kakaknya sejak dua bulan lalu, tepat di hari pernikahan kakaknya, katanya "Mbak mau di beliin sama Bang Ilham nanti, jadi ini buat kamu aja" ya tentu saja Alya senang meskipun bekas tapi masih bagus, biasanya Alya akan menonton jika laptop kakaknya sedang menganggur itupun curi curi waktu.
Hari ini Alya akan nonton drama terbaru yang baru dia download minggu lalu.
Setelah berkeliling beberapa putaran Alya pulang lalu pergi ke kamar mandi, tentu saja untuk mandi, bukan untuk berendam merilekskan diri tapi benar- benar hanya mandi, kamar mandi dirumah Alya hanya satu ada di dekat dapur, kamar mandi seluas 2 x 3 meter dengan bak mandi, tidak ada shower atau bathub hanya ada gayung untuk mengguyur seluruh tubuhnya.
Begitu keluar tubuh Alya sudah segar, di meja makan sudah ada sarapan yang tadi dibuat Ibunya, sekarang Ibunya sudah pergi ke kios dengan Ayahnya, ayahnya hari ini dapat sif malam, jadi dia bisa menemani Ibu di kios, dan Aly bebas tugas..
Kakaknya sudah kembali pulang katanya mau pergi kerumah orang tuanya Bang Ilham.
Setelah selesai sarapan, Alya memasuki kamar bersiap menonton sambil rebahan, dan mencari posisi ternyaman..
Namun saat Alya baru menyalakan laptopnya ponselnya berdering, tanpa mengalihkan tatapannya dari layar lipatnya Alya mengangkat panggilannya..
"Hallo.." baru saja Alya menyapa, orang di sebrangnya sudah berteriak.
"Heh, kemana aja Lo, dari tadi Gue telpon gak di angkat!" semburnya.
Alya menggeryit mendengar suara cowok di sebrang sana, Alya menjauhkan ponselnya dan melihat ada puluhan panggilan dari nomor yang sama yang Alya tak kenal, namun mendengar suaranya Alya tau siapa ini.
"Kak Faris?"
"Abis dari mana Lo?"
"Aku?"
"Iya Elo, dari tadi Gue telpon gak di angkat.." Mana Alya tau, Alya selalu meninggalkan ponselnya saat pergi joging dan kebetulan dia langsung mandi, lalu makan, tak ada waktu untuk melihat ponsel.. ck, sok sibuk, kan.
"Ada apa ya Kak?" Alya tak hiraukan pertanyaan Faris, dia ingin segera selesai dan menonton drama yang tinggal Alya klik Play maka vidio akan menyala.
"Keluar, Gue ada di depan"
"Eh, nagapain?"
"Ck.. gue mau ajak Lo kencan"
"Hah?"
"Berisik, tibang kesini susah amat sih!"
Alya menghela nafasnya "Maaf kak Aku gak bisa, aku.."
"Berani Lo nolak Gue, Lo mau.."
"Iya, iya.. aku kedepan"
"Nah gitu.."
Tut..
Alya mematikan telponnya, tak peduli Faris yang mengumpat disebrang sana.
"Sialan nih Cewek, Gue belum selesai ngomong juga"
Tak berselang lama Alya keluar dari rumah mulutnya menggerutu, bibirnya cemberut, acara nonton drama nya batal gara gara Faris..
Tanpa di minta Alya langsung duduk di kursi sebelah Faris.
Faris melihat Alya dari atas kebawah, celana Jeans, kaos lengan panjang dan rambut di kuncir ekor kuda "Begini Lo mau kencan?"
Alya menunduk melihat pakaiannya lalu tersenyum "Nah, karena aku gak punya baju bagus, jadi kencannya batalkan kak, ya udah aku masuk rumah lagi.."
Alya akan membuka pintu mobil namun Faris menarik rambutnya hingga Alya terhunyung kebelakang, hingga kepalanya berbaring di paha Faris.
Alya akan bangun, namun tangan Faris menekan bahunya hingga Alya tertahan " Aduh"
"Siapa bilang kencannya batal?"
"Eh..?" Alya panik saat Faris semakin mendekat memangkas jarak dan menunduk kearahnya.
"Al..?"
Alya menelan ludahnya saat Faris semakin mendekat dan semakin dekat dengan jakunnya naik turun, Alya bahkan bisa merasakan nafas Faris berada di hidungnya.
Alya memejamkan mata saat jarak mereka tinggal beberapa senti dan...
Fuuh..
Faris meniup mata Alya yang tertutup dan membuat Alya kaget dan mengerjapkan matanya "Ngapain tutup mata, pengen di cium ya?" sontak saja Alya gelagapan dan segera bangun.
Sialan si Faris, Alya kan jadi malu..
Faris menyeringai "Pake sabuknya, atau mau dipakein?" sambil gemetar Alya memakai sabuk pengamannya cepat- cepat.
Faris memarkirkan mobilnya di depan sebuah butik, Alya yang tak mengerti hanya melihat sekitarnya dan mengeryit kencan orang kaya perginya ke butik ya? Alya acuh saja, hingga Faris keluar dan memintanya turun.
Alya mengekori Faris memasuki butik tersebut sambil melihat sekitarnya, Alya melihat Faris bicara dengan pelayan yang langsung mengangguk, lalu pelayan tersebut menghampiri Alya
"Mari Mbak ikut saya" pintanya sopan, Alya melihat kearah Faris yang hanya mengedikkan kepalanya agar Alya mengikuti pelayan tersebut.
Alya diminta beberapa kali menganti pakaian ,dan beberapa kali Faris menolaknya, hingga pilihannya jatuh pada dres biru selutut berlengan panjang bercorak bunga.
Faris langsung mengacungkan jempolnya tanda setuju.
Setelah mengganti pakaian Faris menarik Alya ke sebelah butik yang ternyata sebuah salon, Alya menurut saja saat wajahnya dipermak dan ditempeli macam macam kosmetik, namun juga sesuai dengan usianya yang belia riasan tipis dan lembut, Faris benar benar tau gaya anak muda hingga dia memperhatikan setiap detailnya, setelah selesai Faris dibuat terkesima oleh panampilan Alya, rambut panjangnya yang tadi di ikat sudah digerai dan di beri jepitan di poni, bibir pink alaminya sudah terlapisi liptint berwarna ceri.
"Perfect" katanya dan langsung merangkul Alya.
Alya sedikit risi dan mencoba menggeliat menyingkirkan tangan Faris, namun Faris malah mengeratkan rangkulannya.
"Sebenernya kita mau kemana sih kak?"
"Kencan.." Alya malas untuk berdebat, ya sudah ikuti saja lah.
"Tapi aku harus pulang sebelum sore kak" Alya hanya berjaga-jaga takut dia dipulangkan kemalaman dan lagi dia tak mau berlama-lama dengan Faris.
"Tenang aja Gue anter Lo pulang sebelum sore"
Alya mendesah lega, Faris memberhentikan mobilnya di depan sebuah bangunan yang bertulisan Resto&Cafe.
Faris mengajak Alya memasuki Resto&Cafe, di lantai satu ada beberapa kursi kayu dengan meja melingkar, ada beberapa sofa panjang juga di beberapa titik, Alya terus mengekori Faris hingga menaiki tangga dan ada beberapa ruangan berpintu kayu berwarna coklat Faris membuka pintu dan suasana yang tadi riuh berubah menjadi hening.
"Wah, pasangan baru kita sudah datang" dan Alya bisa merasakan tatapan semua orang mengarah padanya, ada ketiga teman Faris, Nando, Pasha, dan Randi juga ada beberapa perempuan yang menemani, salah satunya adalah Salsa, yang Alya kira jika mata Salsa ada api nya saat melihat kearahnya.
Alya hanya bisa menghela nafasnya 'Begini yah kencan menurut Faris'
.
.
.
Like..
komen..
vote..