Kisah ini bercerita mengenai sepasang suami istri yang di satukan dalam pernikahan karena perjodohan semata, Dafa... tidak pernah menerima pernikahannya dengan zila, karena di hati Dafa ada anak perempuan lain yang bertakhta di sana, sedangkan zila sangat bahagia dengan perjodohan itu, karena zila sudah lama mencintai Dafa, sampai satu tahun pernikahan mereka dafa tidak berubah juga, sampai akhirnya zila mengandung, perlahan Dafa berubah dan mulai memerhatikan zila, tapi kehadiran masa lalu Dafa kembali mengguncang rumah tangga mereka
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daisha.Gw, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
emosi lagi
"Zil, saya hari ini pulang telat, kamu hati hati di rumah ya"
"kenapa harus bilang bukannya setiap hari ga pernah ngasih kabar ' batin zila
"Zil"
"ahh__iyaa"
"Jangan melamun, ga baik"
"gw bingung harus menyikapi Lo kaya gimana caranya, gw Canggung dengan sikap Lo, bukannya nggak suka tapi gw terbiasa dengan sikap keras Lo" Ingin rasanya zila mengungkapkan apa yang ia rasakan pada Daffa tapi semuanya hanya tertahan di kerongkongan nya saja
"Iyaa" Jawab zila singkat
Daffa mengecup singkat kening zila, zila tidka bisa mengekspresikan seperti apa perasaannya sekarang, semuanya tiba tiba, 2 tahun mereka menikah dan ini kedua kalinya Daffa mengecup keningnya , yang pertama saat setelah ijab Kabul.
"Boleh aku menyentuh nya"
Sebenarnya Daffa tidak perlu ijin untuk hal itu, tapi Daffa Hanya takut hal sebelum nya terjadi lagi.
zila mengangguk canggung, Daffa duduk di lantai menyamakan posisinya dengan perut zila, Daffa mengarah kan tangannya ke perut buncit zila mengusap perlahan di atasnya
"Sehat sehat terus ya sayang, papa sama mamah ga sabar nunggu kamu lahir ,nanti papah belikan banyak mainan buat kamu ya"
Keduanya tersenyum hangat, zila mengusap Surai hitam Daffa, Daffa yang merasakan usapan tangan zila di kepalanya mendongak menatap wajah zila, zila yang di tatap malah salah tingkah, dan menarik tangan nya dari atas kepala Daffa
"Kenapa di jauhkan, saya suka" Daffa kemudian bangkit dari duduknya.
"Saya berangkat dulu takut telat, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
"kenapa ga dari tadi ke, jantung gw bisa pindah posisi kalo kaya gini terus"
....
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsallam"
Hana langsung memeluk zila, walaupun sedikit kesusahan karena barang bawaannya.
"Gw kangen banget ama Lo Zil"
"Gw, juga Han"
Hana melepaskan pelukannya, menatap zila dari ujung kaki sampai ujung kepala
"Kenapa Lo liatin gw kaya gitu "
"ga papa kayanya aura Lo beda"
"aura apa , aura mistis"
"Bisa jadi"
"kurang ajar Lo, pulang aja Lo sana"
"iss , gw bercanda kali, sensi banget ibu hamil"
Zila kemudian duduk di sofa dan Hana mengikut setelah nya.
"Lo bawa apa nih"
"Buka aja sendiri"
"Wah , mi ayam , buatan ibu Lo ya"
Hana menggangguk, kemudian dia berjalan menuju dapur , membawa 2 gelas kosong , satu botol air es, beserta sendok dan garpu
"Udah lama banget gw ga makan mi ayam buatan Tante "
"Jangan kan elo gw anaknya aja udah lama ga makan"
" Tante Tara di Jakarta"
"iya, tadi mau ikut__ tiba-tiba dapat telpon kalo harus cepat pulang" menuangkan air minum ke gelas zila
"Yaah, padahal gw pengen ketemu"
"ya udah lah lain kali, makan, lo kaya ga di kasih makan Zil, kurus banget Lo"
"Iya nafsu makan gw turun drastis, selama di Bandung, padahal bunda gw selalu masakin masakan enak"
"Makanya sekarang lo harus makan banyak, laki Lo mapan Lo tinggal minta gw yakin Daffa ga akan nolak, kalo lo malas buat masak"
Zila tidak merespon lagi, zila lebih memilih menikmati mi ayam yang Hana bawa.
"Lo serius mau balik kerja"
"kenapa enggak__ selama pa Raka mau Nerima gw lagi"
"Kandungan Lo makin besar Zil, mending di rumah aja"
"Tapi gw lebih suka kerja"
"terserah Lo deh"
Hana mendaratkan tubuhnya ke punggung sofa, Hana lelah terus terusan membujuk zila untuk di rumah saja, Hana hanya kesian melihat zila dengan kondisi hamil tapi masih di sibukkan dengan pekerjaan nya.
Terlalu larut mereka tidak sadar langit sore mulai menggelap, Hana membereskan kembali barang barang nya , memasukkan benda yang tadi ia keluarkan dari dalam tasnya, setelah zila mencuci kotak bekal milik Hana ,zila kembali menemui Hana di ruang tamu menyusun kotak bekal Hana kedalam tempat nya.
selesai membereskan semuanya kedua sahabat itu kembali berpelukan.
"Gw pulang dulu ya, assalamualaikum"
"waalaikumsallam"
Zila berjalan ke dapur, dibuka nya kulkas yang sekarang penuh dengan bahan makanan, Daffa yang membelinya.
zila berpikiran ingin memasak sesuatu untuk Daffa, tapi zila juga ragu apa Daffa akan memakannya, tapi Daffa bilang ingin memulai keluarga mereka dari awal, ia ingin memperbaiki kesalahannya, Ingatan dari ucapan Daffa yang membuat zila akhirnya memasak makanan lagi, urusan Daffa memakannya atau tidak , itu urusan nanti
Zila mengambil satu Potong besar ayam dari dalam kulkas, memotong ayam nya menjadi bagian kecil, setelah di potong zila mencuci nya berulang kali, sebelum merebus ayamnya.
Sambil menunggu ayamnya di rebus, zila menyiapkan bumbu halus.
Zila begitu asik dengan masakan nya sampai tidak sadar kalo Daffa sudah pulang dan berdiri melipat tangan di depan dada, masih lengkap dengan pakaian yang ia kenakan saat pergi bekerja
"Allahu Akbar"
Zila mengelus dadanya, terkejut dengan kehadiran Daffa di belakangnya, Daffa juga terkejut karena keasikan memandangi zila dari belakang
"Maaf saya membuat mu terkejut"
"Sedang apa anda disini"
"Merhatiin kamu masak"
"Astaga saya hampir jantungan"
"Maaf, masak apa? ,"
"Ayam kecap" Zila meletakkan satu mangkuk ayam kecap di atas meja, Daffa duduk di depan nya , Daffa meletakkan tas kerjanya di kursi sebelah, zila hanya diam memperhatikan Daffa
"Kenapa diam, saya sudah lapar"
"ah__h ya" Tampa berlama-lama lagi zila menyendok nasi ke dua piring satu untuk nya satu untuk Daffa , zila duduk di dekat Daffa dan menuang air putih ke gelas Daffa
Selesai membaca doa , Daffa langsung menikmati masakan zila, ada rasa gugup di hati zila, ini pertama kalinya Daffa memakan masakan nya, takut masakan nya bukan selera Daffa , zila terus memperhatikan Daffa
"Kenapa nggak makan?"
"enak ga?" zila malah bertanya balik
"enak banget, saya menyesal selama ini tidak pernah makan masakan buatan kamu"
"Saya minta maaf ga pernah menghargai masakan kamu"
"nggak masalah" jawab singkat zila, ucapan Daffa mengingatkan nya pada setiap penolakan Daffa untuknya
makan malam itu kembali hening, keduanya sibuk dengan pemikiran masing Masing, walaupun kelihatannya mereka menikmati makanan nya tapi nyatanya pikiran keduanya sedang berlomba di dalam sana.
selesai makan , Daffa tidak membiarkan zila mencuci piring, selesai mencuci piring Daffa naik ke atas untuk membersihkan diri yang terasa lengket.
selesai mandi Daffa keluar dengan tampilan seperti biasa, baju kaos oblong warna putih , celana training dengan handuk di atas kepala.
Daffa menuju ruang tamu di mana zila sedang asik menonton drama terbaru. Daffa ikut duduk di samping zila, zila terlalu fokus dengan tv, sampai tidak menggubris Daffa yang sudah duduk di sampingnya, tangannya sibuk memasukkan cemilan coklat kesukaan nya ke dalam mulut, Daffa hanya tersenyum memperhatikan zila dengan dunianya.
"Zil"
"iya kenapa" jawab zila menoleh ke arah Daffa dan kembali mengalihkan pandangannya ke arah tv
"Ngapain aja selama di Bandung__,hem"
Daffa hanya ingin berbasa basi dengan zila, Daffa mencoba merubah suasana Canggung di antara mereka.
zila mengambil bantal sofa dan di letakkan di atas pahanya, zila yang tadinya duduk dengan posisi bersandar di punggung sofa kini duduk tegap.
"Emm, makan, minum, tidur , sholat, ngaji, baca novel, baca buku, dan tidur lagi"
"dan yaa, saya sebenarnya pengen bantu bunda buat beres beres atau bantu masak, tapi bunda selalu saja marah, katanya Tanti kecapean, bunda berlebihan!!"
Tatapan zila masih mengarah ke tv enggan menatap lawan bicaranya, sedangkan Daffa sudah duduk bersila dengan posisi menghadap zila.
"Zila saya ada di samping kamu bukan di depan situ"
zila melirik Daffa singkat, posisi mereka hanya berjarak kurang satu meter, itu tidak aman buat jantung zila
" emm" jawab zila gugup, zila berusaha bergeser dari posisi duduknya agar tidak terlalu dekat dengan Daffa , Daffa yang melihat tingkah zila hanya bisa membuang nafas kasar.
"Zil, saya ga bakalan makan kamu ko, jadi jangan bergeser terus"
"Maaf, saya tidak terbiasa"
"kita sudah menikah dua tahun Zil, masa iya kamu masih canggung sama saya"
"anda lupa , seperti apa pernikahan kita" ucap zila datar,
sudah di bilang emosi zila tidak stabil, harusnya Daffa paham dengan kondisi itu, ini malah terus terusan membahas hal yang tidak di sukai zila, zila juga tidak akan diam jika sudah menyangkut mengenai hubungan mereka.
Daffa menunduk, Sadar dan paham betul maksut ucapan zila. Daffa semakin mendekat ke arah zila , zila semakin gugup di buatnya, Daffa meraih tangan Zila dan menggenggamnya erat, setelah nya Daffa meletakkan tangan zila di dadanya, zila hanya menurut dengan tangan sedikit terkepal menyentuh dada Daffa
"Apa kamu merasakan nya, getaran ini, mungkin sekarang apa yang aku rasakan juga sedang kamu rasakan"
"sa__saya gugup"
"iya saya juga, jantung saya berdebar kencang kamu merasakan nya kan"
zila mengangguk
"Posisi kita sama, Sama sama gugup saya hanya ingin menghilangkan kecanggungan di antara kita, saya ingin kita bisa menjadi sepasang suami istri layaknya orang normal di luar sana"
"Kita nggak usah membahas masa lalu lagi , kita fokus untuk memperbaiki rumah tangga kita , membesar kan anak kita"
Daffa menarik zila masuk ke dalam pelukannya, Daffa menghirup kuat aroma tubuh zila. tangan kirinya nya mengusap lembut rambut zila, sedangkan tangan kanannya masih memegang tangan zila.
Alhamdulillah..
Maaf mbak author, sedikit masukan dalam penulisan :
Biasanya, bukan biyasanya
Siapa, bukan siyapa
Semangat dalam berkarya mbak author..
Dan terimakasih atas karyanya yang sangat menghibur..
🙏💖
Tetap semangat mbak...
Selamat buat karya-karyanya ya..
sebenarnya tuh aku masih bingung sama alur ceritanya..apa lagi sama masa lalu daffa