Shanum disiksa sampai matii oleh dua kakak tirinya. Sejak ibunya meninggal, dia memang diperlakukan dengan sangat tidak baik di rumah ayahnya yang membawa mantan kekasihnya dan anak haramnya itu.
Terlahir kembali ke waktu dia masih SMA, ketika ibunya baru satu tahun meninggal. Shanum bangkit, dia sudah akan membiarkan dirinya dilukai oleh siapapun lagi. Dia bukan lagi seorang gadis yang lemah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35. Belum Selesai
Setibanya di rumah sakit, bersama dengan pengacaranya. Ricky sudah langsung di hampiri oleh orang tua dari teman-teman Dion yang segera meminta pertanggung jawaban atas apa yang terjadi pada anak mereka.
"Sabar bapak-bapak, tenang dulu. Anak saya juga kan terluka..." Ricky mencoba menenangkan orang-orang itu.
"Tapi anak saya kakinya patah, dia tidak bisa jalan. Anak kamu yang mengemudikan mobil itu. Dia yang bertanggung jawab untuk apa yang terjadi pada anak saya!" kata orang tua Berdi temannya Ricky yang memang mengalami kali patah saat kecelakaan terjadi.
Tak hanya orang tua Berdi yang memaksa pertanggung jawaban dari Ricky. Orang tua dari dua teman Dion lainnya juga terus mendesak Ricky. Mereka bahkan mengatakan akan membiarkan kasus ini di tangani oleh petugas saja.
Ricky semakin sakit kepala dibuatnya, dia belum menyelesaikan masalah yang dibuat Yuyun dan Diana. Sekarang ada lagi masalah yang dibuat oleh Dion. Dan anaknya itu sekarang masih dalam kondisi belum sadarkan diri paska operasi. Meski lukanya tidak separah ketiga temannya. Tetap saja, kerugian yang dia akibatkan karena kecelakaan ini. Pasti akan sangat banyak.
"Cepat beri kamu kejelasan pak Ricky! kalau tidak biar masalah ini petugas yang menyelesaikan..."
Ricky langsung panik begitu mendengar ayah Berdi mengatakan akan menyerahkan ini pada petugas saja untuk diselesaikan.
"Jangan, jangan begitu ayahnya Berdi. Kita bicarakan ini dengan kepala dingin, duduk bersama..."
"Pak Ricky ini bercanda atau bagaimana sih?" sela orang tua dari temannya Dion yang lain, "anak saya masih koma, katanya tangannya juga retak, pak Ricky masih meminta kami untuk duduk tenang? gimana nasib anak kamu selanjutnya. Yang salah itu kan memang Dion. Ya sudah biar petugas saja yang menangani masalah ini! kalau begitu! kalau pak Ricky memang tidak mau tanggung jawab!" desak pria berkacamata itu.
Wajah pria tua itu terlihat kesal, merah padam. Dia benar-benar tidak mau sampai yang bertanggung jawab atas apa yang menimpa anaknya itu dibiarkan begitu saja.
Ricky benar-benar tidak punya jalan lain. Kalau sampai diserahkan pada petugas. Anaknya sudah pasti jadi tersangka. Anaknya yang mengemudikan mobil itu, mobil itu juga miliknya. Dan semua saksi yang mengantarkan mereka ke rumah sakit, mengatakan kalau memang Dion ngebut.
"Saya tanggung jawab pak, saya tanggung jawab!" kata Ricky pada akhirnya setelah sebelumnya menghela nafas sangat panjang.
Tentu saja pria paruh baya itu menghela nafas yang sangat panjang. Karena pastinya biaya yang akan dia keluarkan akan sangat banyak. Sambil memegang kepalanya yang semakin berdenyut, Ricky pun menandatangani surat perjanjian pertanggung jawaban atas apa yang terjadi pada ketiga orang temannya Dion yang kecelakaan bersama anaknya itu.
Matanya merah, perkiraan biaya rumah sakit saja sudah membuat nafasnya tercekat. Itu baru perkiraan untuk satu orang, dia akan menandatangani tiga surat perjanjian. Paling tidak, dia akan menghabiskan setidaknya di atas 500 juta untuk biaya rumah sakit saja. Itu baru biaya rumah sakit, sedangkan di surat perjanjian itu, rawat jalan, biaya obat setelah keluar dari rumah sakit, transportasi, segala macam treatment untuk pemulihan anaknya, bahkan makanan bergizi dan buah-buahan juga Ricky yang harus menanggungnya.
Bukankah itu sama saja, dia mengadopsi tiga anak laki-laki dan harus memberi makanan yang cukup. Ricky benar-benar sakit kepala memikirkan semua ini. Harusnya, uang yang seharusnya dia nikmati, malah digunakan untuk hal seperti ini. Bahkan sepertinya, dia juga harus mengurangi yang bulanan dirinya, istrinya dan kedua anaknya untuk menanggung biaya ketiga orang teman Dion itu. Jika tidak, kalau dia harus ambil dari perusahaan. Pastinya akan menjadi pertanyaan para pemegang saham. Apalagi peristiwa ini pastinya juga sudah ada yang tahu. Meski dia juga sudah berusahalah take down berita ini. Tetap saja satu dua orang akan tahu.
Karena kecelakaan ini terjadi di tempat umum. Sudah di tangani polisi juga. Meskipun pengacara Mario akan mengurus semuanya nanti setelah ketiga orang tua temannya Dion itu tanda tangan surat damai.
Setelah menyelesaikan semuanya, Ricky kembali ke kamar rawat Dion. Dimana Yuyun dan Diana ada di sana menjaga Dion yang belum sadar juga sampai saat ini.
"Mas, bagaimana? mereka tidak akan membawa masalah ini ke jalur hukum kan? kasihan Dion kalau harus dipenjara mas. Dia masih kuliah, masa depannya masih panjang..."
"Tahu masa depannya masih panjang, kenapa dia harus melakukan tindakan bodoh seperti itu?" sela Ricky yang memang sangat marah.
Dia benar-benar kesal, tidak habis pikir pada anaknya itu. Sudah tahu masih kuliah, masa depannya masih panjang. Tapi malah melakukan hal bodohh seperti itu.
Yuyun langsung diam, dia saja masih harus membujuk suaminya dengan masalah 3 milyar tabungan mereka yang mereka gunakan untuk membayar ganti rugi. Dia benar-benar tak berani bicara lagi.
"Ayah, yang namanya kecelakaan siapa yang ingin terjadi. Kak Dion..."
"Dia ngebut!" ujar Ricky kembali menyela Diana, dan kali ini dengan nada suara yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Diana terlihat takut, dan segera mendekat ke arah ibunya.
"Karena ulah kalian ini, aku bagaimana lagi harus menjelaskan pada klien, para pemegang saham? istri dan anak perempuanku membuat masalah di tempat umum, menindas istri karyawan. Lalu anak laki-laki ku, dia ngebut-ngebutan. Mencelakai ketiga temannya. Bagaimana sekarang?" tanya Ricky frustasi.
Orang sepertinya sangat memikirkan nama baik dan wajah sucinya di depan semua orang. Sekarang masalah sudah terjadi seperti ini. Dia benar-benar sakit kepala. Ricky duduk di sofa, memijat kepalanya yang rasanya sakit sekali.
"Mulai sekarang, uang bulanan kalian akan aku kurangi. Semua itu untuk membayar biaya pertanggungan tiga teman Dion yang luka parah itu!"
Diana yang mendengar itu tidak terima.
"Ayah, kenapa harus uang bulananku. Ayah kan bisa pakai uang bulanan Upik abu itu..."
"Kamu itu kalau ngomong di pikir dulu!" sela Ricky lagi, "dia sudah tinggal di rumah Dimas. Uang bulanannya tentu saja akan dikirimkan kesana. Pakai otakmu! diam lah Diana. Ayah tidak mau tahu, tidak usah banyak protes. Yang buat masalah kan juga kalian. Memangnya kamu pikir 3 milyar itu sedikit?" tanyanya dengan wajah kesal.
Diana masih ingin protes. Tapi Yuyun menahan putrinya itu, Yuyun menggelengkan kepalanya di depan Diana.
"Sudah, ayahmu sedang pusing. Jangan bicara lagi. Ibu akan mengurus semuanya. Tenang saja" bisik Yuyun.
Sementara itu di kantornya, Erick baru saja melaporkan semua yang terjadi pada Dimas.
"Sesuai keinginanmu tuan, aku sudah mempengaruhi ketiga ayah korban kecelakaan itu. Mereka akan minta Ricky bertanggung jawab, sampai putra-putra mereka bisa berjalan dan benar-benar pulih lagi. Paling tidak Ricky akan kehilangan ratusan juta untuk itu!" jelas Erick.
Dimas mengangguk.
"Bagus! dia memang harus kehilangan banyak sekali. Karena yang dia ambil dari Shanum juga banyak sekali! Rencana selanjutnya, kacaukan PT Megantara Persada!" perintah Dimas pada Erick.
***
Bersambung...
orang kalau masih bernafas di paru2 belum tobat kalau Udha tenggorokan baru