NovelToon NovelToon
Casanova Kepincut Janda

Casanova Kepincut Janda

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Perbedaan usia / Romansa-Percintaan bebas
Popularitas:184.7k
Nilai: 5
Nama Author: Wiji

Bari abdul jalil, nama yang religius. Kedua orang tuaku pasti menginginkan akun tumbuh menjadi pribadi yang sesuai dengan nama yang diberikan. Tapi kenyataan justru sebaliknya. Saat dewasa justru aku lupa dengan semua ajaran yang diajarkan oleh mereka di waktu kecil. Aku terlalu menikmati peranku sebagai pecinta wanita. Hingga suatu ketika aku bertemu dengan seseorang yang sangat berbeda dari wanita yang aku pacari.
Mau tahu apa bedanya? dan bisakah aku mendapatkan apa yang aku mau?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wiji, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

Aku tak bertemu lama dengan kedua sahabat ku. Aku paham mereka yang sudah ada menunggu di rumah. Karena masih belum terlalu malam, aku membelokkan motor ke pusat perbelanjaan. Rasanya sudah lama aku tak membelanjakan ibu dan Farah.

Di saat semua orang sedang memilih barang dengan pasangan, tidak dengan ku. Aku memilih baju wanita seorang diri. Sedang asyik memilih, aku tak sengaja melihat gamis beserta cadarnya. Gamis tersebut berwarna pink, sangat lucu jika Arumi memakai baju yang aku jereng ini. Eh, aku kan membelikan gamis untuk ibu dan Farah, kenapa aku jadi memikirkan Arumi?

Aku memperhatikan kembali gamis yang ada di depan ku. Apa dia akan menerima ini jika aku berikan? Ah aku ambil saja, akan aku berikan saat hubungan kami sudah lebih baik dari sekarang. Aku tak yakin jika aku berikan sekarang Arumi akan menerimanya.

Aku kembali fokus memilihkan gamis untuk ibu dan Farah. Tak lupa aku belikan tas dan sepatu untuk keduanya. Ini jauh lebih efektif dari pada aku harus mengantar mereka belanja. Bisa memakan waktu seharian jika mereka belanja sendiri.

Satu jam aku di sana dan sudah membawa banyak pakaian dan teman-temannya. Saat sudah akan membawa seluruh belanjaan ke kasir, mataku yang indah ini tak sengaja menangkap sosok Arumi yang sedang memilih pakaian anak-anak. Meskipun aku tak pernah melihat wajahnya, aku hapal betul dengan postur tubuh dan tinggi badannya. Aku memutuskan untuk mendekatinya, memastikan apakah itu Arumi apa bukan.

"Arumi," sapaku.

Sejenak dia mengalihkan pandangan ke arahku lalu kembali memilih pakaian.

"Kamu Arumi kan?"

"Iya."

"Kamu sama siapa? Malam-malam begini sendirian?"

"Nggak, sama aku. Kenapa sih lagian kepo banget jadi orang?" sahut Diana yang berdiri di belakang ku.

Aku tertegun sejenak melihat penampilan Diana sekarang. Dia sudah mengenakan hijab seperti Arumi. Namun tidak memakai cadar. Ternyata Diana cukup cantik juga memakai hijab begini. Aku sampai tak berkedip karena ini adalah pertama kalinya aku melihat Diana memakai hijab.

"Apa lihat-lihat? Pasti nyesel kan udah duain aku. Mau balik lagi kan pasti? Sorry aku nggak mau memungut sampah," ujar Diana ketus.

"Apa sih. Ge er banget jadi orang. Namanya juga baru lihat kamu pakai hijab, ya aku amati lah. Jangan ngatain aku sampah, kamu pernah pacaran sama aku. Jangan lupa." Aku menjawab tak kalah ketus.

"Sudah-sudah, ini tempat umum. Jangan bertengkar di sini. Kalian bukan anak kecil yang harus diberi tahu dalam hal apapun." Arumi menengahi kami yang baru saja bertemu dan sudah panas saja.

"Ayo mbak, kita pergi dari sini." Diana menggeret Arumi untuk ikut dengannya. Mantan kekasih ku itu memberikan lirikan tajamnya sebelum benar-benar pergi.

Dari sekian banyak manyan pacarku, hanya Diana lah yang yang masih mau berbicara denganku meskipun dengan nada yang ketus. Sedangkan mantan yang lain jangan kan berbicara, tak sengaja menatap mata saja mereka sudah buang muka. Seakan akan aku ini menjijikkan, padahal meraka dulunya juga tergila-gila padaku.

Tapi untuk apa Arumi membeli baju anak? Untuk siapa? Mungkin untuk keponakannya kali ya. Nggak mungkin Arumi sudah menikah, dia tak pernah mengatakan statusnya padaku saat aku dekati. Ah sudahlah, lebih baik aku segera pulang dan memberikan pakaian ini pada ibu dan Farah.

*

Aku sampai di rumah pukul sepuluh malam. Kedua wanita ku masih asyik melihat acara TV. Aku duduk bergabung dengan mereka dan memberikan belanjaan mereka masing-masing. Seperti yang ku duga, mereka bahagia dengan apa yang aku berikan. Ini yang aku suka dari mereka. Tak pernah sekalipun mereka menolak atau mengatakan tidak suka dengan apapun yang aku beri.

"Itu buat siapa kak?" tanya Farah menatap paper bag yang ada di sampingku.

"Oh, ini punya kakak. Tadi ada baju yang kebetulan kakak suka. Aku langsung istirahat ya, capek."

Seperti biasa, aku membersihkan wajah sebelum aku memakai skincare andalan ku. Setelah itu, aku membaringkan tubuh di ranjang ku yang berukuran besar. Menatap langit-langit kamar yang hanya di terangi oleh lampu temaram. Aku tak terlalu suka jika tidur dengan lampu yang terlalu terang.

*

Sepertinya aku baru saja memejamkan mata, tapi adzan subuh sudah terdengar di telinga ku. Aku memaksakan diriku untuk bangun. Melakukan rutinitas yang baru-baru ini aku lakukan.

Memang benar kata orang. Kita harus memaksakan diri untuk beribadah agar keterpaksaan itu lama-lama akan menjadi kebiasaan dan kebutuhan.

Usai melakukan kewajiban aku bersiap lari pagi. Kegiatan yang rutin aku lakukan, demi menjaga bentuk tubuhku dan juga kesehatan ku agar tetap sehat dan bugar dalam menghadapi kenyataan.

"Kak ikut," teriak Farah berlari dari belakang.

Aku dan adikku satu-satunya kini sudah berada di luar kompleks, di sabtu pagi rupanya banyak orang yang sedang mencari keringat. Pagi ini aku berlari sedikit lebih jauh dari biasanya.

"Farah," teriak seseorang dari belakang.

Aku yang penasaran siapa pemilik suara itu, ikut menoleh ke belakang. Ternyata sekretaris gesrek ku yang memanggil.

"Tumben larinya bareng kakak ipar," ucapnya dengan percaya diri serta nafas yang ngos-ngosan.

"Tuan Bari. Kakak ipar kepalamu," Balas ku dengan nada ketus.

"Bukan jam kerja tuan. Kalau jam kerja kita memang atasan dan bawahan. Tapi kalau begini ya adik sama kakak ipar." Firdaus masih berani-beraninya menjawab dengan cengengesan.

Aku menatap Farah yang nampak malu-malu. Entah ada apa mereka ini, tunggu, tadi Firdaus mengatakan bahwa tumben sekali Farah lari denganku, apa itu artinya?

"Kalian sering lari pagi bareng?" tanyaku menatap adik dan sekretaris ku bergantian.

"Nggak kok tuan. Cuma beberapa kali saja. Kalau telepon sering," sahut Firdaus.

Plak!

Satu pukulan mengenai lengan Firdaus. Bukan dari ku, tapi dari adik perempuan ku. Aku hanya mengernyitkan dahi melihat Farah yang seperti memberikan kode untuk tidak bicara hal-hal yang aneh lagi. Apa hubungan mereka sedekat itu?

"Ada yang kalian sembunyikan?"

"Ada."

"Nggak."

Mereka menjawab dengan kompak dan bersamaan. Tapi jawaban mereka berbeda. Akhirnya aku mengajak mereka untuk makan bubur di salah satu warung di pinggir jalan. Sesekali aku melirik mereka yang sedang duduk berdekatan. Aku jadi persis seperti obat nyamuk bakar yang hanya sebagai pajangan dan mengusir pengganggu yang datang.

"Kalian kenapa duduknya deket banget sih?"

"Ya kan tempat kakak nggak ada tempat lagi, tempat kakak cuman pas buat kursi kakak aja," balas Farah.

"Ya udah kakak tukar sama Firda." Aku berdiri dari kursi dan berniat menukar tempat duduk ku dengannya.

"Bari." Aku menoleh ke sumber suara yang sangat dekat denganku.

Bukan hanya aku yang menoleh ke arah wanita yang memanggilku, tapi Farah dan juga Firdaus ikut mengarahkan pandangan pada wanita yang bertubuh seksi itu. Di tambah lagi pakaian yang dia kenakan terlihat sangat ketat, lebih ketat dari aturan pemerintah.

"San, Santi," balas ku gugup.

"Lari pagi juga. Boleh gabung nggak? Sendirian kan?"

"Ah nggak, aku sama adik dan juga temannya."

Aku memperkenalkan Farah dan juga Firdaus pada Santi. Wanita yang pernah aku dekati, namun belum sempat menjadi kekasih ku. Meskipun belum menjadi kekasih, aku pernah beberapa kali merasakan bibir mungil nan indahnya.

Aku tidak munafik, mungkin aku pernah merasakan bibir dari beberapa wanita yang aku kenal. Tapi tidak merusak mereka jauh lebih dalam. Aku sadar, aku memiliki adik perempuan, aku tak mau jika adikku juga di rusak oleh pria bajigur diluar sana.

Karena datangnya Santi, membuat aku jadi sedikit lupa dengan Farah dan Firdaus. Aku memfokuskan diri dengan Santi, banyak hal yang kami obrolkan karena lama tak bersua.

"Arumi," ucap Firdaus yang membuat aku sontak saja menoleh ke arahnya.

"Mana?" tanyaku melihat jalanan.

"Nggak ada, iseng aja nyebut nama. Memang yang punya nama Arumi satu doang?" jawab Firdaus tanpa dosa.

"Siapa Arumi?" tanya Santi yang aku yakin mungkin saja Farah menanyakan hal yang sama dalam hatinya.

"Teman," jawabku singkat.

Mendengar nama Arumi aku jadi ingat gamis yang aku belikan untuknya masih ada di ranjang kamarku. Aku pamit pada mereka bertiga untuk pulang lebih dulu. Untuk sementara aku biarkan Firdaus dan Farah bersama. Akan aku selesaikan nanti. Ada yang lebih penting dari ini. Aku harus dekat sampai rumah agar ibu tak menemukan gamis pink itu.

Bersambung.

1
Harjanti
lha tegas gitu dong bari..
Ani Yuliana
itu dia 5thn baru hamil, keguguran, trus rahimnya d angkat sis 🙏
Harjanti
arumi belagu...
Duda Fenta Duda
bukan kumpul sapi bari tapi kumpul monyet😁😁
Kusii Yaati
celap celup tp di bibir sama aja bohong bari,itu bibir kamu bekas lumatan cewek2 kamu🙉
Erlinda
kok aq seperti membaca diari ya bukan novel
langit
mantap cerita nya
langit
apakah tasbih? benda kecil yg dimaksud?
Fitriyani
bgtu syng nya Arkan sm istrinya,tp bs bgtu brutalnya Dy SM Arumi,,,🤦
emang sih Dinda org yg Dy cinta,tp bs Dy lgsg brubah psiko SM Arumi..
Fitriyani
untung tiba2 Aksan bs menyikapi bijak...
Fitriyani
apa sih krj Arkan tu Thor,kq Dy bs LBH brkuasa gt dr bari....
Fitriyani
mgkin sebagian orang akan menganggap sikap Arumi salah n brlebihan,tp mnrt q,,sikap Arumi udh benar.mengingat gmn sikap Arkan terdahulu.klo q ada d posisi Arumi,aq jg akan mlkukn hal yg sm,aq g akan rela org yg dulunya g prnh mngakui ank,bhkn mnyiksa lahir batin,skrg tb2 dtg butuh pengakuan,,
mamp*s aja Lo Arkan😠
Fitriyani
jgn bilang nti xan sibuk mau ngrebut hak asuh Caca y.....
Abid
Biasa
linamaulina18
BNR t ibu, msh single blm tentu menjaga k hormatnya
linamaulina18
lumayan
linamaulina18
jgn2 anknya dokter yg bercadar itu lg
linamaulina18
🤣🤣🤣🤣
linamaulina18
bgs deh kirain ska celap celup
linamaulina18
selain tampan dirimu ska celap celup jg gt aja bangga ckckck
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!