NovelToon NovelToon
Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Back In Time (Reinkarnasi Selir Kejam)

Status: tamat
Genre:Romantis / Fantasi / TimeTravel / Petualangan / Tamat / Fantasi Timur / Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi ke Dalam Novel / Identitas Tersembunyi
Popularitas:1.5M
Nilai: 5
Nama Author: Lyana Mentari

Fiksi-Fantasy

Berkisah tentang dokter muda yang ambisius mengabdikan diri untuk kesehatan anak-anak.

Marissa Darwanti, karena sebuah kecelakaan tragis di malam yang penting. Membuatnya harus berpetualang ke dalam novel berjudul Back In Time, karya sang sahabat.

Antara nyata dan tidak, entah ini mimpi atau memang jiwa Risa merasuk ke dalam raga seorang selir, dari dinasti antah-berantah di dalam novel itu. Menjadikannya seorang selir jahat, yang haus akan cinta dan kekuasaan, Selir Agung Wu Li Mei.

Akankah Risa mampu bertahan dan menjalani hidup sebagai Wu Li Mei? Atau ia bisa terbangun sebagai Marissa suatu hari nanti?



Slow update teman-teman, up hari Senin dan Kamis yaa! Terima kasih, dukung novel ini terus ya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyana Mentari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan-jalan

"Yang Mulia."

"Ya, Dayang Yi." jawab Wu Li Mei.

"Apa yang anda.......lakukan." tanya Dayang Yi, melihat sang junjungan sudah bersiap dengan beberapa alat di tangannya.

Wu Li Mei tersenyum cerah, "Apalagi menurutmu?"

"Tapi, taman mana lagi yang akan anda kerjakan kali ini? Semua taman di paviliun anda dan paviliun putri sudah sangat indah. Biar para penjaga saja yang mengurusnya." ujar Dayang Yi. "Saya khawatir anda akan jatuh sakit jika terlalu memaksakan diri."

Wu Li Mei memutar bola matanya, "Kau tenang saja, justru aku akan jatuh sakit jika tidak melakukan apapun."

"Tapi, Yang Mulia. Anda baru saja pulih."

"Kau benar!" sang selir menjentikkan jarinya. "Karena aku baru pulih, maka aku perlu mengembalikan stamina bukan." Wu Li Mei mengepalkan tangannya ke udara.

Wu Li Mei mengangguk-angguk, tubuh ini sangat loyo sekalipun sangat cantik. Ketahanannya tak bisa dibanggakan, baru beberapa kali saja dia sudah sangat kelelahan. Kali ini Wu Li Mei harus menambah stamina, ia tidak bisa terus menerus kalah dari sang Kaisar.

"Lain kali, akan ku buat dia yang lebih dulu menyerah." gumam Wu Li Mei.

Para dayang hanya diam melihat tingkah aneh sang selir akhir-akhir ini, seperti sekarang, Wu Li Mei malah sibuk berbicara dengan dirinya sendiri. Beberapa kosakata bahwa tak para dayang ketahui maknanya.

Wu Li Mei tak punya pekerjaan apapun disini, selain melayani Kaisar Zhou dan mengurus pengobatan Xiao Ling. Jiwa dokter Risa perlahan meronta meminta kesibukan, dan yang ia lakukan hanya berkebun dan berkebun.

Wu Li Mei meletakkan peralatan berkebun di tangannya. Sang selir menghela napas jengah, "Lalu, apa yang bisa kulakukan? Aku tak punya kesibukan apapun disini. Oh! Aku merindukan pasien kecilku dan hiruk pikuk rumah sakit." keluhnya.

"Pas...pasien? Maksud anda?"

"Lupakan, Dayang Yi." balas Wu Li Mei, wanita itu duduk menopang dagu di pelataran paviliun selir agung.

Dayang Yi dan beberapa dayang lainnya saling tatap, bagi mereka, memang seperti inilah tugas seorang selir. Hanya bersolek dan melayani kaisar, tapi sepertinya Wu Li Mei ingin pekerjaan lain.

Hari ini adalah penghujung minggu, keluarga kekaisaran boleh pergi kemana pun yang mereka mau. Dayang Yi tersenyum cerah saat sebuah ide terbesit di otaknya.

"Yang Mulia, ada sesuatu yang bisa anda lakukan di penghujung minggu."

"Apa?"

Dayang Yi membisikkan beberapa kalimat di telinga Wu Li Mei, sang selir menanggapinya dengan baik.

"Apa hal semacam itu diperbolehkan?"

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia. Penghujung minggu biasanya keluarga kekaisaran boleh pergi kemana pun."

Wu Li Mei tersenyum cerah, ia bangkit dan menghapiri para dayang. "Aku ingin pergi ke.......pasar."

...****************...

Pasar adalah pilihan yang tepat, Wu Li Mei dapat merasakan kehidupan disini. Jauh lebih hidup dan sibuk daripada istana. Banyak orang berlalu-lalang, saling menjual dan membeli, serta banyak hanfu dan tusuk konde yang sangat menyilaukan mata.

"Dayang Yi." panggil Wu Li Mei lirih. Ia pergi tanpa pengawal dan para dayang, hanya bersama Dayang Yi dan dayang kecil bernama Lu Yan.

Dayang Yi mendekat, "Ya, Yang Mulia."

"Kau membawakan yang ku minta?"

Dayang Yi mengangguk, ia menyerahkan sebuah kantung kecil pada Wu Li Mei.

"Terima kasih." ucap Wu Li Mei, wanita istana itu menerima beberapa keping uang logam yang dimasukkan ke dalam kantung. Ia lalu menyimpannya di saku hanfunya. Kali ini Wu Li Mei memilih hanfu berwarna jingga sederhana, dengan satu tusuk konde berbentuk bangau.

Wu Li Mei sibuk berkeliling, ia memilih beberapa potong hanfu dan tusuk konde untuknya. Wanita itu juga membelikan sepasang hanfu untuk Dayang Yi dan Lu Yan.

"Terima kasih, Yang Mulia." Lu Yan tak henti-hentinya menatap hanfu berwarna biru pemberian Wu Li Mei, Lu Yan datang ke istana sejak belia, ia berasal dari keluarga miskin di ujung negeri selatan yang gersang. Membeli sebuah hanfu, sangat tidak terbesit di benaknya. Tapi Wu Li Mei memberikan dengan sukarela.

"Sama-sama, Xiao Lu." ujar Wu Li Mei.

Wu Li Mei masih sibuk memilih helaian hanfu sutra berbagai motif.

"Dayang Yi?" panggil Wu Li Mei, "Apa aku punya hanfu berwarna ungu?" tanyanya.

Dayang Yi menggeleng, "Saya rasa tidak, Yang Mulia."

"Kalau begitu, aku beli yang ini." tunjuk Li Mei pada beberapa hanfu berwarna ungu. Pelayan toko itu segera mengambil hanfu yang dipilih Wu Li Mei, mengemasnya lalu menunggu pembayaran.

"Nyonya, ini koleksi terbaru kami." tunjuk salah seorang wanita berpenampilan mewah dengan riasan tebal. Sepertinya ia adalah pemilik toko, berulang kali ia menunjukkan beberapa hanfu indah pada Li Mei.

Wu Li Mei menggeleng, "Ku rasa sudah cukup, aku sudah membeli banyak hari ini. Lain kali saja." tolaknya.

"Baiklah, Nyonya. Terima kasih, semoga perjalanan anda menyenangkan."

"Terima kasih." ucap Wu Li Mei.

Wu Li Mei memimpin jalan untuk pergi, matanya bergerilya mencari sesuatu yang bagus untuk dibeli. Ia tak harus berhemat bukan, oh, ayolah, harta sang selir tidak akan habis untuk membeli seisi pasar.

"Yang Mulia, apa anda ingin membeli tusuk konde baru?" tawar Lu Yan.

Sang selir menghentikan langkahnya, "Haruskah?"

"Jika anda ingin membeli tusuk konde baru, toko ini tempatnya." ujar Dayang Yi. "Barang-barang yang mereka miliki sangat berkualitas, Yang Mulia."

Wu Li Mei melihat isi kantungnya, masih tersisa beberapa keping, "Baiklah kalau begitu, ayo kita lihat." sang selir berapi-api.

Pelayan toko langsung menyambut kedatangan Wu Li Mei, seorang laki-laki tua dengan kumis panjang.

"Selamat datang, Nyonya." sambutnya, melihat pakaian Wu Li Mei dan ada dua orang lagi yang mengikutinya. Pria itu berpikir Wu Li Mei pasti sangat kaya.

"Aku ingin melihat tusuk konde giok." ujarnya.

"Baiklah, lewat sini, Nyonya." Pria itu memandu Wu Li Mei untuk melihat beberapa perhiasan giok yang ia miliki.

Sepasang tusuk konde berwarna putih begitu menarik perhatian Wu Li Mei, sepasang angsa diujungnya terbang indah. Memberikan kesan elegan bagi pemakainya.

"Selera anda sangat bagus, Nyonya." puji pria pemilik toko. "Ini giok sepasang angsa dari Dinasti Hansuo, baru datang kemarin, Nyonya." jelasnya.

Wu Li Mei mengangguk-angguk, "Bukankah ini indah, Dayang Yi."

Dayang Yi mengangguk, "Ya, Yang Mulia."

"Baiklah, aku mengambilnya." ujar Wu Li Mei, pria itu tersenyum cerah dan menyebutkan harganya. "Tambah dengan itu." tunjuk sang selir pada dua tusuk konde sederhana berwarna putih.

"Baik, Nyonya."

Pria pemilik toko itu memanggil pelayannya, membungkus tusuk konde milik Wu Li Mei dengan rapi.

"Yang dua ini," Wu Li Mei memberikan tusuk konde putih itu pada Dayang Yi dan Lu Yan. "Untuk kalian."

Kedua dayang itu saling tatap, tapi tak urung menerimanya. "Terima kasih, Yang Mulia." ucap keduanya.

"Sama-sama." balasnya. "Ayo kita pulang, kurasa ini cukup." balas Wu Li Mei.

...****************...

Pemuda berbaju biru melesat, melompat dan tendangannya telak mengenai pemuda baju merah. Darah segar mengucur saat pemuda itu terbatuk hebat, akibat kuatnya tendangan tadi.

Sudah babak belur, tapi pemuda baju biru belum mau menyudahi pertarungan. Ia kembali melayangkan tinju ke wajah pemuda baju merah yang sudah tak berbentuk.

Para penonton pun bersorak di sisi lapangan, melingkar membingkai area pertarungan. Pertarungan semacam ini sudah biasa dilakukan, tanpa sepengetahuan para prajurit penjaga. Pemenangnya akan mendapatkan uang hasil bertaruh beberapa orang kaya yang menyaksikannya.

"Yang Mulia, bagaimana kalau kita pergi saja." ujar Lu Yan takut.

"Tunggu dulu, Xiao Lu. Sebentar lagi pemuda biru itu menang." balas Wu Li Mei.

"Tapi ini terlalu berbahaya, Yang Mulia." sanggah Dayang Yi. Dia menoleh ke kanan dan kiri memastikan tidak ada yang mengenal mereka.

Wu Li Mei mengibaskan tangannya, "Sudahlah, Dayang Yi. Lagipula ini hanya sebentar." jawabnya selir agung, ia berdiri di barisan paling depan untuk menonton.

"Whoooooooooooaaahh!!!!"

"Ayoo hajar lagi!!" sorak Wu Li Mei.

Pemuda baju biru mengambil ancang-ancang, seringai tercetak diwajahnya yang tertutup kain sampai sebatas hidung dan mulut. Pemuda itu berlari dan melompat, ia berputar di udara dan kakinya menendang kepala lawannya dengan keras. Bersamaan dengan kakinya mendarat di tanah, sang lawan tumbang tak sadarkan diri.

Pemuda baju biru itu bersorak, mengepalkan kedua telapaknya tinggi-tinggi. Wasit dari pertarungan itu menghampiri pemuda berbaju biru, mengangkat tangan kanannya tinggi. Menjadi simbol kemenangan.

Semua orang bersorak sorai, menyerukan pemuda berbaju biru itu. Ia pun dengan bangga berputar-putar arena sambil melepas penutup wajahnya. Pemuda itu. melihat satu demi satu orang disana, dan terpaku pada satu titik.

Wu Li Mei pun terpaku, Dayang Yi dan Lu Yan menutup mulutnya.

"Ibu...." cicit pemuda berbaju biru itu.

"Ming Hao."

Zhou Ming Hao menggaruk lehernya, ingin kabur pun rasanya tidak akan bisa. Ia tidak pernah terpikir bahwa sang ibu akan memergokinya tengah berkelahi.

Wu Li Mei melangkah maju, tatapannya dingin dan menusuk. Bahkan hanya berjalan saja, ia sanggup membius orang-orang untuk diam.

"Zhou Ming Hao, kau berada dalam masalah." bisiknya tepat di telinga putra mahkota.

Wu Li Mei menatap sang wasit, ia menengadahkan tangan. "Dimana bayaran anak ini? Bukankah dia menang."

"Anda siapa, Nyonya?"

"Saya ibunya." jawab Wu Li Mei lantang, Zhou Ming Hao menatapnya dengan tatapan tak percaya. Sang ibu baru saja mengakuinya di hadapan semua orang, sungguh sebuah berkah.

Wasit segera memberikan beberapa keping uang logam pada Wu Li Mei. "Hanya ini? Apa kau bercanda, lihatlah anakku sampai babak belur seperti ini." ujarnya tidak terima. Wu Li Mei membingkai wajah tampan Zhou Ming Hao dengan tangannya.

"Tapi...ini taruhannya, Nyonya."

"Kau gila, pertarungan hebat dengan banyak tehnik seperti tadi hanya mendapat lima keping?!" Wu Li Mei berkacak, "Tambahkan aku lima lagi."

"Sudahlah ibu, lima saja cukup." Zhou Ming Hao menengahi tapi Wu Li Mei masih bersikeras.

"Ayo tambahkan lima lagi!"

"Tambahkan lima!"

"Aku tidak akan pergi jika kau tidak menambahkan lima lagi."

"Baik, Nyonya, baik." Wasit itu akhirnya menyerah. "Ini! Aku tambahkan lima lagi."

Wu Li Mei tersenyum senang, ia mengacak puncak kepala Zhou Ming Hao. "Anak pintar!"

"Ayo, kau pasti lapar." ujar Wu Li Mei, wanita itu berlalu setelah mengucap terima kasih pada wasit.

"Kemana, bu?"

Wu Li Mei terhenti, "Tentu saja mengisi perut."

1
Retno Nining
Luar biasa
Tiena Ismiati
peran utama booodoh
Tiena Ismiati
bodoh
Tiena Ismiati
peran utamanya bodoh
Tiena Ismiati
bodoh bodoh bodoh wu li
Tiena Ismiati
bodoh wu li mei
Maureen Aliha Srikandi
wahh akhirnya kaisar ada di pihak wu li mei
#ayu.kurniaa_
.
Jio
Luar biasa
Anna Susiana
semangat...selir wu li mei untuk membalaskan kejahatan ketidakadilan yg terjadi padamu dan anakmu
Berlian Nusantara dan Dinda Saraswati
iya sama
Anonymous
Qok rasa2nya kaisar peran nya bodoh banget. Masa kaisar mau bicara takut di dengar tengok kanan kiri wkwkwk konyol
Anonymous
ok
Ulfa Indah Putri
ancoorrrr ini gimana siii,kenapa banyak yg di skip, awal nya ok masi di maklumi, tapi semakin kesini kek nya emang terus-terusan di skip de, ke kurang jadinya, banyak masala konflik yg belum selesai tapi kok tiba2 ber alih lagi ya, astaghfirullah tho thor
Anonymous
ok
Win Wiwin
kisah pngeran dan putri thor lanjut
Juliatni andiani Andiani
Luar biasa
Theresia Sri
lanjut tor
Rini Puspitayani
seperti disinetron kisahx kalah mulu engga asik
missyy
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!