Istrinya dalam keadaan mati suri setelah melahirkan. Untuk membangunkannya, Zhou Fan harus mencari sepuluh kristal beast. Namun tidak semua kristal beast dapat ia gunakan, minimal harus tingkat ke delapan, dan itu semua berbasis es.
Selain itu, Zhou Fan akan mencari gurunya yang tiba tiba hilang tanpa kabar.
Dari sini petualang Zhou Fan di negeri seberang dimulai. Akankah dia berhasil menuntaskan tujuannya?
Cover by Google
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sayap perak, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter... 10 : Mendapatkan Kristal Pertama
"Karena permintaan itu disanggupi ayah kaisar, maka tidak dianggap sebagai taruhan. Cari lain, aku tetap ingin bertaruh." Shao Ziyu melirik Shao Mingrui.
"Apa yang kau inginkan?" Shao Mingrui tak mau membuang waktu dengan beromong kosong, dia langsung menuju pertanyaan yang memang ditunggu oleh pangeran kedelapan.
"Kakak ketiga, kau mengurus daerah timur, khususnya Kota Bei Xian. Jika kau kalah maka kau harus membuka jalur perdagangan." Shao Ziyu mengatakan dengan wajah bijak, tidak terlihat menyimpan niat buruk di wajahnya.
Memang dia sangat pandai bersandiwara.
Shao Mingrui sangat mengetahui maksud tujuan adik kedelapannya, dengan membuka jalur perdagangan yang sebelumnya dia tutup rapat, sama saja dengan membukakan pintu untuk seekor ular.
Semua informasi dan juga kekuatan yang telah dia kumpulkan akan muncul ke permukaan. Dan semua tidak akan berakhir dengan baik.
"Membuka jalur perdagangan akan membawa dampak yang baik bagi kekaisaran. Aku melakukan ini juga bukan untuk diriku sendiri."
Mendengar perkataan itu Shao Mingrui berdecak kesal, dia tidak bisa menolak, tapi juga tidak bisa menerima.
Bagaimana jika Zhou Fan kalah, semua usaha yang telah direncanakan selama bertahun-tahun akan sia sia. Siapa yang berani bertaruh, ini sama saja membawa tumpukan emas untuk melewati sebuah jembatan kayu.
Semua menunggu keputusan Shao Mingrui, tapi pangeran ketiga tersebut hanya diam di tempatnya.
"Baik, aku akan menerima taruhan ini. Dan jika kau kalah, kekuasaan Kota He akan menjadi milikku." Perkataan Shao Mingrui membuat semua yang ada di aula tercengang.
Semua pangeran telah mendapatkan kekuasaan untuk memimpin suatu wilayah. Pangeran kedelapan adalah pemilik Kota He, tapi sekarang pangeran ketiga meminta agar pangeran kedelapan menyerahkan kekuasaan jika kalah taruhan.
"Pangeran ketiga ini benar benar rakus, tak kusangka makannya besar juga."
"Pilihan ini sedikit sulit, jika pangeran kedelapan kehilangan kekuasaan Kota He, dia tidak lagi mempunyai wilayah, itu akan menghambat perjalanannya dalam menempuh takhta kaisar."
Shao Ziyu mengepalkan tangan, dia tidak bisa mempertaruhkan hal ini. Namun untuk mundur dia lebih tidak bisa.
"Kakak ketiga, aku rasa kau terlalu berlebihan." Shao Ziyu tersenyum canggung, menggaruk tengkuk kepala yang tidak gatal.
Shao Mingrui membalas dengan senyum sinis. "Pada saat keberangkatanku menuju Ibukota, aku dihadang oleh pembunuh, dan itu terjadi di Kota He, aku ingin mencari mereka. Bukankah sangat mudah jika telah menjadi kekuasaan sendiri?"
Sekali lagi perkataan Shao Mingrui membuat semua yang ada di aula tercengang.
Kota He merupakan kekuasaan pangeran kedelapan, pangeran ketiga di serang di kota itu. Apakah pembunuh itu ada hubungan dengan pangeran kedelapan?
Shao Ziyu merasakan tubuhnya berkeringat, dia tidak mengira Shao Mingrui akan mengatakan tentang pembunuh.
Namun dengan sangat lihai lidahnya berkilah. "Mungkin hanya kebetulan, karena Kota He beberapa hari terakhir sangat marak akan kasus seperti itu."
Shao Ziyu mengelap keningnya yang basah dengan keringat, kemudian kembali berkata. "Kakak ketiga, aku tidak bisa mempertaruhkan kekuasaan Kota He. Bagaimana dengan dua persen pendapatan Kota He, itu akan menjadi milik Kota Bei Xian jika Bong Heteng kalah."
Shao Mingrui setuju dengan usulan ini, meski Kota He bukan kota terbesar, Kota He memiliki pendapatan yang tidak sedikit, itu dikarenakan kota ini berada di tempat yang sangat strategis.
Zhou Fan yang semula hanya diam menantikan, bisa bersiap untuk bertarung. Begitu pun dengan Bong Heteng, keduanya telah bersiap dengan pedang masing masing.
Kaisar Shao memberi tanda untuk memulai pertarungan, bersamaan dengan itu kedua orang langsung saling menerjang.
Tidak ada yang menahan kekuatan, mereka bertarung dengan tenaga penuh, meski pertarungan baru saja dimulai.
Trang... Trink...
Dentingan pedang silih berganti terdengar dengan suara tapak yang tak jarang dilesatkan guna memperkaya alur serangan.
Zhou Fan menggunakan teknik dewa pedang, sedang Bong Heteng mengeluarkan teknik yang dia sebut dengan 'teknik pedang emosi'.
Kedahsyatan kedua Teknik tak dapat diragukan, tingkat pemahaman Bong Heteng juga tidak kalah dari Zhou Fan. Namun dalam kondisi tertentu Bong Heteng lebih unggul karena tingkat kultivasi yang lebih tinggi.
Meski Zhou Fan sangat yakin dapat mengalahkan Bong Heteng jika menggunakan 'formasi dunia api', dia tidak bisa melakukan itu karena harus berhati hati dalam menggunakan teknik tersebut.
Setelah beradu beberapa lama, kedua melompat mengambil jarak.
"Sial, jika bukan karena kultivasiku yang berada di atasnya, aku tidak tahu apakah aku masih bisa bertahan. Teknik pedang yang digunakan benar benar aneh, sama sekali tidak bisa dipahami kemana dia akan menebas."
Bong Heteng baru kali ini berhadapan dengan seorang yang mengerti ilmu pedang dengan sangat baik.
Sebelumnya dia mengira bahwa akan sangat sulit menemukan seseorang yang ahli dalam ilmu pedang, siapa sangka jika hari ini datang seorang pemuda yang membuka lebar pandangannya.
Bong Heteng memutar pedang di tangannya, ketika pedang maju ke depan, pria paruh baya itu melompat menerjang.
Zhou Fan mendengus, bersamaan dengan itu pedang darah malam menghalau serangan.
Prang...
Keduanya kembali bertukar serangan, entah itu tebasan jiga kibasan terus mereka lakukan demi mendapatkan kemenangan.
Namun mereka tidak juga mengakhiri pertarungan, duel pedang masih terus berlangsung bahkan semakin lama semakin gencar melakukan tebasan.
Untuk semua orang yang ada di sana, jangan ditanya bagaimana reaksi mereka. Meski dalam hal kultivasi banyak yang berada di atas kedua sosok yang tengah bertarung, tingkat pemahaman terhadap teknik pedang masih sangat tertinggal.
Shao Mingrui berharap cemas, dia sudah bertaruh, dan dia berharap bisa menang. Sama halnya dengan pangeran kedelapan yang terlihat gemas karena pertarungan tidak juga menampilkan siapa pemenangnya.
Entah sudah berapa kali mereka beradu, yang jelas sudah ada lebih dari seratus serangan yang mereka lesatkan. Kondisi tubuh mereka juga tidak lebih baik dari satu sama lain, keduanya kacau dengan pakaian tersayat berantakan.
Zhou Fan mengepalkan tangan kiri, dia mengeratkan genggaman pedang di tangan kanan. "Demi Wei'er aku tak bisa menyerah."
Dengan tekad membara pemuda itu membusungkan dada, melihat lawan sudah sedikit lemah, dia melesat dengan sisa tenaga.
Bong Heteng belum menyerah, meski dengan tubuh agak kaku dia membentangkan pedangnya.
Trank...
Pedang darah malam menghantam pedang Bong Heteng, ketika kedua tenaga dalam beradu, sebuah semburat sinar samar terpancar.
Blar!
Pedang Bong Heteng terlempar jauh, bahkan keluar arena. Wajah pria paruh baya itu terlihat buruk, tak mengira kekalahan akan mendatanginya.
Tak kalah buruk, ekspresi wajah Shao Ziyu benar benar suram. Dia telah berjanji akan menyerahkan dia persen pendapatan Kota He, bagaimana pun dua persen itu tidak sedikit. Mungkin ada sekitar puluhan ribu.
Berbeda dengan pangeran kedelapan, Shao Mingrui tersenyum senang, bahkan dia tidak bisa menutupi kebahagiaan dengan berjingkrak hebat.
Perlahan Zhou Fan menuruni arena, berusaha tidak menghiraukan keberadaan Bong Heteng yang masih berdiri terpaku di sana. Dia berjalan mendekat ke arah pangeran ketiga.
Pandangan semua orang kini sepenuhnya terarah ke arahnya, dia bagai pelita dalam kegelapan.