Felyn Rosalie sangat jatuh cinta pada karya sastra, hampir setiap hari dia akan mampir ke toko buku untuk membeli novel dari penulis favoritnya. Awalnya hari-harinya biasa saja, sampai pada suatu hari Felyn berjumpa dengan seorang pria di toko buku itu. Mereka jadi dekat, namun ternyata itu bukanlah suatu pertemuan yang kebetulan. Selama SMA, Felyn tidak pernah tahu siapa saja teman di dalam kelasnya, karena hanya fokus pada novel yang ia baca. Memasuki ajaran baru kelas 11, Felyn baru menyadari ada teman sekelasnya yang dingin dan cuek seperti Morgan. Kesalahpahaman terus terjadi, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Xi Xin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Morgan Dan Ibunya
Felyn masih melaksanakan salat magrib, di waktu bersamaan Morgan tersadar dari tidurnya dan melihat Felyn sedang beribadah.
Karena tubuhnya masih lemah, Morgan tidak bisa bergerak dan ia hanya memperhatikan Felyn yang sedang Salat magrib dengan tatapan lemahnya.
Saat Felyn selesai salat, ia terkejut karena Morgan sudah siuman dan menatap ke arahnya. Felyn pun langsung melepas telekung dan membereskan sajadahnya, lalu menjelaskan semuanya pada Morgan.
"M-maaf, aku....soalnya mushola di rs ini penuh, jadi…" Felyn menjelaskan dengan gugup.
Morgan menggeleng. "Gpp."
Felyn pun kembali duduk di kursi dan menjadi malu karena ia diperhatikan oleh Morgan sejak salat tadi.
Morgan tersenyum kecil, lalu menyuruh Felyn untuk membantunya duduk supaya bisa berbicara lebih santai dengannya. "Felyn, bisa bantu aku duduk?"
"Oh, kamu mau duduk? Tapi, kan kamu baru siuman."
"Felyn, bantu aku duduk."
Felyn pun menuruti apa yang dikatakan Morgan dan membantunya untuk duduk. Felyn menyandarkan bantal di belakang tubuh Morgan supaya saat Morgan duduk, bisa berbicara dengan nyaman.
"Aku tidak pernah pergi ke Gereja." ucap Morgan pelan.
Felyn bingung. "Kenapa? Kamu tidak percaya pada Tuhan?" tanya Felyn.
Morgan menggeleng. "Aku percaya dia bahkan lebih dekat di hati kita. Makanya aku tidak pernah datang ke Gereja." jawabnya jelas.
"Iya, Tuhan ada di hati kita. Tapi, kalau kamu terus menerus berusaha menghindarinya, kamu tidak akan bisa berbicara padanya." ucap Felyn.
Morgan mengangguk. "Aku berpisah dengan ibuku di depan sebuah gereja. Dia meninggalkanku di sana, berharap aku akan melupakannya."
"Aku menunggunya seharian, tidak peduli hujan yang membahasi tubuhku atau panasnya matahari, aku tidak merasakan itu."
"Sampai saat malam orang yang mengaku bahwa dia adalah ayahku datang dan membawaku pergi. Sampai sekarang aku tidak pernah mendengar kabar ibu walau aku hampir setiap hari menunggu di gereja itu." jelas Morgan panjang lebar.
Felyn menyimak semua yang diceritakan Morgan padanya. Ia juga merasa bingung dengan apa yang dihadapi oleh Morgan.
"Jadi...kamu tidak pergi ke Gereja lagi, karna kamu sudah tahu ibumu tidak akan datang?" tanya Felyn. "Dan kalau kamu pergi ke Gereja apa lagi masuk ke dalam sana, kamu akan mengingatnya kembali?"
Morgan mengangguk.
"Apa yang dikatakan dokter?" tanya Morgan mengalihkan pembicaraan.
Felyn menggeleng. "Gak tahu. Randi gak kasih tahu."
"Ke mana dia?"
"Dia dan Nadin pergi keluar untuk cari makan malam. Oh, iya. Tadi juga ada Pak Josua, dia yang menjadi walimu." jawab Felyn.
Morgan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Felyn.
"Kamu beneran gpp?" tanya Felyn dengan tatapan khawatir.
Morgan lagi-lagi tersenyum kecil. Felyn terkejut karena Morgan baru kali ini menunjukkan emosi selain sikap dingin padanya. "Aku sudah baik-baik saja."
Morgan memperhatikan jam dinding yang ada di ruangannya, jam menunjukkan pukul 19.10 WIB dan ia langsung menatap Felyn.
"Kamu sebaiknya pulang saja. Aku sudah tidak masalah di sini." saran Morgan.
Felyn menggeleng. "Gak!"
"Kamu tidak ingat besok ada acara apa di sekolah?"
.
"Aku ingat, tapi kan tidak masalah jika tidak hadir." jawab Felyn.
Morgan ingat kalau Felyn ada di depannya padahal acara yang ia hadiri tadi belum selesai, ia pun meminta maaf.
"Maaf, kamu jadi tidak sempat berbincang dengan penulis itu."
Felyn menggeleng sambil tersenyum. "Gak masalah kok. Lagian aku udah liat wajah Sisin seperti apa."
Morgan terdiam sejenak. "Makanya kamu harus datang ke sekolah besok, dia pasti menunggumu." ucap pelan Morgan.
Felyn pun mengangguk sambil tersenyum. Morgan tahu apa yang paling Felyn inginkan, yaitu bertemu dan berbicara bersama penulis favoritnya itu. Walau ia mengatakan tidak masalah jika meninggalkan acara itu, tetapi hatinya mengatakan tidak.
Keesokan harinya, SMA Kamorza…
Acara ulang tahun SMA Kamorza digelar dengan sangat meriah. Suasana di seluruh sekolah ramai, baik dari para siswa maupun dari tamu-tamu yang sudah diundang untuk memeriahkan acara pada hari ini.
Ada bazar makanan dan minuman yang berjajar di halaman sekolah sebelah kanan setelah memasuki gerbang utama. Di sebelah kiri halaman, ada panggung dan acara musik yang dibawakan oleh pengisi acara terkenal sehingga suasana di sana juga ramai dan padat. Semua orang mengenakan pakaian yang bebas namun tetap sopan karena ini adalah acara resmi dari sekolah mereka.
Di lapangan terdapat tenda-tenda, spanduk, dan banner tentang penulis Sisin Kim yang juga akan datang untuk memeriahkan acara ulang tahun sekolahnya itu. Sudah terlihat ramai juga dengan siswa-siswi yang membawa novel karya penulis Sisin untuk meminta tanda tangannya secara langsung.
Eh, lo udah punya novel L&M season 1&2?
Emm, aku ada nya cuma yg season 1 aja.
Iya, aku juga. Gak beli yang season 2?
Entar aja dah, mumpung karya barunya udah keluar jadi kubeli duluan.
Katanya, Sisin Kim itu lebih cantik aslinya daripada yang orang bilang.
Iya, semalam aku juga udah liat.
Hah, liat di mana?
Ih, semalam kan di Gramelove ada acara Meet & Greet sm Sisin Kim.
Mana mau liat dong gimana mukanya.
Ini nih, aku kasih tunjuk ke kalian pasti pada kaget.
Felyn dan Nadin baru tiba di lapangan dan melihat keadaan sekitar sudah ramai dengan orang-orang yang akan mengantri tanda tangan penulis favoritnya itu.
"Fel, udah rame ternyata." ucap Nadin.
Felyn mengangguk seraya melihat sekitarnya. "Iya, rame banget kayak di mall semalam. Ternyata di sekolah kita juga banyak fans nya."
"Makanya kesel banget mereka sering bilangin kamu kutu buku, padahal mereka juga suka novel tuh."
Beberapa saat kemudian, rombongan dari penulis Sisin sudah tiba dan semua orang langsung memadati tenda untuk berdekatan dengan penulis tersebut.
Kak Sisin, di sini Kak!
Kakak Sisin, saya ngefans banget!
Awas, jangan dorong-dorong napa?!
Yang rapi barisnya supaya cepat dapat tanda tangan.
Kak Sisin! Kak Sisin!
Baris yang rapi semuanya! Diharap tenang!
Ayo, ke sana!
Udah datang, guys! Cepetan.
"Fel, udah datang tuh. Yuk, kita ke sana!" ucap Nadin.
"Iya."
Felyn dan Nadin berjalan pelan karena suasana ramai dan saat ini kondisi kaki Felyn masih belum sepenuhnya pulih, mereka menghindari keramaian yang akan membahayakan Felyn.
Penulis Sisin sudah mulai menyapa dan menandatangani novel karyanya yang dibawa oleh setiap fans yang sedang mengantri. Felyn dan Nadin berada di barisan ke 100 an, untungnya barisan terlihat tertib sehingga tidak mengancam Felyn yang masih terluka. Cuaca hari ini juga cerah, sehingga penulis Sisin dengan cepat menyelesaikan sesi tanda tangan perorangan itu.
Kak Sisin cantik banget!
"Terima kasih, kamu juga cantik kok." jawab Sisin sambil menandatangani novel.
Kak, boleh foto bareng gak?
"Boleh."
Nadin yang tidak tahan dengan cuaca yang sudah mulai panas pun beberapa kali melihat antrian di depannya. "Ih, lama banget udah panas nih." keluhnya.
Felyn tersenyum. "Emang gini kalau mau ketemu idola, kamu harus sabar."
Felyn melirik orang yang berbaris di belakangnya dan melihat seorang pria tampan mengenakan kemeja putih dan tinggi sedang mengantri tepat di belakangnya. Ia pun langsung terdiam dan memilih memperhatikan apa yang ada di depannya.
BERSAMBUNG...