Kyara harus menerima ujian pahit dalam hidupnya ketika dihadapkan dengan kenyataan harus menerima tawaran menjadi istri dari Bos tempat ia bekerja demi permintaan pria tua yang sangat ia sayangi. Membuat Kyara harus berada di posisi yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Bagaimana nasib pernikahan yang Kyara jalani tanpa ada satu orang pun yang tahu jika dirinya sudah menikah bahkan tidak dianggap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memikirkan kembali
Kyara menjatuhkan tubuh lelahnya di atas ranjang tanpa melepas sepatu dan tas selempang yang masih melekat di tubuhnya. Memejamkan matanya sejenak, Kyara menghela nafasnya kasar mengingat perlakuan rekan kerjanya yang selalu melebihi batas wajar.
"Kenapa mereka selalu membenciku. Apa diriku terlalu buruk di mata mereka? Apa aku punya salah? Tapi.. Sepertinya aku tidak pernah berlaku buruk kepada mereka." menghembuskan nafasnya di udara. Sepuluh jemarinya ia gunakan untuk menutupi wajahnya yang sudah kusam terkena debu.
"Sudahlah. Sebaiknya aku mandi lebih dulu. Rasanya sungguh lengket." Kyara beranjak dari posisi tidurnya. Mulai menanggalkan satu persatu pakaian yang menutupi tubuhnya.
Handuk kecil bewarna biru muda yang kini berada di tangannya digunakan untuk mengeringkan rambutnya yang masih basah seusai mandi. Kyara menghadapkan wajahnya ke cermin kecil yang terpasang di dinding kamarnya. Seketika kejadian beberapa jam yang lalu terlintas di pikirannya.
"Sepertinya aku pernah melihat Kakek tadi. Tetapi dimana? Apa hanya perasaanku saja? Tapi.. Bagaimana Kakek tadi dengan begitu baiknya mau menumpangkan mobilnya yang mewah itu kepadaku? Apa dia tidak takut dengan banyaknya jenis kotoran di tubuhku ini?"
Setelah lelah dengan berbagai pimikirannya. Akhirnya tubuh yang memang sudah membutuhkan istirahat itu pun terlelap di ranjang kecil setelah Kyara mematikan lampu di kamarnya.
***
Ternyata kebaikan demi kebaikan dari Kakek Surya berjalan sudah hampir dua bulan terakhir kepada Kyara. Seperti di saat pergi dan pulang bekerja. Kyara selalu saja bertemu dengan Kakek Surya di jalan sehingga Kyara tidak pernah lagi menggunakan kakinya dengan penuh untuk berjalan sampai ke perusahaan maupun kosnya.
Kedekatan manusia beda usia itu pun mulai terjalin dengan seiringnya waktu. Kyara merasa mendapatkan rasa kasih sayang yang sudah lama tidak ia rasakan selama ini. Hidup seorang diri tanpa adanya keluarga dan juga tidak pernah merasakan kasih sayang setelah kematian kedua orangtuanya selain Ibu Nani—pemilik dari pemilik kos tempat tinggalnya.
Saat ini Kyara tengah berada di restoran mewah yang menjadi tempat pilihan Kakek Surya untuk mengisi perutnya yang kosong setelah susah payah mengajak Kyara yang tengah berjalan kaki untuk pulang ke kos itu untuk ikut lagi dengannya.
Pasti makanan-makanan ini sangat mahal. Batin Kyara memandang beberapa hidangan yang sudah tersaji di depannya. Kyara menelan ludahnya susah payah membayangkan berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membayar semua makanan di depannya itu.
"Kenapa makanannya tidak di makan, Kya?" pertanyaan Kakek Surya menghentikan lamunan Kyara.
Kyara tersenyum kikuk. Menggaruk keningnya yang tidak gatal. "Kya ragu untuk memakannya, Kek." lirih Kyara pelan namun masih dapat terdengar oleh telinga Kakek Surya.
"Apa kamu tidak suka dengan makanannya, nak?" tanya Kakek Surya yang takut jika pesanan yang biasa ia pesan di restoran itu tidak sesuai dengan keinginan Kyara. Lagi pula, bukannya Kyara tadi juga sudah berkata jika terserah Kakek saja yang memilih makanannya?
Kyara menggeleng cepat. "Bu-bukan begitu, Kek. Ta-tapi makanan ini pasti sangat enak dan juga mahal." ucap Kyara dengan polosnya.
Wajah yang mulai terlihat keriput itu pun tersenyum dengan lebarnya. "Tidak usah dipikirkan. Kamu tidak akan Kakek suruh untuk membayarnya, Kya." Kakek Surya tertawa. Diikuti Kyara yang juga terkekeh kecil. Tahu-tahu saja Kakek Surya apa yang ada di dalam pikirannya.
***
*Happy reading!:)
Jangan lupa like, komen, vote dan rate bintang 5 supaya author makin semangat nulisnya. Dukungan teman-teman sangat berarti untuk kinerja jari author dalam menulis😉
bab ini kata Calvin wajah Cilla mirip dengan Bianca
Eeeeee...ini masalah Citra juga lamban dalam mengatasi kecurigaan Rania. Bahkan sudah ada peristiwa berani pegang atau mau betulin dasi juga masih lamban mengatasi Citra. Tapi bukan William kalau tidak heboh dulu wkwkwk
Ato bumil...hajar tuh pelakor tanpa ampun