Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Habis Sandra, terbitlah Mita
Sandra merasa hidupnya nggak pernah tenang. Baru juga Sandra yang menyampaikan penyesalannya, sekarang ada Mita yang terang-terangan mengejar Chandra di depannya. Belum lagi anak baru yang sebelumnya pdkt sama Doni sekarang berbalik mengagumi Chandra juga.
"santai Ci, nggak bakalan juga bang Chandra tergoda sama lumpia kering kayak mereka" Riko berusaha menghibur Cia yang terlihat kesal karena melihat anak bartender baru yang selalu dekat-dekat dengan Chandra.
"bukan apa-apa bangko, memang resiko dekat sama pria tampan itu cuman 2, kalau nggak belok ya banyak yang ngejar. Kayaknya hidupku bakalan penuh gelombang lagi deh" ujar Cia pasrah.
"gelombang apalagi Ci? Mita sama Sinta?" tanya Riko.
Cia mengangguk saat mendengarnya, dia baru tau nama anak baru itu Sinta.
"Lihat aja nanti, mereka tidak seberani kak Sandra, tapi anak puber tuh sulit di tangani bangko"
"Mita sudah 25 tahunan, Sinta masih 19 tahun. Kayaknya bakalan seru deh ke depannya" Riko senyum-senyum saat mengetahuinya. Cia yang melihatnya jadi kesal.
"bahagia di atas penderitaanku ya" Cia menendang kaki kiri Riko dengan cukup keras.
"Aduh." keluh Riko. Dia melihat Cia yang pergi meninggalkannya untuk istirahat.
"Cia? Ada anak sma yang nyariin lo di depan" ucap Sandra yang baru masuk ke ruang karyawan untuk istirahat.
"oh iya kak, terima kasih sudah ngasih tau Cia" Cia segera berjalan keluar untuk melihat siapa anak sma itu, benae Zara atau ada orang lain?
"Kakak? Cia kangen, maaf kemarin nggak jadi nginep" Zara langsung memeluk lengan kanan Cia saat bertemu.
"nggak apa Ra, kakak juga kangen sama kamu. Ngapain kamu ke sini? Bukannya ini masih jam sekolah?" tanya Cia dengan heran karena ini masih jam 12 yang harusnya anak sma masih belajar di sekolah.
"em.. Begini kak, sebenernya Zara bolos hari ini. Tapi jangan bilang mama kak, please" Zara mengatupkan kedua tangannya memohon pada Cia.
"Ra? Aku juga dulu waktu sma hampir setiap hari selama tiga tahun selalu ketinggalan, tapi tidak pernah sekalipun kakak bolos Ra. Kakak pernah sangat telat tapi izin sepeda kakak mengalami ban bocor agar tidak dapat hukuman, tapi bolos tidak pernah terlintas di otak kakak. Jangan di ulangi, banyak anak yang tidak seberuntung kamu di luar sana" ucap Cia penuh nasihat.
"pulanglah, katakan dengan jujur sama tante Celine. Minta maafnya jangan sampai lupa. Inilah alasan kakak waktu mengatakan, jadilah nahkoda untuk kapalmu sendiri, jangan ikut kapal orang lain. Apa kamu paham Ra?" tanya Cia lagi dengan pelan.
Zara mengangguk dengan menyesal.
"Hm. Zara harus bisa mengarahkan tujuan Zara sendiri tanpa harus mengikuti tujuan orang lain."
"jika temanmu membawamu untuk melakukan hal yang baik, ikutlah Ra. Tapi jika mereka membawamu untuk melakukan sesuatu yang kurang baik, berhentilah. Jika kamu tidak bisa menghentikan mereka, kamu harus berhenti sendirian. Sekarang kamu harus pulang, mau kakak panggilkan grab car?" Cia mengatakannya dengan pelan namun terdengar tegas.
"tidak perlu kak. Zara akan minta di jemput sama pak Adi saja"
pak Adi adalah supir yang mengantar jemput Zara sekolah.
"sebelum itu kita beli makan dulu" Cia membawa Zara untuk berjalan ke rumah makan padang yang penah dia datangi bersama Nina dulu.
Cia melihat Zara yang makan dengan lahap. Mereka tidak bicara banyak hal karena jam istirahat Cia yang juga akan berakhir 15 menit lagi. Pak Adi baru saja sampai di depan tempat mereka makan, Zara melambaikan tangannya saat mobil sudah mulai berjalan.
Zara membuat Cia teringat masa-masa sma nya yang penuh dengan masalah. Dari mulai nggak ikut do'a bersama, telat setiap hari kecuali hari senin dan kamis karena harus upacara dan piket, pura-pura haid untuk tidak ikut sholat berjamaah, try out ketinggalan selama satu jam, dan yang paling aneh adalah saat dirinya sampai di sekolah tapi tas yang berisikan buku pelajaran ketinggalan di rumah.
"Kenapa kamu Ci?" tanya Chandra sedikit keras karena Cia yang berdiri sedikit jauh di sisi kiri meja bartender.
"ngak apa mas, lagi inget waktu sma aja" jawab Cia yang setelahnya melanjutkan senyum-senyumnya lagi.
Chandra membiarkan Cia yang masih senyum-senyum sendiri bahkan di saat ada Mita di sampingnya.
"caper banget jadi orang" ucap Mita dengan sinis.
Cia yang mendengar ucapan itu melirik Mita dengan tajam. Membuyarkan pikirannya yang sedang mengingat masa indah selama sma.
"apasih? Lo tuh nggak di ajak, jadi ssst diam ya?" Cia membalasnya dengan sinis juga, jari telunjuknya masih berada di bibirnya saat menyuruh Mita untuk diam.
Mita terdiam dengan kesal. Cia menatap ke ujung sebelah kiri, di mana Riko dan Sandra tersenyum geli menatapnya.
"San, bisa tolong tunjukin foto Fiona?" Chandra memanggil Sandra yang sudah berjalan keluar Restoran.
Sandra hanya menatap Chandra dengan diam. Dia bingung dengan ucapan Chandra, apa dia benar-benar gagal move on? Tapi kan harusnya dia punya fotonya sendiri tanpa meminta padanya.
"Buruan San, jangan malah diem aja" ucap Chandra lagi dengan tidak sabar.
"aneh banget lo Chan, bisa-bisanya minta tunjukin foto mantan" protes Sandra, namun tangannya menyerahkan ponselnya yang berisi foto Fiona.
Chandra menatap Foto di ponsel itu dengan kening yang berkerut.
"aku nggak kenal sama nih cewek, kenapa dia bisa ngaku jadi mantanku?" tanya Chandra, dia menatap tajam Sandra di depannya.
"maksudmu apaan Chan? Dia bukan mantanmu?" tanya Sandra dengan sedikit keras karena merasa sangat kaget.
Chandra menggelengkan kepalanya.
"seriusan? Gue jadi makin merasa bersalah sama Cia tau Chan" ucap Sandra dengan wajah penuh penyesalan.
"ya salahmu sendiri" Chandra kembali menyerahkan ponsel Sandra dan pergi berlalu begitu saja. Membiakan Sandra menyesali perbuatannya sendirian.
.
.
Byuuuur..
Cia menatap sepatunya yang sudah basah karena air di ember yang tumpah. Cia melihat Mita yang dengan sengaja menendang ember berisi air bekas pel itu saat dirinya berjalan di sampingnya.
"maaf Ci, maaf"
Cia hanya menatap Mita dengan kesal, permintaan maaf yang di sertai seringai puas di bibirnya.
Tanpa menanggapi ucapan Mita, Cia pergi begitu saja ke ruang karyawan untuk mengambil sepatu gantinya di loker. Untung dia selalu membawa perlengkapan kerja double yang dia simpan di loker. Sedangkan sepatunya yang basah dia jemur di parkiran khusus karyawan agar dia bisa membawanya pulang dalam keadaan kering dan di cuci di rumah.
Tidak hanya sampai masalah sepatu, saat siang dan ramai pengunjung, Mita tiba-tiba terjatuh di depannya.
"Kamu kalau mau membalas yang tadi pagi jangan gini Ci. Rasanya tuh sakit dan malu di liatin orang" ucap Mita dengan wajah sok sedihnya.
Cia menatap sekeliling, orang yang makan di dekat mereka berdiri tentu saja menatap Cia dengan pandangan seolah mengatakan Cia karyawan yang suka menindas.
"Sesukamu aja Mit, aku lagi malas ngurusin orang dramatis kayak kamu begini" bisik Cia saat membantu Mita berdiri. Bahkan panggilannya bukan aku kamu lagi, sudah kesal dia sama Mita.
Saat pulang ada lagi kejadian yang membuat Cia merasa ini sudah sangat keterlaluan. Saat mengambil sepatunya yabg dia jemur di parkiran, Cia langsung membuang sepatunya ke tempat sampah.
"kenapa di buang Ci?" tanya Riko dengan kaget. Sepatu itu adalah sepatu kesukaan Cia. Dia sering memakainya.
"bangko lihat deh di dalam sepatuku ada apanya" tanya Cia yang mukanya sudah berubah.
Riko langsung menghampiri tempat sampah untuk melihat sepatu Cia. Dia melihat di sepatu Cia terdapat sarang lebah namun tak ada penghuninya.
"kan bisa di ambil aja Ci, nggak perlu di buang sama sepatunya juga" Riko langsung memungut kembali sepatu Cia setelah membuang sarang lebah di dalamnya.
"Cia mual melihat lubang di sarang lebahnya bangko. Rasanya tubuh Cia langsung lemas" ucap Cia yang memang sudah terlihat pucat dan berkeringat.
Riko segera membawa sepatu dan mengambil motornya untuk mengantar Cia pulang.
"urgent bang Chan" Riko berteriak ke arah Chandra yang memanggilnya tanpa berhenti karena sudah panik dengan Cia yang berkeringat seperti itu.
"Masuk dan istirahatlah, apa kamu butuh obat demam? Abang akan membelinya" Riko terlihat khawatir.
"nggak bangko. Cia masih punya obat di dalam, jadi pulanglah dengan tenang. Makasih udah nganter Cia" ucap Cia dengan lemas namun masih ada senyum di wajahnya.
Cia segera memasuki kamarnya dan meminum obat penenang yang di dapatnya dari psikiater karena dia merasa tubuhnya mengalami serangan panik karena lubang yang ada di rumah lebah tadi.
Tak lama setelah minum obat, mata Cia terasa sangat berat. Dia mendengar ponselnya berbunyi menandakan telfon masuk, namun matanya sudah tak sanggup terbuka. Dia tertidur dengan lelap setelahnya.
.
.
...****************...