NovelToon NovelToon
AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

AKU SEHARUSNYA MATI DI BAB INI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Transmigrasi ke Dalam Novel / Fantasi Isekai / Menjadi NPC / Masuk ke dalam novel / Kaya Raya
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: frj_nyt

ongoing

Tian Wei Li mahasiswi miskin yang terobsesi pada satu hal sederhana: uang dan kebebasan. Hidupnya di dunia nyata cukup keras, penuh kerja paruh waktu dan malam tanpa tidur hingga sebuah kecelakaan membangunkannya di tempat yang mustahil. Ia terbangun sebagai wanita jahat dalam sebuah novel.

Seorang tokoh yang ditakdirkan mati mengenaskan di tangan Kun A Tai, CEO dingin yang menguasai dunia gelap dan dikenal sebagai tiran kejam yang jatuh cinta pada pemeran utama wanita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon frj_nyt, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#11

Wei Li bangun dengan kepala berat.

Bukan pusing karena alkohol dia bahkan hampir nggak minum semalam tapi karena pikirannya kayak dipukul rame-rame. Ia duduk di ranjang, selimut masih melilit pinggangnya, rambutnya berantakan ke segala arah.

Ia melipat kedua tangannya di depan dada, lalu mengendurkannya lagi. Tangannya dingin. “Sial,” gumamnya. Bayangan semalam datang satu-satu. Tatapan orang-orang. Bisikan. Shen Yu An.

Dan cara Kun A Tai berdiri setengah langkah di depannya nggak dramatis, tapi jelas. Wei Li menggaruk kepalanya yang nggak gatal, lalu mendesah keras. Ia berdiri, berjalan ke kamar mandi, dan berhenti di depan cermin. Pantulan itu… aneh. Wajahnya sama. Tapi matanya beda. Lebih waspada. Lebih tajam. “huh gue beneran masuk,” katanya pelan ke dirinya sendiri. Ketukan di pintu.

“Nyonya,” suara Jae Hyun terdengar. “Sarapan. Dan gosip.”

Wei Li mengerang kecil. “akhh gue belum siap buat gosip.”

“jujur saja dunia tak peduli,” jawab Jae Hyun santai. “Dia jalan terus.” Di ruang makan, Wei Li duduk sambil menyilangkan kaki, lalu membukanya lagi. Gelisah. Ia mengambil sumpit, lalu meletakkannya kembali. Tangannya mengepal di pangkuan.

Jae Hyun duduk di seberang, membuka tablet. “Oke,” katanya. “Versi singkat atau panjang?”

Wei Li menghela napas. “Langsung aja.”

“anda sekarang jadi topik.” Wei Li mendongak. “Secepat itu?”

“Shanghai cepet nyonya,” jawab Jae Hyun. “Apalagi kalau menyangkut nama Kun A Tai.” Wei Li mengusap lengannya. “Mereka ngomong apa?”

Jae Hyun membaca. “Mulai dari ‘pendamping baru’ sampai ‘kelemahan baru’.” Wei Li mendengus. “ck klasik.”

“Ada juga yang bilang nyonya bukan cuma pendamping,” lanjut Jae Hyun. “Ada spekulasi kalau anda aset. Atau sandera sukarela.”

Wei Li tertawa pendek. “Kreatif banget.”

“Dan,” Jae Hyun mengangkat kepala, “ada yang nggak seneng.” Wei Li berhenti tertawa. Tangannya otomatis melipat di depan perut. “Siapa?”

“Beberapa pihak yang biasanya main aman,” jawab Jae Hyun. “Dan satu yang suka bikin kekacauan.” Wei Li tidak perlu tanya nama. Shen Yu An.

“Dia gerak?” tanya Wei Li. “Belum kelihatan sih,” jawab Jae Hyun. “Dan itu justru yang berbahaya.” Wei Li menunduk, memandangi meja. Ujung jarinya mengetuk pelan, lalu berhenti.

“Ada pesan?” tanyanya. Jae Hyun menatapnya beberapa detik. “Ada.” Perut Wei Li mengencang. “Dari siapa?”

“Dikirim ke mansion,” jawab Jae Hyun. Wei Li mendongak cepat. “Mana?” Jae Hyun berdiri. “Ikut saya.” Mereka berhenti di ruang kecil dekat taman dalam. Di atas meja kayu, ada sebuah kotak hitam. Tidak besar. Tidak mencolok.

Tapi Wei Li tahu. Instingnya berteriak. Ia berdiri beberapa langkah dari meja. Tangannya mengepal, lalu ia paksa untuk membuka lagi. Ia mengusap lengannya, menarik napas dalam-dalam. “Apa isinya?” tanyanya.

“Belum dibuka,” jawab Jae Hyun. Wei Li tertawa kecil. “Sopan banget.” Ia mendekat. Setiap langkah terasa berat. Ia berhenti di depan meja, menatap kotak itu lama. “Kalo ini jebakan—” ucap Wei Li di potong oleh Jae Hyun

“sedah dicek,” potong Jae Hyun. “Aman secara teknis.”

Wei Li mengangguk pelan. Ia membuka kotak itu. Di dalamnya… sepasang sarung tangan kulit hitam. Dan sebuah kartu kecil. Wei Li mengambil kartu itu dengan dua jari. Tangannya sedikit gemetar. Tulisan tangan rapi. Hati-hati dengan apa yang lo sentuh. Dunia ini kotor. Tidak ada nama. Wei Li tertawa pelan. Tawa yang nggak ada lucunya sama sekali.

“Ini ancaman,” katanya.

“Ini peringatan,” koreksi Jae Hyun.

Wei Li menutup kotak itu. Tangannya berhenti gemetar, tapi dadanya terasa sempit. “Mereka mulai sadar,” gumamnya.

“anda muncul di tempat yang salah,” kata Jae Hyun. “Dengan orang yang salah.”

Wei Li mengangkat wajahnya. “Atau justru bener.” Jae Hyun menatapnya, agak terkejut. “Semenjak kapan Nyonya optimis?” Wei Li mengangkat bahu. “Sejak gue nyaris mati.”

Beberapa jam kemudian, Wei Li duduk sendirian di balkon lantai atas. Kota Shanghai membentang di depannya abu-abu, ramai, dan nggak peduli. Ia melipat kedua tangannya, menyandarkan siku di lutut. Angin dingin menyapu rambutnya. Ia berpikir. Tentang dunia aslinya. Tentang novel. Tentang fakta bahwa alurnya sudah benar-benar melenceng. “Kalau gue mati,” gumamnya pelan, “itu bukan karena cerita.”

Langkah kaki terdengar. Kun A Tai berdiri beberapa meter darinya. “kau dapat kiriman,” katanya. Wei Li tidak menoleh. “Iya.”

“takut?” tanya A Tai

Wei Li tertawa pendek. “Banget.”. Kun A Tai mendekat, berdiri di sampingnya. Tidak menyentuh. Tidak terlalu dekat. “Tapi kau tak mundur,” katanya. Wei Li akhirnya menoleh. “aku tak tau cara untuk mundur di hidup ini.”

Kun A Tai menatap kota. “Peringatan pertama biasanya yang paling sopan.” Wei Li mengerutkan kening. “Pertama?”

Kun A Tai meliriknya. “kau pikir ini yang terakhir?” Wei Li mengepalkan tangannya. Kali ini, ia tidak menyembunyikannya. “aku tak meminta mu untuk melindungi ku” katanya. Kun A Tai mengangkat alis. “Tapi?”

“Tapi jika aku ada di sisi mu,” lanjut Wei Li, “aku tak ingin jadi beban.”

Kun A Tai menatapnya lama. Sangat lama. “hmm kau tidak beban,” katanya akhirnya. “tapi sebuah masalah.” Wei Li tersenyum miring. “Kedengarannya… jujur.”

Kun A Tai mendekat setengah langkah. “Dan dunia ini selalu tertarik sama masalah.” Wei Li menghela napas, mengusap wajahnya dengan satu tangan.

“aku hanya ingi satu hal,” katanya. “Kontrol" lanjut Wei Li. Kun A Tai menatapnya. “Kontrol itu ilusi.”

Wei Li menatap balik. “ya aku tau. Tapi aku pandai membuat ilusi.” jelas Wei Li dengan wajah sombongnya. Kun A Tai tersenyum tipis. “kalau begitu, bersiaplah.” kalimat A Tai di akhiri dengan senyuman yang membuat siapapun yang melihat nya pasti merinding

Wei Li berdiri. Ia meluruskan punggungnya. Tangannya masih gemetar sedikit, tapi ia membiarkannya. “Bersiap untuk apa?” tanyanya dengan hati was-was. Kun A Tai menatapnya dengan mata gelap dan tenang.

“Buat dunia mulai melihat mu,” katanya. “Dan buat mereka tak suka dengan apa yang mereka lihat.” Wei Li menatap kota sekali lagi. Untuk pertama kalinya sejak datang ke dunia ini Ia tidak cuma bertahan Ia mulai merencanakan.

1
Queen AL
nama sudah ke china-chinaan, eh malah keluar bahasa gue. tiba down baca novelnya
@fjr_nfs
/Determined/
@fjr_nfs
/Kiss/
X_AiQ_Softmilky
uhuyy Mangat slalu🤓💪
@fjr_nfs: /Determined/
total 1 replies
Jhulie
semangat kak
@fjr_nfs
jangan lupa tinggalkan like dan komennya yaa ☺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!