Cerita romansa mantan kekasih yang masih terhubung meski hubungan keduanya telah kandas. Akankah kebersamaan mereka sejalan atau hanya kenangan? Akankah berakhir di pernikahan atau datang sebagai tamu undangan?
Inilah cerita tentang kisah klise Regan dan Nahla. Dua manusia yang dipertemukan di bumi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsmeriseee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cemburu tak nampak
"Dari mana lo bisa masuk kamar gue?" Nahla berdiri. Melempar tas ke atas meja belajarnya.
"Askara pulangin lo seperti sebelum lo pergi sama dia?"
Nahla berdiri menatap Regan dingin. "Gue tanya dari mana lo masuk?"
Regan masih mempertahankan posisinya, mendongak menatap Nahla. "Gue kenal sama anak pemilik kosan. Gue bilang lo adik gue."
Nahla memejamkan mata sebentar. Mengambil kuncir lalu menguncir rambutnya menjadi cepolan di atas. "Ada perlu apa?" tanya Nahla melemas.
"Sejak kapan lo kenal Askara?"
"Belum lama. Dia samperin gue waktu gue lagi di perpustakaan, Askara menawarkan komunitas, ya sudah gue ikut. Apa itu cukup?"
Regan tidak bergeming. "Kenapa lo minta dia untuk mengaku jadi pacar lo?"
"Supaya lo nggak ganggu gue lagi."
"Apa alasan lo blokir nomor gue. Semuanya lo blokir." Regan merubah posisi menjadi duduk. Menurunkan kedua kaki ke lantai. Ia mendongak menatap Nahla tajam. "Kenapa lo selalu menghindar dari gue."
Nahla mengepalkan tangannya. Sungguh ia sudah tidak tahan. Nahla mengambil kursi lalu duduk berhadapan dengan Regan. Tangannya terlipat di dada.
"Lo punya otak kan? Masih bisa berpikir dengan sempurna. Apa lo pura-pura suci seolah tidak memahami situasi yang terjadi antara kita?"
"Maksud lo apa?" Regan mengerutkan kening.
"Itu maksud gue. Maksud lo apa selalu ikut campur urusan pribadi gue? Kita nggak punya hubungan, baik asmara ataupun keluarga. Lo bersikap berlebihan. Nggak ada yang perlu lo khawatirkan ataupun lo perdulikan. Kita bukan keluarga, kita orang asing yang tidak sengaja bertemu lalu menjalin hubungan dan berakhir. Apa lo nggak merasa bersalah?"
"Kenapa gue harus merasa bersalah?" Regan mengepalkan tangannya. "Gue seperti ini karena gue nggak mau terjadi sesuatu sama lo. Apa salah?"
"Salah."
Regan terdiam sebentar. "Iya gue tau lo marah sama gue. Tapi gue nggak mau hubungan kita menjadi buruk di dalamnya. Apa salahnya menjalin hubungan baik setelah menjadi mantan?"
"Yang gue tahu tidak ada mantan yang masih perhatian, khawatir, perduli bahkan masih menjalani hubungan baik setelah hubungan mereka kandas. Ohh ada, kecuali lo ngaku gay ke gue. Saat itu lo boleh bersikap seperti tadi."
"Apa pikiran lo sependek itu?"
"Sudah." Nahla duduk tegap. "Gue mau istirahat sekarang lo pergi dari kamar gue."
"Apa lo nggak bisa bersikap seperti biasa? Menerima semua bentuk perhatian gue?" Regan berdiri mengikuti langkah Nahla.
"Masih perlu gue jawab? Penjelasan gue panjang lebar nggak masuk ke otak lo? Atau lo mencoba tutup mata sekarang?" Nahla mengambil handuk, membersihkan baju kotor memasukkan ke keranjang kotor.
"Gue nggak pernah tutup mata. Keselamatan lo adalah hal penting. Gue nggak mau terjadi sesuatu sama lo."
"Berapa kali gue katakan gue bisa jaga diri." Nahla berbalik kesal. Tangannya mengepal menatap tajam Regan yang berdiri di hadapannya saat ini. "Kalau lo nggak bisa jaga perasaan pasangan lo setidaknya jaga perasaan gue." kata Nahla bergetar.
Regan terdiam.
"Apa pantas semua kalimat itu lo kasih ke orang lain? Lo punya kekasih Regan. Semua bentuk perhatian lo di kasih ke cewek lain selain cewek lo itu namanya selingkuh."
"Aruna tahu apa yang gue lakukan."
"Apa dia tahu apa yang lo katakan sama gue?"
Regan menelan salivahnya. "Nggak bisa lo terima semua ketulusan gue tanpa bantahan?"
"Sebenarnya apa yang lo mau. Gue nggak paham bagaimana cara kerja otak dan hati lo saat ini. Lo mau gue bersikap seperti biasa dan lo bisa dapatkan semua itu juga di Aruna. Lo egois Regan. Tunangan lo, ada cara baik lo undang gue atau kasih tau? Nggak. Lo menghilang. Gue tunggu kalimat lo baik-baik tapi ternyata nggak ada sampai hari dimana lo lamaran sama dia. Jadi sekarang buat apa ketulusan rasa tai yang lo bilang itu?!"
"Gue lupa."
"Semudah itu juga lo putusin gue. Mungkin karena lupa lo punya pacar lalu selingkuh. Setelah ingat baru lo putusin gue."
Regan memejamkan mata. "Ya sudah, lo maunya apa sekarang."
"Bukankah itu pertanyaan gue buat lo? Lo maunya apa sekarang? Lo mau gue jadi selingkuhan lo? Jangan jadikan semuanya rumit dengan semua bentuk perhatian berkedok masih sayang."
"Bukan gitu, Na."
"Sudah. Gue mau mandi." Nahla masuk kamar mandi lalu menutupnya. Terdiam sebentar kemudian membersihkan tubuh dan otaknya saat ini.
Karena ada Regan Nahla memakai baju di kamar mandi. Menggulung rambutnya dengan handuk lalu keluar. Ia melihat Regan duduk di atas karpet bulu miliknya sambil makan. Makanan yang ia beli untuk Zoya di makan oleh Regan.
"Gue lapar habis berantem."
Nahla mendengus, duduk di bibir ranjang mengoleskan lotion ke tubuhnya. Seolah yang terjadi beberapa menit lalu hilang dan Regan bisa bersikap seperti biasa. Atau memang ia tidak punya malu.
"Habis makan sebaiknya lo pulang."
Regan mengangguk. Nahla mengambilkan minum lalu memberikannya pada Regan. Ia duduk di hadapan cowok itu.
"Lo sudah makan?" tanya Regan.
"Em." Nahla menatap Regan tidak mengerti. "Lo emang nggak berubah. Nggak punya malu."
"Apa itu malu? Gue lagi sama lo. Nggak perlu jaga pencitraan. Lo tau semua tentang gue. Bahkan dari yang buruk dan paling buruk."
"Iya, mereka nggak tau aja wajah kampus Pahlawan pernah masuk got sekolah dan di ketawain tiga angkatan."
"Itu karena lo." Regan menunjuk Nahla dengan sendok. Wajahnya berubah kesal mengingat saat itu.
"Kenapa gue?" kekeh Nahla mendengus pelan.
"Karena lo tiba-tiba muncul. Kalau gue lanjutin lo yang masuk got."
Nahla mendecih pelan. Mengambil suwiran ayam lalu memakannya. Benar, semua itu karena Nahla. Jika di ingat sangat lucu.
"Apa? Masih mau ketawain gue?"
"Nggak," Nahla mengulum senyum.
Regan menghabiskan makannya lalu bersiap untuk pulang. "Tadi gue belanja cemilan buat lo." Regan menunjuk dua kantong plastik besar di atas meja dapur.
Nahla mengangguk. "Btw, selamat atas pertunangan lo."
"Thanks." Keduanya melempar senyuman.
Regan memakai jaket, menarik retseliting jaket sampai ke atas. Mengambil helm lalu pamit undur diri. "Oh ya, gue nggak suka lo dekat sama Askara."
"Kenapa? Dia baik sama gue." Nahla membuka pintu, menyandarkan bahunya ke dinding.
"Semua orang baik pada awalnya."
"Kenapa? Lo cemburu?"
"Nggak juga." Regan memakai sepatu. "Askara bukan orang yang bisa lo dekati."
"Sama dong kayak lo. Awalnya juga lo seperti itu."
"Jadi lo suka sama dia?"
"Emang ada ya kalimat gue yang mengandung arti suka sama dia?" tanya Nahla membuka tangannya. "Kalau cemburu bilang aja,"
"Lo sendiri?" Regan mendekati Nahla, menyudutkan tubuhnya sampai tidak bisa bergerak. "Cemburu lihat gue tunangan sama cewek lain?"
"Nggak." jawab Nahla tersenyum. "Karena lo bukan lagi prioritas ataupun masa depan yang harus gue pikirkan."
"Kalau begitu—" Regan menendang pintu dengan kakinya hingga terdengar hentakkan sangat keras. "Nggak masalah kalau gue tidur disini." ujarnya menunjukkan senyuman penuh tantangan.
ceritain aja ttg persiapan pernikahan mereka serta ujian² nya/Good/
Bikin penasaran aja
Giliran up paling cuma 2 bab doang, eehh vakum lagi 2 bulan 🤭🤭