Beni Candra Winata terpaksa menikah dengan seorang gadis, bernama Viola Karin. Mereka dijodohkan sejak lama, padahal keduanya saling bermusuhan sejak SMP.
Bagaimana kisah mereka?
Mari kita simak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Satu Ranjang
Hanya soal uang, Beni tidak mempermasalahkan. Bahkan ia akan segera membantu mengatasi keuangan perusahaan Papa Aldi, asalkan Viola tetap menjadi istrinya. Beni laki-laki yang tidak mudah mengenal wanita, ia merasa sudah dekat dengan Viola. Jadi, perjanjian pernikahan harus tetap berjalan sampai keduanya mendapatkan warisan.
"Gue heran sama bokap lo, bukannya kalau lo nikah ma gue dapat warisan juga. Kenapa perusahaannya justru mempunyai banyak hutang?" Beni menatap Viola penuh tanya.
"Mana gue tahu, Ben. Besok sebaiknya kita pulang, untuk menyelidiki hal ini," ujar Viola, berharap orang tuanya memberikan penjelasan.
"Tidak perlu buang-buang waktu." Beni tidak peduli dengan kondisi perusahaan mertuanya.
Viola justru semakin penasaran, kenapa Beni melarangnya untuk mencari tahu. Ia akan tetap berusaha menyelidiki masalah ini, tanpa bantuan siapapun.
Ketika Beni mengajak Viola kembali ke bila, ia menolak keras. Viola tidak mau satu vila dengan Lidia, wanita yang dianggapnya pengganggu.
"Lebih baik lo kembali ke vila sendiri, Ben. Gue mau cari penginapan di hotel." Viola berpikir menginap di hotel tanpa Beni bisa membuatnya tenang.
Akan tetapi, Beni tidak mau meninggalkan Viola. Ia takut terjadi sesuatu yang justru bisa membuatnya bersalah. Akhirnya Beni memutuskan mengikuti Viola ke sebuah hotel, letaknya berada di tebing pantai.
Ketika Viola menanyakan kamar kosong ke resepsionis, Beni mengatakan kalau menginginkan kamar VIP untuk bulan madu.
"Tidak, Mbak! Kamar yang biasa untuk menginap saja," kata Viola membuat resepsionis bingung.
"Sayang, jangan malu-malu gitu dong," ucap Beni dengan lembut, bahkan tangannya berani menyentuh Viola.
Dalam situasi banyak orang, Beni bisa bersandiwara dengan baik. Sedangkan Viola terlihat kesal, menatap suaminya penuh kebencian.
Ternyata resepsionis lebih memilih percaya ucapan Beni, ia memberikan kunci kamar VIP di lantai atas yang pemandangannya langsung laut lepas.
"Ben, lo kembali saja ke vila! Biar gue sendiri di sini, Lidia lebih butuh lo," ujar Viola ketika memasuki kamar yang dipesan.
"Istri gue lo, bukan dia!" tegas Beni.
Viola mengutarakan keinginannya, untuk tidur sendiri tanpa orang yang mengganggunya. Namun, Beni bersedia tidur di atas sofa.
Malam ini Beni menjalankan aksinya, ia meminta Viola berganti gaun malam lalu menelpon orang tuanya. Tujuan Beni tak lain, agar Beni bisa melihat tubuh Viola dari balik gaun tipis.
Anehnya Viola mengikuti perintah Beni, ia membuang jauh rasa malunya. Demi kebahagiaan orang tuanya, Viola rela menggunakan gaun tipis di depan laki-laki yang sama sekali tidak pernah dicintai.
Ternyata orang tua Beni justru marah, melihat menantunya menggunakan gaun malam. Beliau menganggap terlalu seksi, lalu mematikan panggilan teleponnya.
"Dasar aneh!" umpat Beni.
"Lo yang aneh! Mereka pasti malu lihat gue pakai gaun kurang bahan gini." Viola mengerucutkan bibirnya.
Mata Beni tertuju ke arah Viola, ia menatap istrinya tanpa berkedip dari ujung kepala hingga kaki. Sehingga mendapatkan sebuah lemparan bantal dari Viola.
Viola langsung berlari ke kamar mandi, ia mengganti gaunnya dengan pakaian tidur yang lebih tertutup. Sekarang ia mulai menyesal, sudah mengikuti permintaan tidak masuk akal Beni.
"Mau ditaruh mana muka gue, kalau bertemu mertua," gumam Viola dalam hati.
Baru kali ini, Viola mempermalukan dirinya sendiri. Biasanya ia jarang menggunakan pakaian kurang bahan, dan tidak pantas dipertontonkan melalui panggilan video. Masih beruntung yang melihat hanya mertua wanita, bukan laki-laki.
Setelah Viola keluar dari kamar mandi, Beni tampak tersenyum menatapnya lagi. Beni mengajak Viola minum kopi di kedai dekat hotel, tetapi Viola menolak karena sudah malam.
"Beneran lo gak mau menikmati keindahan pantai di malam hari?" tanya Beni.
"Di balkon kamar bisa," jawab Viola.
Beni tidak kepikiran kalau di kamar hotel yang dipesan ada balkon kecil, bisa mereka berdua gunakan untuk melihat pantai di malam hari.
Hembusan angin kencang, tidak membuat Beni dan Viola mengurungkan niatnya berdua duduk berdua di balkon. Mereka berdua juga membawa kopi untuk dinikmati di sela-sela mengobrol.
Berniat baik kepada pasangan yang sudah sah menjadi istri, memang hal yang baik. Seperti halnya yang dilakukan oleh Beni, walaupun Viola belum paham niatnya.
"Ben, lo gak nyesel nikah ma gue?" tanya Viola dengan tiba-tiba.
"Buat apa disesali, bentar lagi warisan jatuh ke tangan." Beni tersenyum licik.
"Ternyata lo mata duitan," ucap Viola.
Beni melakukan semuanya karena ada alasannya, ia semata-mata hanya menyelamatkan harta keluarga besar bukan untuk dirinya sendiri. Sebagai cucu pertama, Beni memang berhak mendapatkan warisan dibandingkan saudara sepupunya. Kebetulan cucu lain dari kakeknya bukan cucu kandung, tetapi masih berusaha merebutkan warisan.
"Gue gak peduli penilaian lo," ujar Beni, melepaskan jasnya.
Dengan penuh perhatian, Beni menyelimuti tubuh Viola menggunakan jasnya. Ia tahu istrinya terlihat sedang kedinginan, karena hembusan angin malam yang semakin kencang.
"Makasih, Ben," ungkap Viola, tanpa ada penolakan.
"Untuk apa? Gue suami lo, sudah sepantasnya melindungi," kata Beni sok bijak.
Terkadang Beni memang mempunyai sisi lembut yang tidak diketahui banyak orang, ia lebih menonjolkan sikap arogan demi melindungi dirinya dan orang terdekat.
Viola tersipu malu, malam ini suaminya mampu menarik sedikit simpati dari dalam hatinya. Tidak menyangka malam ini Beni membuatkan kopi, dan mengajaknya duduk berdua di balkon.
Malam semakin larut, Viola dan Beni masih asyik bertukar cerita tentang keluarga masing-masing. Tidak ada perdebatan sama sekali, keduanya terlihat akur.
"Viola, kita masuk ke dalam. Udara malam tidak baik untuk kesehatan," ajak Beni, ketika sudah mulai kedinginan.
"Boleh," jawab Viola singkat.
Beni juga mematikan AC yang ada di dalam kamar, ia merasa kedinginan juga. Hawa dingin menusuk hingga ke tulang belulang, padahal sudah berada di dalam kamar.
Melihat Beni yang kedinginan, Viola menjadi tidak tega membiarkan suaminya tidur di atas sofa. Terpaksa ia meminta Beni tidur satu ranjang dengannya, dan menggunakan guling sebagai pembatas. Selimut tebal hanya ada satu, dan bisa digunakan untuk berdua agar tidak kedinginan.
Baik Viola maupun Beni, baru kali ini tidur satu ranjang dengan lawan jenis. Mereka terlihat sangat gugup, bahkan tidur saling membelakangi.
"Ben, besok kita pulang saja," kata Viola, sambil membalikkan badannya ke arah Beni.
Mendengar suara Viola, membuat Beni terkejut. Ia langsung cepat membalikkan badannya ke arah Viola. Keduanya menjadi saling menatap, semakin merasa canggung.
Sebenarnya Beni belum ada rencana pulang, karena masih ingin pergi ke suatu tempat. Ia berencana mengajak Viola berkeliling kota kecil, sambil berbelanja lebih dulu.
"Gue ada pertemuan bisnis besok pagi, Viola. Gimana kalau kita pulang satu minggu lagi?" tanya Beni.
musuh jadi cinta😍😍😍🥳🥳🥳🥳