Setelah orang tuanya bunuh diri akibat penipuan kejam Agate, pemimpin mafia, hidup siswi SMA dan atlet kendo, Akari Otsuki, hancur. Merasa keadilan tak mungkin, Akari bersumpah membalas dendam. Ia mengambil Katana ayahnya dan meninggalkan shinai-nya. Akari mulai memburu setiap mafia dan yakuza di kota, mengupas jaringan kejahatan selapis demi selapis, demi menemukan Agate. Dendam ini adalah bunga Higanbana yang mematikan, menariknya menjauh dari dirinya yang dulu dan menuju kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IΠD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Our Time
Beberapa hari kemudian, di tengah kesibukan persiapan operasi besar melawan Eric dan Haruna, Akihisa bersama Miku mendapatkan cuti yang telah mereka ajukan. Araya bersikeras agar mereka beristirahat total sebelum operasi penangkapan yang berisiko
Mereka menggunakan cuti itu untuk kencan di Taman Elysion, taman kota terbesar di Shirayuki yang terkenal dengan lanskapnya yang indah dan pohon-pohon rindang.
Akihisa dan Miku berjalan di sekitar taman, melewati air mancur dan hamparan bunga yang berwarna-warni. Mereka sengaja berbincang jauh dari masalah kantor kepolisian.
"Syukurlah kita jauh dari layar monitor dan berkas Dokter Kevin," ujar Miku, menghirup udara segar. "Aku hampir lupa bagaimana rasanya sinar matahari."
"Aku juga," jawab Akihisa, tersenyum. "Kau tahu, aku sempat berpikir kita harus membawa tongkat sapu bersamaku, berjaga-jaga jika ada bodyguard AgateX lagi yang muncul."
Miku tertawa, memukul lengan Akihisa pelan.
"Kau ini! Sudahlah, hari ini kita hanya Akihisa dan Miku. Bukan si Ahli Strategi dan si Hacker Brilian. Hari ini tentang dessert dan kucing!"
Keduanya menikmati momen ketenangan yang langka sebelum badai besar melanda.
Akihisa dan Miku melanjutkan perbincangan romantis mereka sambil berjalan perlahan di jalan setapak yang ditutupi oleh daun maple merah.
Akihisa, yang biasanya kaku dan fokus pada pekerjaan, tiba-tiba menjadi lebih sentimental. Ia menggenggam tangan Miku, menatapnya dengan lembut.
"Aku tahu hidup kita akhir-akhir ini hanya tentang AgateX dan balas dendam Akari," kata Akihisa, suaranya pelan. "Tapi aku ingin tahu, Miku... setelah semua ini selesai, setelah kita bisa bernapas lega..."
"Maukah kau berhenti hanya menjadi partner kerjaku?" tanyanya, sedikit tersipu.
Miku menghentikan langkahnya. Ia tersenyum, matanya memancarkan kehangatan yang sama dengan Akari saat melihat kucing.
"Apakah itu berarti kau akhirnya mau mengajukan cuti permanen untuk urusan pribadi?" goda Miku, tetapi matanya menunjukkan keseriusan.
"Aku ingin tahu, apa kau sudah memikirkan bagaimana masa depan kita? Apa kau ingin kita tetap di Shirayuki, atau pindah ke kota lain yang lebih tenang?" tanya Miku, mengalihkan fokus dari pertanyaan Akihisa, tetapi mendorongnya untuk membahas masa depan mereka bersama.
Akihisa tersenyum lega. Miku selalu tahu cara membuatnya nyaman.
"Shirayuki baik-baik saja, asalkan aku bisa bangun setiap pagi dan melihatmu di sampingku," jawab Akihisa. "Kita bisa memiliki cat cafe kita sendiri, jauh dari kantor Araya. Dan aku akan berhenti khawatir tentang hacker lain yang mencuri waktumu."
Mereka berdua tertawa, membiarkan harapan akan masa depan yang normal dan bahagia menghiasi kencan singkat mereka.
Miku tertawa geli mendengarkan ide kafe kucing Akihisa. Ia menyukai gagasan tentang masa depan yang santai.
"Itu ide bagus, Akihisa," ujar Miku. "Tapi tahu tidak apa yang akan lebih lucu?"
"Apa?" tanya Akihisa.
"Kita mengajak Araya bekerja di Cat Cafe milik kita di masa depan," kata Miku, matanya berbinar penuh kenakalan. "Dan aku ingin merasakan bagaimana jika Araya menjadi bawahan kita!" ucap mereka sambil bercanda.
Miku membayangkan Araya mengenakan celemek berenda, mencoba berinteraksi dengan kucing sementara ekspresinya tetap serius dan profesional.
"Aku akan menyuruhnya membersihkan nampan kotoran kucing, dan memanggilnya, 'Hei, Detektif Araya, tolong buatkan latteku!'" Miku tertawa terbahak-bahak.
Namun Akihisa berpikir itu hal yang mustahil, mengingat dominasi dan posisi Araya yang selalu berada di puncak.
"Itu tidak akan pernah terjadi, Miku. Araya akan memberi kita semua ceramah tentang efisiensi operasional kafe dan menyuruh kita menulis laporan harian tentang suhu susu," kata Akihisa, sambil terkekeh.
Mereka berdua menikmati fantasi lucu itu, menggunakan humor untuk meredakan tekanan yang mereka hadapi dalam hidup nyata.