One Piece Raja Bajak Laut Dengan System Kapten

Ledakan!

Denting logam dan suara kayu retak memenuhi udara. Kapal bajak laut berguncang hebat saat ledakan menghantam dek, menciptakan lubang besar yang menganga. Tiang utama patah, papan-papan kayu beterbangan, dan asap hitam mengepul di antara jeritan para bajak laut yang panik.

Zango menghindari serpihan kayu dengan gerakan refleks, Napasnya memburu, jantungnya berdetak liar. Tapi bukan ledakan yang membuatnya gemetar atau Badan kapal yang mulai miring.

Melainkan sosok yang berdiri di tengah geladak.

Ia tidak bergerak, Tidak berbicara, Hanya berdiri di sana, rambutnya berkibar diterpa angin laut, dan tatapannya begitu dingin hingga membuat udara di sekelilingnya terasa membeku.

Sebuah ingatan tiba-tiba datang ke benak Zango wajah pemuda itu, angka besar yang terpampang di daftar buronan.

"Ksatria Kilat Andi... Bounty 50 Juta Bery"

Suaranya keluar hampir seperti bisikan.

Sebuah angka yang mengerikan, Tidak mungkin seseorang dengan harga setinggi itu hanya petarung biasa.

Zango merasakan kakinya melemas, tubuhnya membeku di tempat, tapi pikirannya bekerja dengan cepat.

Tidak ada cara dia bisa menang melawan orang ini. Jika ingin bertahan hidup, dia harus mencari cara untuk melarikan diri.

Ia mencoba menarik napas dan menyunggingkan senyum kaku. "Aku bisa menjelaskan—"

"Menyerah atau mati."

Suara Andi terdengar datar, Tidak ada ancaman, tidak ada amarah. Hanya sebuah fakta.

Darah Zango seakan membeku.

Namun, sebelum dia bisa memberikan jawaban, suara tembakan sudah lebih dulu menggema.

DOR! DOR! DOR!

Bajak laut di sekelilingnya menembakkan peluru ke arah Andi.

Mereka hanya menembak dalam kepanikan.

Namun, saat asap mesiu mulai menghilang, tubuh Andi tidak ada di tempatnya.

"Sepertinya kalian membuat pilihan yang salah."

Suaranya bergema dari atas.

Zango mendongak dengan cepat, dan napasnya tercekat.

Andi melayang di udara, Pedangnya terangkat tinggi, cahaya keperakan bersinar di sepanjang bilahnya.

"Terlambat untuk menyesal."

Satu tebasan.

Tidak ada suara ledakan.

Tidak ada gerakan dramatis.

Hanya satu ayunan sederhana.

Namun dampaknya lebih dari cukup.

KRAK!

Kapal sepanjang lima puluh meter itu terbelah di tengah.

Air laut menyembur ke atas saat dua bagian kapal mulai tenggelam perlahan. Ombak menggulung lebih besar, mengguncang sisa-sisa geladak yang masih utuh.

Para bajak laut menjerit, beberapa melompat ke laut dalam kepanikan, sementara yang lain hanya bisa menatap kosong, tak mampu memahami apa yang baru saja terjadi.

Darah menyembur ke udara, Dua bajak laut yang malang tidak cukup cepat menghindar, dan tubuh mereka terbelah tanpa ampun.

Di tengah kehancuran itu, Andi mendarat dengan ringan di geladak yang tersisa.

Pedangnya masih berkilau bersih, seolah-olah tidak pernah menyentuh darah.

Hening.

Tak seorang pun berani bergerak.

Yang mereka lihat bukan manusia biasa melainkan sesuatu yang lebih mengerikan.

"Monster..." bisik salah satu bajak laut dengan suara nyaris tak terdengar. "Dia seperti Kapten..."

Zango berdiri terpaku, Ia ingin lari, tapi ke mana? Kapal mereka hancur, Laut di sekelilingnya terlalu luas.

Tidak ada jalan keluar.

Andi menatapnya.

Bukan dengan kemarahan, bukan dengan kebencian, hanya dengan ekspresi kosong yang membuat Zango semakin takut.

Tiba-tiba, naluri bertahan hidupnya mengambil alih.

Dengan gerakan cepat, ia mengangkat tangannya tinggi-tinggi. "Kami menyerah!"

Andi tidak langsung menjawab.

Dia hanya menatap Zango sejenak, seolah menimbang kata-katanya. Lalu, ia mengangguk kecil.

Zango menghela napas lega, tapi jantungnya masih berdetak kencang, Ia tahu ini belum berakhir.

Ia menelan ludah, lalu berkata dengan suara bergetar, "Hati-hati dengan Kuro."

Andi mengangkat alis. "Kuro?"

Zango mengangguk cepat. "Dia punya teknik yang disebut 'Sendok'. Dia cepat, Sangat cepat, Bahkan mata telanjang tidak bisa mengikuti pergerakan nya."

Andi terdiam.

Tapi kali ini, ada sesuatu yang berbeda di matanya.

Bukan ketakutan.

Bukan kewaspadaan.

Tapi ketertarikan.

Senyum tipis muncul di sudut bibirnya.