(Warisan Mutiara Hitam Season 2)
Setelah mengguncang Sekte Pedang Awan dan memenggal Jian Chen, Chen Kai mendapati bahwa kemenangannya hanyalah awal dari mimpi buruk baru. Sebuah surat berdarah mengungkap kebenaran yang meruntuhkan identitasnya: ia bukan anak Klan Chen, melainkan putra dari buronan legendaris berjuluk "Sang Pengkhianat Naga".
Kini, Klan Jian dari Ibu Kota memburunya bukan demi dendam semata, melainkan demi "Darah Naga" di nadinya—kunci hidup untuk membuka segel terlarang di Utara.
Demi melindungi adiknya dan mencari jati diri, Chen Kai menanggalkan gelar Juara dan mengasingkan diri ke Perbatasan Utara yang buas. Di tanah tanpa hukum yang dikuasai Reruntuhan Kuno, Sekte Iblis, dan Binatang Purba ini, Chen Kai harus bertahan hidup sebagai pemburu bayangan. Di tengah badai salju abadi, ia harus mengungkap misteri ayahnya sebelum darahnya ditumpahkan untuk membangkitkan malapetaka kuno.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kokop Gann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembakaran Darah
WUSH!
Tidak ada peringatan. Tidak ada teriakan perang.
Begitu Chen Kai selesai berbicara, dia meledak maju.
Tanah di bawah kakinya—gigi taring naga yang keras—retak menjadi jaring laba-laba. Kecepatan Chen Kai kali ini melampaui apa pun yang pernah dia tunjukkan sebelumnya. Dia bukan lagi bayangan; dia adalah kilatan cahaya ungu yang mematikan.
"Bunuh dia!" perintah Jian Lie, sedikit terkejut dengan ledakan kecepatan itu.
Dua belas 'Penjaga Bayangan' melepaskan anak panah mereka serentak. Anak panah itu bukan kayu biasa; mereka ditempa dari 'Baja Hitam' dan dilapisi racun pelumpuh saraf.
SWISH! SWISH! SWISH!
Chen Kai tidak menghindar. Dia tidak bisa menghindar jika ingin mendekati Jian Lie.
"Pedang Meteor: Putaran Naga Gila!"
Dia memutar pedang raksasanya di depan tubuhnya seperti baling-baling, menciptakan perisai angin dan api.
TING! TING! TING!
Anak panah itu terpental ke segala arah. Namun, tiga anak panah berhasil menembus celah putaran pedangnya.
SPLAT! Satu menancap di bahu kirinya. SPLAT! Satu di paha. SPLAT! Satu lagi menggores pipinya.
Chen Kai tidak melambat. Rasa sakit itu justru memicu 'Darah Naga' yang sedang dia bakar. Matanya semakin merah.
"Mati!"
Dia menabrak barisan Penjaga Bayangan.
Pedang Meteor Hitam diayunkan secara horizontal dengan kekuatan penuh.
KRAK!
Tiga Penjaga Bayangan yang mencoba memblokir dengan pedang mereka terlempar seperti boneka kain. Senjata mereka hancur, tulang mereka remuk. Mereka jatuh dari atas tengkorak naga, meluncur ke dalam kegelapan di bawah.
Formasi musuh pecah.
"Sampah tidak berguna!" umpat Jian Lie.
Komandan Klan Jian itu akhirnya bergerak. Dia mencabut pedang emas besarnya dari punggung. Aura Pembangunan Fondasi Puncak meledak, menekan udara di sekitar altar hingga menjadi berat seperti timah.
"Teknik Pedang Emas: Pemenggal Gunung!"
Jian Lie menebas ke bawah, menciptakan bilah energi emas raksasa yang mengarah tepat ke kepala Chen Kai.
Chen Kai tahu dia tidak bisa menahan ini dengan kekuatan biasa.
"Yao! Bakar 30%!"
"Gila! Itu akan memangkas umurmu sepuluh tahun!" teriak Yao, tapi dia tetap menyalurkan teknik itu.
Jantung Chen Kai berdetak begitu keras hingga terdengar di telinganya sendiri. Darah di dalam nadinya mendidih, berubah menjadi energi murni yang meledak keluar dari pori-porinya sebagai uap merah darah.
Kekuatannya melonjak sementara. Dia menembus batas Alam Kondensasi Qi.
Setengah Langkah Pembangunan Fondasi (Fisik).
Chen Kai mengangkat Pedang Meteor Hitam.
"Hancur!"
BOOOOOOM!
Bilah emas Jian Lie bertabrakan dengan pedang hitam Chen Kai.
Ledakan energi itu menyapu bersih sisa Penjaga Bayangan di sekitar mereka. Bahkan Manajer Sun harus bersembunyi di balik gigi naga agar tidak terlempar.
Lantai tengkorak naga retak.
Jian Lie terdorong mundur tiga langkah, matanya melebar tak percaya. "Kau... menahan seranganku?! Dengan tubuh Kondensasi Qi?!"
"Aku baru mulai!" raung Chen Kai.
Dia melompat keluar dari asap ledakan, menerjang Jian Lie. Pertarungan jarak dekat dimulai.
Pedang bertemu pedang. Tinju bertemu baju zirah.
Setiap detik adalah pertaruhan nyawa. Chen Kai bertarung seperti binatang buas yang terpojok, mengabaikan pertahanan demi serangan. Tubuhnya penuh luka goresan pedang Jian Lie, darah membasahi jubahnya, tapi dia tidak berhenti.
Jian Lie, di sisi lain, mulai panik. Dia lebih kuat, tekniknya lebih tinggi, dan Qi-nya lebih banyak. Tapi dia takut. Dia takut pada kegilaan di mata bocah ini. Bocah ini bertarung seolah-olah dia sudah mati.
"Minggir, Tikus!" Jian Lie menendang perut Chen Kai.
BUKK!
Chen Kai terlempar mundur, menabrak gigi naga hingga retak. Dia memuntahkan darah segar yang bercampur dengan potongan organ dalam.
"Tuan Muda!" teriak Manajer Sun dari persembunyiannya.
Chen Kai terbatuk, darah menetes dari dagunya. Napasnya memburu. Pandangannya mulai kabur. Efek samping pembakaran darah mulai menyerang.
"Sekarang..." Jian Lie berjalan mendekat, pedangnya terangkat untuk eksekusi. "Main-mainnya sudah selesai. Darahmu akan menjadi penutup yang manis untuk ritual ini."
Jian Lie sudah berada di tengah altar, membelakangi Kolam Darah dan Pilar Kristal. Dia begitu fokus pada Chen Kai hingga melupakan satu hal.
Chen Kai menyeringai, giginya merah oleh darah.
"Kau benar," kata Chen Kai serak. "Main-mainnya selesai."
Mata Chen Kai beralih sesaat ke belakang Jian Lie.
Jian Lie menyadari tatapan itu. Instingnya menjerit. Dia berputar.
Di sana, Manajer Sun sudah berdiri. Orang tua yang terluka parah itu telah menggunakan sisa tenaganya untuk berdiri tegak.
Di tangannya, Bom Pemusnah Ruang sudah aktif, rune-runenya bersinar menyilaukan dan bergetar tidak stabil.
"Terima ini, Bajingan Klan Jian!" teriak Manajer Sun.
Dia melempar bola hitam itu. Bukan ke arah Jian Lie, tapi melewati bahunya.
Lurus menuju Pilar Kristal di tengah kolam darah.
"TIDAK!" Jian Lie berteriak ngeri. Dia melompat, mencoba menangkap bola itu di udara.
Tapi Chen Kai tidak membiarkannya.
"Ke mana kau mau pergi?!"
Chen Kai memaksakan sisa tenaga terakhirnya. Dia menerjang kaki Jian Lie, memeluknya, dan menjatuhkannya ke lantai.
"LEPASKAN AKU!" Jian Lie memukul punggung Chen Kai dengan gagang pedangnya, mencoba melepaskan diri.
Chen Kai menahannya mati-matian, darah mengucur dari mulutnya. "Meledaklah..."
Bola hitam itu melayang di udara dalam gerakan lambat.
Ia menyentuh Pilar Kristal.
Hening.
Selama satu detik, seluruh suara di dunia menghilang.
Lalu, bola itu tidak meledak keluar. Ia meledak ke dalam.
Sebuah titik hitam kecil muncul di tempat benturan itu. Titik itu berputar, menyedot cahaya, suara, dan materi di sekitarnya.
Pilar Kristal—Inti Array—retak, lalu pecah berkeping-keping, tersedot ke dalam lubang hitam mini itu.
Energi merah dari kolam darah yang seharusnya ditembakkan ke langit, kini berputar liar, tersedot ke dalam pusaran kekacauan spasial itu.
KRAK... KRAAAK...
"Lari!" teriak Chen Kai, melepaskan Jian Lie dan berguling menjauh.
Jian Lie, wajahnya pucat pasi melihat array-nya hancur, tidak mengejar Chen Kai. Dia berbalik dan melarikan diri ke arah tepi tengkorak.
VWOOOOM!
Ledakan balik terjadi.
Lubang hitam itu mencapai batas kapasitasnya dan meledak. Gelombang kejut distorsi ruang menyapu seluruh area mulut naga.
Kolam darah menguap seketika. Empat murid elit Sekte Darah yang menjaga sudut kolam hancur menjadi debu tanpa sempat berteriak.
Tengkorak naga itu sendiri berguncang hebat. Retakan besar muncul di rahang atasnya. Tulang purba yang telah bertahan ribuan tahun mulai runtuh.
Chen Kai menyambar Manajer Sun dan melompat dari pinggir gigi naga tepat saat atap mulut naga itu runtuh menimpa tempat mereka berdiri sedetik yang lalu.
Mereka jatuh bebas ke arah tumpukan mayat di bawah altar.
BRAK!
Mereka mendarat dengan kasar. Chen Kai menggunakan tubuhnya untuk melindungi Manajer Sun.
Di atas mereka, debu dan puing-puing berjatuhan. Altar megah itu kini hanyalah reruntuhan. Pilar cahaya merah ke langit telah padam.
"Kita... berhasil..." Manajer Sun terbatuk, menatap kehancuran itu dengan mata tak percaya.
Tapi Chen Kai tidak tersenyum.
Dia menatap reruntuhan altar itu. Sesuatu yang salah sedang terjadi.
Mutiara Hitam di dadanya bergetar hebat, panasnya membakar kulit.
"Bocah..." suara Kaisar Yao terdengar ketakutan untuk pertama kalinya. "Kita membuat kesalahan."
"Apa?"
"Array itu... bukan hanya untuk membangunkan segel. Array itu juga berfungsi sebagai pengekang agar kebangkitannya bertahap."
"Kita menghancurkan pengekangnya," lanjut Yao. "Tapi kita tidak menghentikan kebangkitannya. Darah yang sudah diserap... sudah cukup untuk memicu reaksi berantai."
Dari balik reruntuhan altar yang hancur, suara gemuruh terdengar. Bukan suara batu jatuh.
Itu suara napas.
GRRRRRR....
Tanah Lembah Tulang Naga mulai bergetar. Tulang-tulang rusuk raksasa yang membentuk dinding lembah mulai... bergerak.
Mereka bukan hanya tulang mati.
Di bawah tanah, sesuatu yang sangat besar, sangat tua, dan sangat marah sedang menggeliat bangun.
"Lari," bisik Chen Kai, wajahnya memucat. "LARI SEKARANG!"