Hanum Salsabiela terpaksa menerima sebuah perjodohan yang di lakukan oleh ayahnya dengan anak dari seorang kyai pemilik pondok pesantren tersohor di kota itu. Tidak ada dalam kamus Hanum menikahi seorang Gus. Namun, siapa sangka, Hanum jatuh cinta pada pandangan pertama saat melihat sosok Gus yang menjadi suaminya itu. Gus Fauzan, pria yang selalu muncul di dalam mimpinya, dan kini telah resmi menikahinya. Namun siapa sangka, jika Gus Fauzan malah telah mencintai sosok gadis lain, hingga Gus Fauzan sama sekali belum bisa menerima pernikahan mereka. “Saya yakin, suatu saat Gus pasti mencintai saya“ Gus Fauzan menarik satu sudut bibirnya ke atas. “Saya tidak berharap lebih, karena nyatanya yang ada di dalam hati saya sampai sekarang ini, hanya Arfira..” Deg Hati siapa yang tidak sakit, bahkan di setiap malamnya suaminya terus mengigau menyebut nama gadis lain. Namun, Hanun bertekad dirinya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Julia And'Marian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Gus Fauzan mengepalkan kedua telapak tangannya dengan kencang saat melangkah cepat di koridor rumah sakit yang sepi. Setiap detak langkahnya seolah menghantam lantai dengan kekuatan penuh kemarahannya. Ummi Sekar baru saja memberitahunya bahwa Hanum, istrinya, pergi hanya bersama Ustadz Dafa untuk mengantar santri yang sakit ke rumah sakit. Hati Fauzan terasa seperti ditusuk ribuan jarum, mengapa harus Ustadz Dafa? Dalam benaknya, kecemburuan menggila, membayangkan istrinya bersama pria lain.
Wajahnya pucat, urat-urat di lehernya menonjol tanda ketegangan yang dia rasakan. Mata Fauzan memerah, ia mencengkeram erat ponsel di tangannya. Dia ingin menelepon Hanum, ingin mendengar penjelasan langsung dari mulutnya, tapi sekaligus takut mendengar jawaban yang tidak ingin ia dengar. Faktanya Hanum malah menghubungi umminya bukan Gus Fauzan.
Semakin dekat dengan ruang tunggu, langkahnya semakin berat, hatinya berat dengan prasangka dan rasa tidak percaya. Setiap detik terasa seperti jam, dan setiap pikirannya terasa seperti badai yang mengamuk di kepala.
Di sana, di ruang tunggu, dia melihat sosok yang tak asing lagi, Ustadz Dafa, yang sedang duduk sambil membaca buku kecil.
Sedangkan Hanum, Gus Fauzan melihat istrinya itu duduk tidak jauh dari ustadz Dafa, dah ustadz Fajar tadi tengah pamit pergi entah kemana.
"Hanum!" Suara Gus Fauzan membuat Hanum dan ustadz Dafa terkesiap. Keduanya langsung menoleh dan menatap Gus Fauzan.
"Sini kamu, pulang kita." Gus Fauzan langsung menarik tangan Hanum, menyentaknya hingga membuat Hanum bangun dari duduknya. Matanya menyorot tajam ke arah Hanum.
"Gus..."
"Hebat sekali kamu. Hanya berduaan dengan ustadz itu, kamu pikir kamu nggak berbuat dosa seperti ini?!" Pekik Gus Fauzan murka, lalu matanya menoleh ke arah ustadz Dafa yang ikut bangun.
"Gus, kami tidak berbuat apapun. Gus jangan salah paham dulu, kami hanya..."
"Halah, bulshit! Selalu bilang seperti itu kamu, alasan terus. Padahal saya tau kamu senang kan dekat-dekat dengan istri saya?! Suka kamu sama istri saya??" Pekik Gus Fauzan.
"Astaghfirullah, saya tidak bermaksud seperti itu, Gus. Lagian saya juga tidak punya perasaan apapun sama Ning Hanum. Saya–"
"Alasan kamu! Bohong kamu kalau kamu nggak punya perasaan sama istri saya." Sela Gus Fauzan. Membuat ustadz Dafa langsung beristighfar karena tuduhan tak berdasar dari Gus Fauzan itu..
"Gus, nggak seperti itu. Beneran, saya sama ustadz Dafa hanya mengantar santri, saya–"
"Kamu juga sama! Bukannya hubungi saya, malah hubungi ummi. Nggak ingat kamu kalau kamu sudah punya suami ha??!"
Hanum menghela nafasnya kasar. "Saya mau hubungi Gus, tapi–"
"Pulang! Jangan banyak bantah kamu" Gus Fauzan langsung menarik tangan Hanum.
"Saya nggak mau pulang, saya mau tungguin–"
"Apa?!" Gus Fauzan menyorot tajam Hanum. "Mau berduaan sama ustadz itu kamu, iya?!" Sambung Gus Fauzan.
Hanum menggelengkan kepalanya, "nggak seperti itu, Gus... Tapi–"
"Jangan merengkel kamu, pulang" desis Gus Fauzan, lalu kembali menarik tangan Hanum sampai membuat Hanum meringis merasakan sakit karena cengkraman kuat Gus Fauzan.
Ustadz Dafa yang melihat itu tak tega. Ustadz Dafa langsung menahannya. "Gus, jangan seperti itu, kasihan Ning Hanum. Dia kesakitan."
Gus Fauzan menghentikan langkahnya, lalu terkekeh sinis. "Suka-suka saya! Urusannya sama kamu apa?! Dia istri saya."
"Tapi tidak seperti itu juga Gus memperlakukan Ning Hanum" kata ustadz Dafa, yang jadi tersulut emosi oleh Gus Fauzan.
"Halah, kamu ini, mau saya hajar kamu?!" Gus Fauzan malah menantangnya, membuat ustadz Dafa juga tak takut.
Hanum sudah menarik tangan suaminya itu. "Astaghfirullah, sudah... Ini di rumah sakit." Lalu menoleh ke arah ustadz Dafa.. "maaf ustadz, saya permisi pulang, tolong jaga santri itu, sampai Abi datang."
Ustadz Dafa menghela nafasnya kasar, lalu mengangguk. "Iya Ning, hati-hati ya Ning."
Hanum menganggukkan kepalanya,
"Assalamualaikum"
"Waalaikum salam"
Sedangkan Gus Fauzan protes saat mendengar Hanum malah berpamitan dengan pria itu. "Apa-apaan kamu malah pamitan sama dia. Kurang kerjaan banget." Kata Gus Fauzan.
Hanum menghela nafasnya kasar, masih berusaha sabar. "Kita pulang" lalu berjalan terlebih dahulu, sungguh Hanum sama sekali tidak ingin membuat keributan di sana.
Gus Fauzan melengos, sebelum pergi dirinya menatap tajam ke arah ustadz Dafa. "Awas kamu, saya tandai, sempat dekat lagi dengan istri saya, saya hajar kamu..." Ucap Gus Fauzan sambil berjalan pergi menyusul Hanum.
Ustadz Dafa menghela nafasnya kasar. "Waalaikum salam, salamnya lupa, Gus..." Lalu tangannya mengelus dadanya. "Astaghfirullah, Gus kok begitu, cemburuannya mengerikan, kasihan ning Hanum..."
*
Hanum berjalan dengan langkah kakinya yang terseok-seok, karena ulah Gus Fauzan yang terus menarik tangannya, bahkan bibirnya sesekali meringis merasakan sakit saat tangan Gus Fauzan mencengkram kuat tangannya itu.
"Gus..."
"Diam, Hanum! Kenapa kamu tidak bisa diam! Sebentar saja jadi istri yang baik! Jangan selalu membantah kata saya!" Sentak Gus Fauzan membuat Hanum mengatupkan bibirnya rapat-rapat, merasa bersalah pastinya, karena tak memberitahu suaminya tentang dirinya yang pergi dengan ustadz Dafa. Namun, Hanum tadi buru-buru, dirinya hanya bisa menghubungi ummi Sekar, mertuanya itu, mau menghubungi Gus Fauzan, Hanum takut mengganggu waktu pria itu yang sedang mengajar para santri.
"Gus..."
"Kamu protes lagi, saya cium kamu di sini"
Deg
Ancaman itu membuat Hanum langsung mengatupkan bibirnya.
ada yah Gus macam itu
🤦🤦🤦🤦
bikin Emosi dan Kesel soal Gus Abal-abal yg sok Suci dan Bener itu 😡😤
biar ucapannya dilihat sendiri... siapa yg demikian hina nya melakukan apa yg dituduh kan nya itu 😡😡😡😤