NovelToon NovelToon
Adara'S Daily

Adara'S Daily

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Dosen / Cinta Seiring Waktu / Keluarga / Persahabatan / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Alunara Jingga

Tentang keseharian seorang gadis biasa dan teman-temannya. Tentang luka.
Tentang penantian panjang, asa dan rahasia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alunara Jingga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Benarkah?

Pagi datang, setelah membangunkan Vita, aku keluar tenda menenteng kamera dan mencari objek untuk lensaku. Aku dan kamera takkan terpisah bila sudah berada di pelukan alam bebas. Jarum arlojiku menunjukkan pukul 05.45, matahari sudah mulai menyapa dengan sinar lembutnya. Ku hirup aroma lembab tanah, begitu menenangkan jiwa. Kicau merdu burung diatas pepohonan mulai bersahutan, ayam hutan berkokok.

Hari ini agendaku adalah mengikuti Adit dan rekannya mengamati perilaku monyet ekor panjang. Seperti yang Adit katakan kemarin, bahwa sebenarnya penelitian mereka sudah selesai, ia kembali untuk memberi salam perpisahan pada kawanan monyet yang telah ia amati selama sepuluh bulan penuh. Aku mengikuti saja dan akan mendokumentasikan itu. Tak lupa, aku akan menambah isi jurnal yang ku bawa dengan koleksi baru yang ku temui.

Setelah satu jam berkeliling sendiri, aku kembali ke titik awal. Menikmati secangkir cokelat hangat dan setangkup sandwich a la Vita. Tak ku lihat keberadaan Reyhan pagi ini, biarlah, ia sudah punya agenda tersendiri, pikirku. Kami sarapan dalam hening, hingga Adit memulai pembicaraan,

"Mbak Ara sama Vita jadi ikut kita?" tanyanya.

"Jadi, kalo emang nggak ngerepotin," jawabku dan disambut anggukan Vita.

"Yaudah, abis ini kita berangkat ya, tapi jalan kaki. Lumayan sih, sekitar 2 jam jalan. Sanggup gak?"

"Kalo aku sih hayu, ga tau deh non Vita. Gimana?" tanyaku pada Vita.

"Ga apa, daripada ditinggal sendirian disini. Biar ga cuma Mbak happy aja yang bisa happy," sahutnya.

"Siapa mbak happy? Keren bener namanya," celetuk Hendra, teman Adit.

"Itu loh, mbak-mbak yang selalu ketawa gimanapun kondisinya, mau susah, mau seneng, tetap ketawa."

"Positif banget dong vibe nya."

"Ho'oh, mau kenalan?"

"Boleh," jawabnya, Adit tertawa, sedang Hendra bingung mengapa.

"Itu maksudnya Miss K, Hen! Kunti." Vita menjelaskan.

"Ehh, nggak ah! Ga mau aku!" Hendra terbirit sambil membawa sarapannya.

Usai menghabiskan sarapan, kami mulai melangkah menuju lokasi yang dimaksudkan Adit. Sepanjang perjalanan, aku begitu menikmatinya. Bersenandung kecil, memotret, dan mencatat, adalah bagian dari perjalananku. Aku sudah tenggelam sepenuhnya dalam dekapan rimba. Sesampai di lokasi, aku memisahkan diri setelah sempat berpamitan pada Adit dan yang lainnya. Segala tentangku dan rimba adalah melodi. Sambil mengenakan earphone, aku terus melanjutkan kegiatanku tadi.

Aku terbawa suasana, hingga akhirnya tersadar hari telah menjelang sore. Aku menyudahi aktifitasku dan kembali ke rombongan. Tak banyak kegiatan lain, kami memutuskan kembali ke camp utama dan beristirahat. Aku memindahkan hasil jepretanku hari ini pada folder khusus di laptopku. Akan selalu ku ingat semboyan itu ketika berhadapan dengan alam, 'Jangan mengambil apapun, kecuali gambar. Jangan meninggalkan apapun, kecuali jejak. Dan jangan membunuh apapun, kecuali waktu'. Agar keseimbangan ekosistem selalu terjaga kelestariannya.

...🍀🍀🍀🍀...

Beberapa hari kemudian, kami memutuskan untuk meninjau lokasi bunga padmosari. Aku, Vita, Said dan Adit berangkat setelah matahari tinggi, hanya kami berempat. Hendra, Kevin dan Seno hanya ingin tidur. Sesampainya di lokasi, ternyata ada rombongan Reyhan. Mereka disini untuk si mungil padmosari. Aku membalas lambaian tangannya ketika ia menyadari keberadaanku.

"Obyeknya padmosari toh," ucapku padanya.

"Iya, ada laporan masuk kalo zollingeriana memunculkan diri. Lumayan lama ga muncul, sekali muncul langsung tiga. Rafflesia butuh banyak penelitian, masih banyak hal tentangnya yang masih menjadi misteri bagi peneliti. Sedang peminat masih kurang, kendala dana dan bunga ini sendiri," jelas Reyhan tanpa ku minta.

"Iyakah? Aku ga paham kalo masalah itu, Rey. Kamu kalo nanya masalah ekbis aku bakal layanin, hehe," cengirku.

"Gak masalah. Yang penting obrolan lainnya kita nyambung."

"Kalo ga nyambung berarti nomer ponselnya salah."

"Bisa ae si centong sayur!"

"Hahaha... Eh, by the way si padmo kapan senyum merekah?" aku bertanya sembari mencari keberadaan tiga makhluk Tuhan yang tadi menemaniku. Ternyata mereka tengah ngemil cantik disamping mobil yang membawa kami.

"Dua hari lagi, Ra. Kenapa? Udah mau balik?"

"Belum ada rencana sih, cuma kayanya sementara mau ke Bali sebentar. Ada kerjaan yang ga bisa diwakilkan," ucapku.

Iya, dua hari yang lalu aku mendapat jaringan, mencoba memanfaatkan sebaik mungkin dengan mengaktifkan data internet. Perasaanku bilang bakal ada sesuatu yang penting. Surelku banjir, ternyata ada event modelling di Bali, dan Mrs. Lee membutuhkan bantuanku. Tentu beliau tak bisa menghubungiku, dan mengirimiku surel. Ku hubungi menggunakan aplikasi kuning, dan berakhir dengan kalimatku.

"Araseoyo, Daeumjue dasi mannayo, sajangnim"

(Baik, sampai jumpa minggu depan, bos).

Aku setuju untuk membantunya, bagaimana mungkin aku abai, sedang beliau adalah sosok penyelamatku dahulu. Tak pernah aku merasa kesepian kala di negara yang sangat asing bagiku, Mrs. Lee dan keluarganya begitu hangat menerima orang asing ini. Kala chuseok, -semacam acara thanksgiving, aku akan diboyong serta untuk mudik ke Busan. Selama tiga hari itu, aku diperlakukan layaknya keluarga, dan sangat menghormatiku sebagai seorang muslimah. Alat masak dan makanku pun, mereka menyimpannya ditempat tersendiri, bukan apa, takut tercampur dengan milik mereka yang makan dan minumnya berbeda denganku. Mereka mengerti halal dan haram. Aku bahkan punya ruangan sendiri.

"Kamu dan privasimu adalah sesuatu yang tak bisa dipisahkan. Jangan merasa sungkan, ini bukan apa-apa. Aku senang direpotkan oleh anakku sendiri. Beribadahlah sesuai keyakinanmu, kami tak merasa terganggu." Begitulah yang selalu diucapkan Eomma, -ibu kami. Mrs. Lee memiliki 1 putri yang telah masuk sekolah menengah bernama Hera. Ia sudah seperti keponakanku sendiri. Ah, aku merindukan keluarga besar itu, merindukan setiap momen, baiknya juga berisiknya. Aha, dan bagaimana kabar Ji Hoon? Aku lupa menanyakannya. Ia adalah adik lelaki Mrs. Lee dan setahun diatasku. Semoga semua baik-baik saja.

Selain kabar dari Korea, aku juga menerima kabar dari Mas Dwi. Bukan ia sendiri yang berkabar, tetapi Neesha, adiknya. Ia mengirim sebuah foto, foto yang membuatku sedikit tersentak, bahkan sejak pesan terakhirnya beberapa hari yang lalu, ia tak menghubungiku lagi. Tepatnya, aku yang memutuskan tak membalas pesannya kala itu. Neesha mengirim foto, Mas Dwi mengusap lembut kepala seorang gadis, yang aku tak tahu siapa, dan tatapan teduh itu, menatap sayang kearah sang gadis. Nesha menanyakan, apakah aku mengenal gadis itu.

Aku mengeluarkan ponselku, menatap sekali lagi room chat ku dengan Neesha.

Daneesha Tria

Mbak Aya tahu siapa cewek itu? Mas Wik punya pacar?

^^^Adara^^^

^^^Mbak gatau, Sha. Mbak ga kenal. Mungkin aja kan?!^^^

Daneesha Tria

Masa Mbak Aya ga tahu? Kan katanya sahabatan.

^^^Adara^^^

^^^Mbak beneran gatau, coba tanya ke yang lain^^^

^^^Mungkin aja ke mereka Mas Uwik ceritanya^^^

Daneesha Tria

Ntar deh.

Kalo misal pacarnya, Mbak Aya ga apa apa?

^^^Adara^^^

^^^Ya gapapa, emang kenapa?^^^

Daneesha Tria

Kan selama ini Mas Wik setia sama Mbak Aya

^^^Adara ^^^

^^^Hah? Setia gimana? Kan kaya katamu tadi, kami sahabat.^^^

Daneesha Tria

Ih Mbak Aya cantik cantik lemot!

Masku kan setia sama kamu, walaupun cuma dianggap temen doang.

Manalah kontakmu pake nama Ayaku, dih, norak bener si Firdaus.

^^^Adara ^^^

^^^Bah, norak gitu juga Mas mu, Sha🤭^^^

Daneesha Tria

Iya, lelet bener pergerakan

Tapi kalo sama yang lain gini, perasaanmu gimana, Mbak?

Kan udah terbiasa banget sama dia. Kalo punya pacar, kalian gimana?😭

^^^Adara^^^

^^^Dih mewek, aku gapapa. Kalopun Dwi udah nemu jodoh, ya Alhamdulillah.^^^

^^^Aku gapapa😁^^^

^^^Nan gwaenchanha.^^^

Setelah itu, jaringannya wush, hilang. Meninggalkan jejak percakapan itu. Aku merenung, abai pada kegiatan Reyhan dan Vita, juga yang lainnya. Aku mengulang mantra yang sama. Aku baik-baik saja. All is well. Namun sudut hati tampak meragu. Benarkah? Benarkah semua baik-baik saja? Mengapa hati serasa tersayat? Aniya, naneun an-gwaenchanha (tidak, aku tidak baik-baik saja).

1
Anjan
gitu dong, ngaku!
Anjan
Slice of life nya dapat banget, humornya juga dapet. Semangat, Kakak author!
Anjan
enteng kali si jule
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!