NovelToon NovelToon
Kebangkitan Zahira

Kebangkitan Zahira

Status: tamat
Genre:Wanita Karir / Pelakor jahat / Cinta Lansia / Tamat
Popularitas:284.8k
Nilai: 4.9
Nama Author: SOPYAN KAMALGrab

pernikahan selama 20 tahun ternyata hanya jadi persimpangan
hendro ternyata lebih memilih Ratna cinta masa lalunya
parahnya Ratna di dukung oleh rini ibu nya hendro serta angga dan anggi anak mereka ikut mendukung perceraian hendro dan Zahira
Zahira wanita cerdas banyak akal,
tapi dia taat sama suami
setelah lihat hendro selingkuh
maka hendro sudah menetapkan lawan yang salah
mari kita saksikan kebangkitan Zahira
dan kebangkrutan hendro

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SOPYAN KAMALGrab, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KZ 20

Di desa Zahira sedang ada konveksi yang memproduksi kain majun dan sedang membutuhkan tenaga kerja. Zaenab, adik Zahira, keberatan jika kakaknya bekerja di sana karena ada Romlah—perempuan yang sejak remaja dikenal tidak menyukai Zahira. Dulu, Romlah sangat mengincar Hendro, tetapi sayangnya Hendro justru memilih Zahira sebagai pendamping hidup. Sejak saat itu, Romlah menyimpan rasa iri dan permusuhan terhadap Zahira, meskipun bertahun-tahun telah berlalu.

"Tenang saja, kita ini sudah sama-sama tua. Mana mungkin masih seperti dulu, suka adu omongan apalagi sampai jambak-jambakan rambut," ucap Zahira sambil tersenyum.

"Si Romlah sekarang janda, Kak. Awalnya dia menikah dengan duda kaya, tapi ketahuan selingkuh dan akhirnya diceraikan. Tapi meskipun begitu, dia masih saja suka pamer di desa ini, Kak," ucap Zaenab, mengingatkan dengan nada setengah kesal.

"Sudahlah, jangan gibah. Nggak baik. Yang penting pekerjaannya halal," ucap Yusni menengahi dengan lembut.

"Ya sudah, aku cuma mengingatkan, Kak. Ingat ya, jangan mudah ditindas," ucap Zaenab dengan nada serius.

..

Sementara itu, Hendro membawa pulang Angga ke rumah. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30, tetapi mobil yang digunakan oleh Anggi belum juga kembali. Hendro terlihat gelisah, matanya sesekali melirik ke arah jalan depan rumah, berharap lampu mobil segera tampak dari kejauhan

"Habis kamu beres-beres, kamu ke rumah sakit gantikan Sinta jagain nenek," ucap Hendro.

"Sinta? Siapa itu?" tanya Angga heran.

"Sinta, pembantu yang baru Bapak pekerjakan kemarin," jawab Hendro singkat.

"Kalau sudah ada pembantu, kenapa aku yang harus ke rumah sakit? Aku capek, Badan pegal-pegal. Semalam aku sudah kerja keras," sahut Angga dengan nada kesal.

Rasanya Hendro ingin menampar anaknya itu seratus kali. Tapi ia menahan diri—ada hal yang lebih penting yang harus ia lakukan. Malam ini, ia akan mendapatkan banyak uang, dan itu jauh lebih berharga daripada meladeni sikap Kurang ajar Angga.

Kemudian Hendro masuk ke kamarnya. Ia menarik napas panjang. Kini, ia harus mulai menyesuaikan diri menjalani hidup tanpa Zahira. Dalam hati, ia mulai mengakui bahwa selama ini dirinya begitu bergantung pada Zahira—istri yang tak pernah ia hargai, hingga akhirnya memilih pergi.

Hendro perlahan membuka lemari, memilih pakaian terbaik yang ia miliki. Ingatannya melayang ke beberapa tahun lalu, saat ia memarahi Zahira karena memilihkan baju yang menurutnya norak. Saat itu, ia tak punya waktu untuk memilih pakaian sendiri, jadi terpaksa mengenakan pilihan Zahira. Namun, di acara tersebut, justru dirinya menjadi pusat perhatian. Baju yang ia kenakan dipuji karena perpaduan warnanya yang serasi dan sesuai dengan tema acara. Banyak orang mengaguminya—tapi ada satu pertanyaan yang membuatnya terdiam kala itu:

“Pak, istrinya ke mana? Kok nggak dibawa?”

Hendro kembali ke masa sekarang dan mulai mengenakan pakaiannya. Ia berdiri di depan cermin, merapikan kerah, lalu terdiam sejenak. Bayangan tentang Zahira muncul—wanita yang dulu selalu memastikan penampilannya rapi. Hendro menggeleng pelan, menahan gejolak di dada.

"Kamu harus kembali, Zahira," gumamnya lirih.

Hendro melangkah ke garasi mobil. Matanya langsung tertuju pada garasi satunya yang masih kosong. Hatinya dongkol. Anak gadisnya, dari pagi hingga malam, belum juga pulang. Tidak ada kabar, seolah tak punya tanggung jawab. Hendro menghela napas panjang, menahan amarah yang mulai memuncak.

"Apa memang seperti ini kehidupan anak-anakku?" gumam Hendro pelan.

Selama ini ia hanya fokus mencari uang. Urusan anak-anak selalu dianggap urusan Zahira—hal sepele yang tak perlu ia pikirkan. Tapi baru dua hari bercerai, Hendro mulai merasakan sendiri: mengurus anak ternyata benar-benar menguras hati dan pikiran. Bikin dongkol. Bikin lelah. Dan tak ada lagi tempat untuk lari.

Hendro masuk ke dalam mobil dan menyalakan mesin. Ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan sedang, sambil menatap lurus ke depan—pikirannya dipenuhi berbagai hal yang belum selesai.

"Kenapa hidupku terasa selelah ini?" gumam Hendro pelan, seolah bertanya pada dirinya sendiri.

Sampailah mereka di hotel yang telah disepakati—tempat yang dipilih dengan penuh perhitungan, jauh dari keramaian, tapi cukup aman untuk urusan yang akan dibicarakan.

"Pak, di sini nggak aman. Banyak petugas berkeliaran,"

bisik anak buah bos galian dengan nada waspada.

"Terus kita ke mana?" tanya Hendro, menahan rasa kesal.

"Kita pindah ke toko tanaman hias di seberang hotel, Pak. Lebih aman di sana," jawab anak buah itu cepat.

Saat Hendro hendak meninggalkan hotel, matanya tiba-tiba menangkap sosok yang tak asing di lobi. Ratna—berjalan sambil bergandengan tangan dengan seorang pria. Dadanya seketika terasa panas.

Cemburu menyeruak begitu saja, membakar pikirannya.

Kenapa Ratna selalu dekat dengan pria lain?

Sejak menikah, Ratna bahkan belum pernah benar-benar melayaninya sebagai istri. Tapi kini, tanpa rasa bersalah, ia justru terlihat mesra dengan lelaki lain di tempat umum. Hendro mengepalkan tangan, menahan amarah yang mulai mendidih di dalam dada.

"Ayo, Pak. Di sekitar sini katanya lagi ada operasi tangkap tangan. Jangan sampai kita dicurigai,"ucap anak buah dengan nada waspada.

Hendro akhirnya mengikuti anak buah bos galian keluar dari hotel, meski pikirannya sudah tak fokus lagi.

Ingin rasanya ia berbalik ke lobi dan melabrak Ratna di tempat. Tapi misi dari atasannya jauh lebih penting daripada sekadar melampiaskan amarah pada perempuan itu.

Dengan mobilnya, Hendro mengikuti arah yang ditunjukkan. Mereka tiba di sebuah toko tanaman hias yang tampak sepi. Anak buah itu langsung masuk ke rumah kecil di belakang toko, yang hampir tak terlihat karena tertutup rimbunnya tanaman gantung dan pot-pot besar.

Tak lama kemudian, ia keluar membawa beberapa karung pupuk organik. Salah satu karung dibuka sedikit—dari dalamnya tercium aroma kompos. Namun di balik tumpukan pupuk hitam itu, tampak lembaran uang yang telah dibungkus rapi dalam plastik hitam.

Penyamaran yang sempurna—bau menyengat dan tampilan kotor, siapa pun pasti malas memeriksanya.

"Ini uangnya, Pak," ucap anak buah bos galian sambil menunjuk karung.

"Oke, bagus," jawab Hendro singkat.

Anak buah itu segera mengangkat karung dan memasukkannya ke bagasi mobil Hendro. Setelah memastikan semuanya aman, ia kembali menghampiri Hendro dan menyerahkan sebuah kartu.

"Pak, kami sudah membooking kamar hotel. Kalau Bapak ingin menginap, silakan gunakan ini," ucapnya sopan.

Hendro menerima kartu itu tanpa ekspresi.

"Baik," balasnya dengan nada datar, lalu menyimpan kartu itu di saku jasnya. Tak ada ucapan terima kasih, tak ada senyum—wajahnya tetap dingin seperti biasa.

Hendro masuk ke dalam mobil dengan pikiran bercabang—antara melabrak Ratna atau segera mengamankan uang hasil gratifikasi.

Tapi amarahnya sudah memuncak. Ia memutuskan untuk melabrak Ratna. Dua hari terakhir, ia sudah dua kali memergoki perempuan itu berduaan dengan pria berbeda. Cemburu menggerogoti dadanya, bercampur dengan rasa muak dan kecewa.

Namun, sebelum ia sempat menyalakan mesin mobil, ponselnya berdering.

Nama di layar membuat Hendro terdiam sejenak—Hermawan, atasannya.

Ia tahu, panggilan ini tak bisa diabaikan.

"Gimana? Sudah beres?" tanya Hermawan di seberang telepon.

"Sudah, Pak," jawab Hendro singkat.

"Antarkan sekarang ke rumahku," perintah Hermawan tanpa basa-basi.

"Enggak, besok saja, Pak. Saya capek," elak Hendro. Sebenarnya bukan hanya lelah—ia juga ingin segera melabrak Ratna.

"Besok itu hari sial buatku. Malam ini justru yang paling pas," tegas Hermawan.

"Ya, Pak," Hendro menjawab singkat, menahan kesal.

Begitulah Hermawan—kalau urusan uang, selalu di barisan depan. Tapi kalau sudah menyangkut risiko atau bahaya, ia akan mendorong orang lain lebih dulu, termasuk Hendro.

Untungnya, Hermawan cukup loyal secara finansial. Kalau tidak, sudah sejak lama Hendro meninggalkan kerja sama kotor ini.

Saat Hendro mulai mendekati rumah Hermawan, jam sudah menunjukkan pukul satu dini hari. Dari kejauhan, ia melihat ada pemeriksaan kendaraan oleh beberapa polisi. Seketika wajahnya menegang, jantungnya berdetak lebih cepat. Tangan yang menggenggam setir terasa dingin.

"Sial... kenapa harus ada razia sekarang?" gumamnya pelan, penuh kecemasan.

1
Linda Suryati
kerennn. cerita nya ngak di panjang2in. cukup mereka berbahagia. suka sebel baca novel. trus di panjang2 in sampai ke anak cucu. sehingga cerita nya ngak lucu. semoga yg membaca mengambil hikmah nya. mencintai tampa pamrih tulus ikhlas. selalu berbuat baik.
Julidarwati
Zahira besarkn anak selingkuhan suaminya
Bunda Iwar
Luar biasa
Alif
bisa2nya ank kandungnya mau di jual
Alif
apa yg kau tanam itulah yg akan kau petik
Alif
klo otak kalian bs mikir psti gk percaya tp klo otak kalian dangkal tamat lah kalian kena jaring siluman rubah
Alif
sukma dan langit kyaknya anak kandung zahra yg di adopsi adit
Alif
oh bner klo bukan anak nya zahira lha wong modelnya dan kelakuanya kyk emak bpknya, ksian aj zahira telah di tipu
Alif
katanya di suruh bw Adit, apa aq gagal faham yaa
Alif
emang ibunya sudah mendiang ya, la yang di rmh itu siapa😇
Alif
itulah hasil didikanmu oke kaan..
Darma Taksiah
keren
Naning Naning
bener2 tamat thorrr..... ga ada bonchap nya
muthia
cm bs 😭😭😭😭😭😭😭😭
muthia
klau td cm g di sukai sama mertua sih di selingkuh u suami mungkin msh bs di tahan nah ini anak sendiri yg kaya gitu ya Allah sedih nya😭😭
Purnama Pasedu
cinta yg sejati,akan bertemu walau berliku
Maharani Rania
kaya nya anak kandung Zahira yg di buang
SOPYAN KAMALGrab: ka tolong kasih ulasannya ka...
total 1 replies
Sonya Nada Atika
ceritanya keren bgt.baru ini novel yg tak ku skip halaman nya...dr awal smp akhir
SOPYAN KAMALGrab: tolong kasih ulasan ka/Pray/
total 1 replies
Raden
keluarga tocix kecuali zahira
Earlyta a.s Salsabila
👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!