NovelToon NovelToon
Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Lantai Tujuh Tidak Pernah Ada

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri
Popularitas:402
Nilai: 5
Nama Author: Siti Nuraida

SMA Adhirana dikenal sebagai sekolah elit dengan reputasi sempurna — tapi di balik tembok megahnya, beredar satu rumor yang gak pernah dibahas secara terbuka: “Lantai Tujuh.”

Katanya, gedung utama sekolah itu cuma punya enam lantai. Tapi beberapa siswa bersumpah pernah menekan tombol “7” di lift... dan tiba di lantai yang tidak tercatat di denah mana pun.

Lantai itu selalu berubah-ubah. Kadang berupa ruang kelas kosong dengan bau darah, kadang koridor panjang penuh loker berkarat. Tapi yang pasti — siapa pun yang masuk ke lantai tujuh selalu kembali dengan ingatan yang terpotong, atau malah tidak kembali sama sekali.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 — Rekaman yang Terhapus Sendiri

Setelah teror di ruang bawah tanah, Reina menghabiskan malam tanpa tidur. Ia terus memutar-mutar kepingan teka-teki itu: Lift Pertama, suara Aksa yang memohon, dan pengakuan Daren yang ternyata adalah 'kurban' dari skema Aksa. Pagi itu, ia memutuskan untuk mencari bukti nyata, sesuatu yang tidak bisa dimanipulasi oleh memori atau rasa bersalah.

Tujuannya adalah Ruang Klub Jurnalistik, markas Zio.

Ia tiba di sekolah saat matahari bahkan belum sepenuhnya muncul, membuat SMA Adhirana terlihat seperti benteng kuno yang dingin. Reina langsung menuju komputer Zio. Ia harus menyalin rekaman CCTV malam mereka memasuki Lantai Tujuh.

Komputer menyala. Reina membuka folder terlarang, “GL_Unrec_F-7”. Di sana, ada dua file video baru yang tersimpan otomatis: Zio_Entry_2025.mp4 dan Reina_Entry_2025.mp4.

Reina mengeklik file Zio.

Video itu menampilkan Zio yang berjalan di koridor loker, persis seperti yang Zio ceritakan. Zio muda (versi 2025) terlihat memotret, lalu tiba-tiba ia berhenti di depan loker yang meneteskan darah, dan dalam sekejap mata—Zio hilang.

Reina menontonnya dengan jantung berdebar. Rekaman itu adalah bukti tak terbantahkan. Ia segera memasukkan flash drive ke port komputer, mencoba menyalin file itu.

Transferring... (12%).

Tiba-tiba, layar pop-up muncul. “ALERT: Data integrity compromised. Self-erasing in T-minus 07:00.”

Sebuah countdown muncul di layar. Tujuh menit.

Reina panik. Ia menekan tombol cancel berulang kali. Tidak bisa. Sistem itu terkunci.

“Sial!” umpat Reina. Ia harus menontonnya sampai akhir.

Ia kembali ke video. Zio hilang. Kamera terus merekam. Di detik ke-03:45, sesosok bayangan muncul dari tumpukan karung goni tua yang ada di belakang loker. Bayangan itu tinggi, kurus, dan mengenakan seragam sekolah. Ia berjalan perlahan ke lift, membuka pintu, dan masuk.

Di detik ke-05:12, video itu kembali menampilkan koridor loker. Kosong. Lalu di detik ke-06:00, kamera itu seolah bergerak sendiri, menyorot ke dinding.

Di dinding kusam itu, muncul tulisan yang dicoret dengan benda tajam: “EXIT HANYA SEMENTARA.”

T-minus 00:30.

Reina segera menggeser mouse ke file log sistem. Ia harus tahu siapa yang mengontrol ini.

Ia membuka System_Override_Log_2025 dengan cepat. Jendela log itu penuh dengan kode dan barisan waktu.

Di bagian paling atas, log terakhir berbunyi: “Command: Delete All Evidence. Status: SUCCESS. User: D.K.”

T-minus 00:05.

D.K. Daren Kurniawan.

Reina tidak sempat menyalinnya. Tepat saat countdown mencapai nol, layar desktop kembali ke blank, dan kedua file video itu menghilang, digantikan oleh pesan: “File Corrupted. Restored to Default.”

Rasa frustrasi Reina berubah menjadi amarah. Daren tidak hanya menyembunyikan kebenalan, dia secara aktif menghancurkannya. Dia mengendalikan sistem keamanan yang lebih tua dan tersembunyi ini, sistem yang berhubungan langsung dengan Lantai Tujuh.

Reina langsung berlari menuju Ruang OSIS di lantai 4.

Ia mendapati Daren sedang duduk tenang di mejanya, seragamnya rapi, sedang membaca sebuah berkas. Dia tampak seperti pangeran sekolah yang ideal, seolah percakapan mereka di toilet perempuan semalam hanyalah mimpi buruk.

Reina menggebrak meja Daren.

“Kamu yang menghapus rekamannya!” tuduh Reina, napasnya memburu.

Daren mendongak, matanya tenang. “Selamat pagi, Reina. Kamu terdengar bersemangat. Apa yang kamu hapus?”

“Jangan pura-pura bodoh! Aku lihat log-nya! User: D.K. Itu kamu! Kamu yang mengendalikan sistem CCTV tua itu! Kamu nggak mau ada bukti kalau Lantai Tujuh itu nyata!” teriak Reina, hampir tanpa kendali.

Daren meletakkan berkas di tangannya. Ia mencondongkan tubuh sedikit.

“Aku nggak pura-pura. Tapi aku tahu kamu akan mencoba. Aku sudah bilang, reputasi sekolah harus dijaga. Lagipula, kamu sudah tahu kebenarannya. Untuk apa bukti itu?” tanya Daren, suaranya tenang, tapi ada ketegasan di sana.

“Aku butuh bukti untuk menyelamatkan Zio! Dan aku butuh tahu siapa Rhea sebenarnya! Kamu bilang dia hilang karena kesalahanmu! Tapi Kak Aksa bilang kamu yang jadi kurban!”

Daren bersandar di kursinya, menghela napas panjang.

“Kamu tahu, di sekolah elit ini, bukan hanya rasa bersalah yang diturunkan. Tapi juga nama. Aku tahu kamu marah padaku. Aku pantas menerimanya. Aku memang menghapus jejak. Aku selalu menghapus jejak.”

“Kalau begitu, kenapa kamu nggak menghapus jejak Aksa? Kenapa kamu biarin jurnalnya ada di tas aku? Kenapa kamu kasih aku amplop itu?” Reina memaksanya.

Daren tersenyum pahit. “Karena Aksa tahu. Dia tahu bahwa jika aku terlalu bersih, lantai itu akan menjadi terlalu lapar. Aksa butuh aku menyimpan sedikit petunjuk, agar lantai itu tidak menyeretku kembali.”

Reina memutar mata. “Aku nggak percaya kamu lagi. Kamu yang mengendalikan semua ini. Kamu mengendalikan sistem.”

Daren menatap Reina lurus-lurus. “Aku akui aku mengendalikan sebagian besar sistem lama. Itu tugas Ketua OSIS. Tapi, aku bukan satu-satunya D.K. di sekolah ini.”

Reina mengerutkan dahi. “Apa maksudmu? Daren Kurniawan?”

Daren menunjuk ke papan pengumuman. Di sana, tertempel daftar alumni yang berprestasi. Sebuah foto lama, hitam putih, dari upacara wisuda tahun 1960-an.

Reina mendekat. Foto itu menampilkan seorang pria tua yang tersenyum lebar. Dibawahnya, tertera nama: Darma Kurniawan.

Daren berkata, suaranya kini kembali datar, “Kakekku yang mendirikan sekolah ini. Dan dia adalah Kepala Sekolah pertama, dengan obsesi pada ‘kesempurnaan’ siswanya. Dia yang membuat ide tentang Lantai Tujuh.”

Reina menoleh kembali ke Daren.

“Dia juga seorang D.K., Reina. Dan dia yang menciptakan sistem tersembunyi itu. Dan anehnya, file log utamanya masih terikat pada nama admin pertama. Aku hanya bisa mengendalikan sub-log-nya.”

“Kamu bohong,” kata Reina, nadanya penuh keraguan.

Daren menggeleng. “Lantai Tujuh bukan cuma permainan waktu, Reina. Ini adalah permainan garis keturunan. Dan kamu tahu apa yang paling gila dari Lantai Tujuh?”

Daren mencondongkan tubuh, tatapannya menusuk ke kedalaman mata Reina.

“Terkadang, sistem itu mengendalikan dirinya sendiri. Ia memilih administrator. Administrator yang paling bersalah. Dan sekarang, dia memilih kamu. Karena kamu yang membawa Zio ke sana.”

Reina mundur selangkah. Daren, kakeknya, Aksa... semua terikat oleh Lantai Tujuh.

Siapa yang paling bersalah?

Reina sadar, ia tidak hanya membawa Zio ke dalam bahaya. Ia menyimpan satu rahasia lagi, rahasia kelam tentang kakaknya sendiri. Rahasia yang bahkan belum ia akui pada dirinya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!