Setelah dikhianti oleh pria yang dicintainya, Vani tidak ingin lagi jatuh cinta, tetapi takdir justru mempertemukan Vani dengan Arjuna.
Seorang CEO yang dikenal dengan rumor sebagai pria gay.
Karena suatu alasan, Vani setuju saat Juna melamarnya, karena berpikir Juna seoarang gay dan tidak mungkin menyentuhnya. Namun siapa sangka jika rumor tentang gay itu salah. Juna adalah sosok suami yang begitu memuja Vani.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cinta Halu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perlahan Menerima
Vani semalaman tidak bisa tidur karena merasa kesal memikirkan sikap Arjuna padanya. Dia baru bisa memejamkan matanya setelah pukul tiga dini hari. Hal itu membuat Vani terlambat bangun dari tidurnya.
"Ya ampun, aku kesiangan!" ucap Vani saat melihat jam dinding di kamarnya
Vani dengan cepat bangkit berlari masuk ke dalam kamar mandi.
Setelah menyelesaikan ritual mandinya. Vani mulai bersiap untuk berangkat kek kantor.
"Astaga!! Saking kesalnya kenapa aku bisa melihat dia dimana-mana?" gumam Vani menggelengkan kepalanya saat melihat sosok pria yang semalaman membuatnya tidak bisa tidur sedang berkutat di dapur miliknya.
"Kamu sudah bangun? Kemarilah aku sudah menyiapkan sarapan untukmu!" ucap Arjuna menyadarkan Vani jika keberadaan Arjuna benar-benar nyata.
"Kenapa kamu bisa masuk kemari? Kenapa kamu sangat lancang?" tanya Vani kesal berkacak pinggang, dengan mata melotot menatap Arjuna yang justru tersenyum manis padanya.
"Kenapa aku tidak bisa? Ini apartement kekasihku, jelas aku bisa kapan saja datang," jawab Arjuna santai membuat Vani semakin merasa kesal mendengarnya.
"Aku rasa kamu tidak mungkin lupa jika masuk ke tempat orang tanpa izin dari pemiliknya itu perbuatan yang salah dan aku bisa melaporkan atas sikap lancangmu ini!" tegur Vani.
"Aku tahu aku salah, untuk itu aku minta maaf. Aku sudah menekan bel berulang kali, tetapi sama sekali tidak ada tanggapan. Aku merasa khawatir, karena itu aku memaksa masuk ke dalam. Maaf juga sudah merusak pintumu. Aku berani bersumpah, aku tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya ingin memastikan wanitaku baik-baik saja," ucap Juna jujur mengatakan apa yang sudah dia lakukan.
Vani menatap syok pada pintu apartemennya yang terlihat rusak akibat ulah Arjuna, tetapi mendengar penjelasan Arjuna membuat Vani tak bisa marah pada pria itu.
"Saat masuk ke dalam dan melihatmu masih tidur, aku tidak tega membangunkanmu. Mungkin kamu lelah, karena itu aku menyiapkan semua ini untukmu. Sekali lagi maaf," ucap Arjuna lagi melangkah menghampiri Vani, lalu menarik pelan tangan Vani kemudian mendorong pelan, mengarahkan Vani untuk duduk di kursi.
Jika ada orang di sana yang mendengar ucapan Juna, jelas mereka akan sangat terkejut, sebab tidak pernah ada orang yang dapat mendengar kata maaf dari Arjuna, pria yang terkenal dingin, arogant dan gay.
Vani masih saja menatap Arjuna. Terkadang Vani benar-benar merasa luluh akan sikap Arjuna, tapi Vani juga takut jika ada maksud dari semua perhatian Juna.
"Jangan melamun, kamu sudag hampir terlambat. Habiskan sarapanmu setelah itu aku akan mengantarmu pergi bekerja," ucap Arjuna terus saja mengatur Vani.
"Bagaimana denganmu?" tanya Vani canggung. "Kamu tidak bekerja?" sambungnya.
"Aku akan ke kantor setelah memastikan kamu tiba di kantor dengan aman. Sekarang berhenti bicara! Makanlah sendiri jika kamu tidak mau aku menyuapi mu dengan caraku."
Mendengar ancaman Arjuna, Vani dengan cepat melahap makanannya meski perasaannya berkecamuk tak jelas.
"Makanlah yang benar, aku tidak akan merebutnya." Arjuna mengelap sudut bibir Vani membuat Vani tersedak makanannya
"Uhukk... uhukk..."
Dengan cepat Vani meneguk habis air dalam gelas yang disodorkan Arjuna untuknya.
"Aku sudah selesai, tidak perlu mengantarku." Vani bangkit dan berlalu. Namun baru saja beberapa langkah, Vani kembali menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan Arjuna.
"Sayang, aku akan keluar kota untuk beberapa hari. Maaf aku memberitahumu secara tiba-tiba seperti ini. Ingat! Selama aku pergi jangan berani dekat dengan pria manapun, aku akan tetap mengawasimu meski aku jauh darimu," ucapnya selalu membuat Vani selalu menjadi lemah.
"Baiklah," jawab Vani pelan.
Arjuna tersenyum senang mendengar Vani untuk pertama kalinya tidak membantah ucapannya, hal itu membuat Arjuna merasa jika Vani perlahan mulai menerimanya, meski mungkin cara Arjuna mendekatinya salah.
"Keamanan di sini benar-benar sangat minim, karena itu aku memintamu pindah," rutuk Arjuna.
"Aku akan meminta orang membenarkan pintu dengan pintu yang keamanannya jauh lebih terjamin aman dan membersihkan semua ini, sekarang ayo aku antar ke kantor karena setelah itu aku harus pergi." Vani hanya diam saat Arjuna menggandeng tangannya keluar dari sana, padahal barusan dia sendiri yang mengatakan Juna tidak perlu mengantarnya.
Ada apa sebenarnya denganku? Batin Vani.