Zona Kpop, aktor korea, yang gak suka silahkan skip, daripada meninggalkan jejak hate!
"Aku akan membuat mu lepas dari cengkraman ibu tiri mu, dengan satu syarat."
"Apa syarat nya?"
"Kau harus menjadi partner ranjang ku,"
Azzendra Grew Nicholas, pria muda berusia 29 tahun seorang CEO yang menjebak seorang gadis untuk menjadi partner ranjang nya.
Wenthrisca Liu atau akrab di sapa Ica, terpaksa menerima penawaran gila Zen demi bisa bebas dari jeratan ibu tiri nya.
Bagaiamana kisah mereka selanjutnya? simak disini.
Karya real hanya ada di Noveltoon/Mangatoon, selebih nya Fake/plagiat, happy reading❤️
Edit cover by KINOSANN
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sendi andriyani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Ica keluar saat waktu makan malam, dia memakai piyama yang sudah tersedia di dalam lemari nya.
Bersamaan, Zen juga baru turun dari kamar nya dengan pakaian santai dan sendal rumahan nya. Namun pria itu masih terlihat sangat tampan, dalam keadaan apapun.
"Selamat malam D-addy."
"Malam Baby, sudah makan?" Tanya Zen lalu mengacak-acak rambut Ica yang sudah dia sisir serapi mungkin.
"Jangan di acak-acak lagi dong, aku nyisir ini dengan susah payah." Gerutu Ica sambil merapikan kembali rambut nya dengan tangan.
"Susah payah apanya? Cuma nyisir doang, ayo makan." Zen menggamit tangan Ica membawa nya ke ruangan makan.
Para maid membungkuk hormat saat Zen memasuki ruang makan itu. Zen duduk, begitu juga dengan Ica yang memilih duduk di samping Zen.
"Layani aku By,"
"H-ahh, maksudnya gimana?" Tanya Ica yang tak paham maksud pria itu.
"Layani aku selayaknya suami dan kau istri ku."
Blushh..
Pipi Ica merona, entah kenapa dia sangat senang saat mendengar ucapan Zen. Ohh, apa dia sudah mulai menyukai pria menyebalkan di samping nya ini?
Ica memalingkan wajah nya ke samping, khawatir kalau pria itu sampai melihat nya dia akan semakin besar kepala.
"Cepatlah, aku lapar By." Ica bangkit dari duduk nya, lalu menyendok nasi ke dalam piring.
"Lauk nya sama apa Dad?"
"Ayam goreng sama capcai seafood." Jawab Zen datar.
Ica mengambilkan lauk yang di inginkan pria itu, lalu meletakan nya di depan Zen.
"Lakukan ini setiap hari, jika tak bisa melayani aku dengan cara yang memuaskan, kau bisa melayani ku seperti ini."
"Dengar Ica, kesepakatan itu tetap berlaku. Jika sudah waktu nya, saya akan meminta hak saya. Jika kamu menolak pun tak ada guna nya, aku bisa saja memaksa mu dengan berbagai cara."
"Baik, tapi setidak nya tunggu sampai waktu menstruasi saya datang dulu."
"Kapan?"
"Biasanya seminggu lagi." Jawab Ica pelan.
"Setelah tamu bulanan mu datang, kau harus menyerahkan nya pada ku." Ica hanya menganggukan kepala nya pelan, mau mengelak sebagaimana pun kesepakatan itu tetap harus dia penuhi sesuai janji nya.
"Hanya partner ranjang Ica, hanya partner ranjang." Ica berusaha meyakinkan hati nya yang masih belum rela memberikan mahkota nya pada Zen.
"Makan yang banyak dan setelah itu kita tidur." Lagi-lagi, Ica mengangguk sebagai jawaban. Dia memulai makan malam nya, meski sesekali tatapan mata nya curi-curi pandang pada Zen yang makan dengan tenang.
....
Setelah menyelesaikan makan malam nya, kedua insan itu pergi ke kamar dan berbaring bersisian di ranjang king size milik Zen.
"By.."
"Hemm.."
"Gak kepikiran pengen kuliah?" Tanya Zen, dia melirik sekilas ke arah Ica yang terbaring telentang.
"Pengen sih, tapi aku gak punya uang sebanyak itu buat biaya nya. Aku harus kerja apa?"
"Kerja jadi partner ranjang ku, nanti aku gaji." Celetuk Zen.
"Aku tak mau berhutang budi terus menerus pada mu, kau sudah terlalu baik untuk ku."
"Tak perlu merasa begitu, By.." Zen mendekat dan melingkarkan tangan kekar nya di perut ramping Ica.
Ica diam saja, dia tak menolak pelukan Zen.
"Tidur saja, jangan terlalu banyak berfikir." Zen merangsek dan membuat tubuh mereka tak berjarak, bahkan terpaan nafas hangat Zen begitu terasa di telinga nya.
"Aku ingin melanjutkan yang tadi." Bisik Zen sensual, bahkan pria itu sengaja meniup telinga Ica. Hingga membuat gadis itu tersentak, bahkan bulu-bulu halus nya terasa berdiri.
"Y-yang mana?" Tanya Ica berpura-pura tak mengerti, padahal dia jelas tau apa yang di maksud pria itu.
"Jangan berpura-pura By, tadi kau sudah mengizinkan ku sedikit menjamah tubuh mu."
"T-tapi kan.." Belum selesai Ica bicara, tapi bibir itu keburu di lahap habis oleh bibir sexy Zen.
Dia benar-benar melanjutkan kegiatan bercumbu nya yang sempat terhenti tadi di mobil, tapi sekarang bisa di pastikan takkan ada yang bisa mengganggu kegiatan nya.
Tangan Zen begitu lincah merayap mencari pegangan hidup nya, dengan sekali sentak saja tali belakang cup buah milik Ica terlepas.
"Emmm..." Ica melenguh pelan saat tangan nakal Zen meremass buah kenyal milik nya, dia bahkan memainkan puncak dada nya, memilin nya hingga membuat nya bergerak tak karuan karena sensasi geli tapi nikmat yang baru pertama kali dia rasakan.
Tanpa aba-aba, Zen menaiki tubuh mungil Ica dan menyibak pakaian gadis itu, hingga menampakan buah ranum dengan puncak yang bersemu kemerahan.
Dia menyerang buah kenyal itu tanpa ampun, meski Ica terus meronta tapi tenaga nya tak sebanding dengan tenaga Zen yang merupakan pria penggemar olahraga.
Zen terus melakukan nya hingga membuat puncak dada Ica terasa perih.
"Dad, sudah ya. Perih.." Keluh Ica.
"Hari ini aku menyudahi nya, tapi besok aku takkan berhenti sebelum puas." Jawab Zen, dia turun dari tubuh Ica dan merapikan pakaian gadis itu yang berantakan akibat ulah nya.
"Ayo tidur, terimakasih asupan vitamin nya."
Zen kembali memeluk Ica dengan erat, bahkan kaki nya menindih kaki Ica, membuat Ica tak nyaman dan terus bergerak-gerak.
"Diam atau aku makan sekarang By?" Mendengar pertanyaan itu, sontak saja membuat Ica langsung diam dan mencoba menutup mata nya.
....
Pagi hari nya, Ica terbangun lebih dulu. Dia pergi ke kamar mandi dengan langkah tergesa karena kebelet.
Dia menuntaskan hajat nya dengan tenang, lalu mengusap dada nya lega setelah selesai.
Ica bangkit dan mencuci muka nya, tapi alangkah kaget nya saat dia menatap cermin, dia membulat saat melihat begitu banyak tanda kemerahan di leher nya.
Dia juga menyibak pakaian nya, tambah melotot saja Ica saat melihat tanda itu juga banyak menghiasi buah kenyal nya.
"Astaga, apa yang sudah pria itu lakukan. Ini mah penganiayaan." Gerutu Ica, dia keluar dari kamar mandi dengan langkah kesal nya.
Dia mencubit pantatt Zen yang masih tidur menyamping.
"Awwhhss, sakit.." Ringis Zen sambil memegangi pantatt nya.
"Rasain, siapa suruh buat tanda ini banyak banget." Ketus Ica, kedua tangan nya bersedekap di dada.
"Tanda apa sih By? Pagi-pagi udah ribut aja, masih ngantuk nih." Tanya Zen sambil menggaruk kepala nya yang tak gatal, suara nya juga masih terdengar serak.
"Buka mata mu dan lihat ini." Ketus Ica, Zen membuka mata nya.
Ica menunjuk tanda merah di leher dan dada nya yang berbaris rapi hampir memenuhi dada nya.
"Astaga, separah itu kah aku? Rasanya, semalam aku hanya membuat nya sedikit."
"Apa? Lalu tanda ini siapa yang buat hemm? Gak mungkin aku sendiri yang buat kan?" Tanya Ica.
"Ahh iya, maafkan aku By.."
"Aku gak mau tau, pokok nya Daddy harus cari cara buat ngilangin tanda ini."
"Hah, gimana cara nya? Gak mungkin dong By.."
"Terserah, apapun caranya." Ica pergi ke kamar mandi lagi, meninggalkan Zen yang mengusak rambut nya frustasi.
....
🌷🌷🌷
Hayoloh, gimana kalau udah gini Zen?😂😂
ehhh malah nyengir, auto meleyot😪🤭🤭
Emg mo di gagahi waktu M?