Lihat Aku Sekali Saja

Di RS Asilla langsung ditangani. Kendrick, Sindy dan Meta mondar-mandir didepan pintu ruang rawat Asilla.

Ceklek

Handle pintu ditekan

"Bagaimana keadaannya dik?" tanya Kendrick.

"Apakah Tuan Kendrick suami dari Nona Asilla?" tanya sang dokter yang sangat mengenali nama seorang Kendrick sang pengacara terkenal itu. Belum lagi Kendrick bagian dari keluarga besar Januar.

"Hmmm calon," ujar Kendrick.

Sindy serta Meta saling memandang dengan menghendik bahu.

"Tuan Filio," sapa sang dokter menyadari kedatangan Filio. Ternyata Filio juga mengikuti mereka sampai ke RS milik keluarganya.

Sejak tadi Kendrick menyadari kedatangan Filio sehingga ia sengaja mengakui jika Asilla adalah calon istrinya.

"Ikut saya ke ruangan Tuan Kendrick," kata sang dokter. "Ada yang saya sampaikan mengenai kondisi Nona Asilla," imbuhnya.

"Jelaskan sekarang juga disini," ujar Filio.

"Maaf Tuan Filio ini bukan urusan anda," sindir Kendrick tidak suka karena sang Adik angkat Asilla berakhir di RS.

"Baiklah saya akan menjelaskan, bahwa Nona Asilla mengalami stres serta tertekan sehingga tidak dapat menguasai emosinya. Sebaiknya Nona Asilla banyak beristirahat, besok akan diperbolehkan pulang," jelas sang dokter.

Filio maupun Kendrick terdiam. Mereka tidak tau apa yang menjadi beban bahkan menyebabkan Asilla stres. Sedangkan Sindy dan Meta langsung masuk menemui bos mereka.

Ceklek

Mengetahui pintu dibuka dari luar membuat Asilla langsung memejamkan mata seolah-olah ia sedang tertidur. Asilla tau jika yang datang adalah Filio dan Kendrick karena sempat diberitahukan oleh kedua karyawannya.

"Apakah dia sedang tertidur?" tanya Kendrick.

"Iya Tuan," jawab Sindy dengan singkat.

Sedangkan Filio tidak berkata, pria tampan itu hanya berdiri diambang pintu.

"Dia sedang beristirahat," ujar Kendrick sembari keluar dari ruangan itu. "Kakak harap kamu jangan menyudutkannya, kasian gara-gara itu hampir saja membahayakan anak dalam kandungannya. Hmmm seandainya Oma tau kamu orang pertama yang akan disalahkan karena Oma sangat menyayangi Adik dari kekasihmu itu," ujar Kendrick sebelum berlalu meninggalkan RS.

Setelah kepergian Kendrick, Filio menggerutu.

"Aku begitu bodoh membuang waktu untuk hal tidak penting ini," gumamnya. "Asinta dimana kau berada? aku harap kau tidak melakukan tindakan yang merugikan," imbuhnya kembali, lalu ia pergi ke ruangan kebesarannya.

Dalam perjalanan menuju ruangannya tak sengaja ia berpapasan dengan kedua orang tua dari sang kekasih.

"Filio," kata Farhan.

"Tante, Om," ujar Filio.

Hiks hiks hiks

Tiba-tiba Mira terisak dihadapan Filio.

"Nak apa kamu sudah tau dimana keberadaan Sinta?" tanya Mira sembari terisak.

"Maaf Tante belum mendapatkan titik terang," jawab Filio.

Hiks hiks

Tangisan dari Mira pecah kembali sembari memeluk sang suami.

"Tenang Ma," ujar Farhan menenangkan sang istri.

"Bagaimana Mama bisa tenang Pa, sudah 3 bulan ini putri kita pergi tanpa kabar. Mama takut Pa, takut terjadi apa-apa dengannya," lirih Mira tergugu.

"Om, Tante tidak enak bicara seperti ini. Ayo ikut ke ruangan?" ajak Filio.

"Tidak Nak, kami kesini ingin menemui Asilla karena kami mendengar kabar putri kami sedang mendapat perawatan," ujar Farhan.

"Ayo Pa kita segera menemui putri kita. Mama khawatir apa yang terjadi dengan calon cucu-cucu kita," kata Mira mengajak sang suami agar segera mungkin menemui Asilla.

"Baiklah Nak kami akan ke ruang rawat Sila," ujar Farhan.

******

Ceklek

Mendengar pintu terbuka membuat Asilla menoleh kearah pintu, kebetulan ia duduk bersandar dengan selang infus di tangannya.

"Pa, Ma." Panggil Asilla melihat kedatangan dari kedua orang tuannya. Sungguh ia bahagia melihat kedatangan mereka. Asilla tidak menyangka jika kedua orang tuanya ada waktu untuk menjenguknya.

"Ada apa denganmu?" tanya Mira dengan judes.

Bukannya mendapat pelukan atau sebagaimana mestinya yang sering mereka lakukan ketika bersama Asinta, malah Asilla mendapat pertanyaan dengan raut wajah tidak suka.

Sungguh saat ini Asilla butuh tumpuan. Butuh pelukan dari kedua orang tuanya tetapi semua itu hanya angan-angan bagi dirinya. Farhan maupun Mira tidak bisa mengabulkan permintaan dalam batin Asilla.

"Tidak ada yang terlalu dikhawatirkan Ma," jawab Asilla berusaha tersenyum seperti biasanya, padahal dalam hati ia terisak.

"Baguslah sehingga tidak perlu merepotkan kami," jawab Mira.

Sedangkan Farhan tidak mengeluarkan kata sepatah pun. Pria itu mendudukkan dirinya di sofa sembari memijit kepala.

"Papa sakit?" tanya Asilla.

"Tentu saja," jawab Mira. "Itu semua gara-gara kamu Sila, gara-gara kamu!" Bentaknya.

"Sila minta maaf," hanya itu yang bisa Asilla katakan.

"Kamu telah mencoreng nama Papa. Sila," ujar Farhan dengan mata terpejam.

Mendengar nada suara Farhan membuat Asilla sangat sakit. Tentu saja karena perbuatannya kedua orang tuanya menanggung aib ini. Asilla mencabut jarum infus ditangannya sehingga membuat darah keluar. Asilla menurunkan kedua kakinya secara hati-hati, lalu menyeretnya mendekati sang Papa.

"Sila minta maaf Papa," mohon Asilla berlutut di kaki Farhan dengan wajah bertumpu di lutut sang Papa. "Maafkan Sila sudah membuat Papa dan Mama menanggung aib ini," imbuhnya tanpa mengeluarkan air mata.

Farhan membukakan kedua matanya yang tadi terpejam. Diturunkannya pandangannya kebawah melihat apa yang dilakukan Asilla. Tangan Farhan tergerak ingin mengelus pucuk kepala Asilla.

Hmmm

Deheman Mira membuat Farhan mengurungkan niatnya dan membiarkan Asilla.

"Kata maaf tidak bisa mengembalikan semuanya Sila. Belum puas kamu membuat malu kami tetapi kamu juga menghancurkan karir Kakakmu dan kini kita tidak tau keberadaannya," ujar Mira menggebu.

"Maaf Ma," lirih Asilla.

"Seharusnya dari awal kamu enyah dari kehidupan kami, dari kecil kamu sudah menyulitkan kami dan sampai titik ini kamu-----Akkk," teriak Mira murka tidak ingin melanjutkan perkataannya.

Deg

Sungguh Asilla sesak mendengar umpatan sang Mama.

"Jika sesuatu terjadi kepada Kakakmu, kamu orang pertama yang Mama salahkan dan kamu harus membayarnya. Kamu tega Sila, Kakakmu sudah berkorban banyak sehingga kamu bisa bernafas sampai saat ini. Tetapi dengan teganya kamu menghancurkan karirnya yang selama ini ia mati-matian gapai, dalam sekejap semuanya hancur," lirih Mira sembari terisak. "Bukan hanya karir Kakakmu tetapi berimbas juga ke perusahaan Papa, sekarang perusahaan Papa sudah tutup Sila sudah tutup karena bangkrut. Semua saham dengan mudahnya ditarik oleh para penanam saham, hutang Papa dimana-mana." Ujar Mira dengan murka.

Deg

Sungguh Asilla terkejut mendengar jika perusahaan sang Papa kini telah tutup. Semua itu karena dia.

"Papa," lirih Asilla menatap wajah lelaki paruh baya itu dengan tatapan sendu.

"Papa sangat menyayangimu tetapi ini balasan darimu Sila," ujar Farhan dengan tatapan dingin.

"Ayo Pa tidak ada gunanya kita berlama-lama disini," ujar Mira

*****

Setelah kepergian kedua orang tuanya Asilla mengunci pintu. Tubuhnya merosot ke lantai, sungguh kedua kakinya tidak mampu lagi menyanggah tubuhnya.

Hiks hiks hiks

Saat ini waktunya ia menumpahkan semua sesak di dada dengan mengeluarkan tangisan. Sejak tadi ia berusaha menahan agar tidak menangis dihadapan kedua orang tuanya karena ia tidak ingin terlihat rapuh dan menyedihkan.

"Aku sudah tidak dapat bertahan lagi. Kedua orang tua yang sangat aku sayangi terluka, menderita karena kesalahan yang tanpa sengaja kuperbuat. Dan Kakak yang aku sayangi, yang sudah banyak mengorbankan dirinya untukku kini juga menanggung atas perbuatanku." Gumam Asilla.

Sesaat ia berpikir dan menemukan jalan keluarnya. Sungguh saat ini pertahanan Asilla runtuh dan tidak bisa berpikir dengan jernih.

Perlahan Asilla bangkit sembari memegang perutnya. Saat ini pikirannya tentang kandungan seakan sirna. Asilla menekan handle pintu lalu keluar dari ruang rawat menuju lift untuk membawanya ke rooftop RS.

Tiba di rooftop Asilla berjalan gontai semakin menepi. Di atas sana ia bisa melihat bangunan bermacam gedung serta jalanan di Ibu kota.

"Mungkin dengan cara ini semuanya kembali seperti semula. Sungguh kehadiranku ke dunia ini hanya membuat kedua orang tua yang sangat aku sayangi menderita. Aku tidak tega melihat raut sedih di wajah lelaki yang selama ini membesarkanku dengan peluh kerja kerasnya, dan Mama yang selama ini merawat dan menjagaku kini terluka akibat menanggung aib. Serta Kakakku satu-satunya yang telah banyak berkorban untukku kini tidak tau keberadaannya karena nama besarnya tercoreng, hiks hiks.... " Tangis Asilla semakin menepi.

Sungguh demi apapun Asilla lupa jika ia sedang mengandung. Ada bayi-bayi mungil yang sedang menanti kelahiran ke dunia ini tetapi sang Mami ingin mengakhiri hidupnya.

Hampir selangkah lagi kaki itu tepat melayang ke udara.

Prok prok prok

...******...