ayu jagat maheswari seorang gadis cantik berasal dari sebuah desa di Jawa Timur. kelahirannya ditandai dengan hal-hal yang mengerikan dan mencekam. hujan turis dengan sangat deras dan petir yang terus menggelegar ditambah bunyi longlongan anjing dan serigala semua makhluk halus dan dedemit di dunia gaib seakan menantikan kehadirannya. dia adalah ayu sang titisan ratu pantai selatan.
sejak kecil ayu sudah terlahir sebagai anak indigo. melihat makhlus halus, mengobati orang-orang yang terkena mistis bahkan ayu kadang bisa melihat masa lalu maupun masa depan seseorang. kemampuan ayu semakin bertambah seiring usianya ,diumur 15 tahun ayu kerap kali mengalami peristiwa aneh dan terjebak dalam berbagai masalah yang mengancam nyawanya. pertemuannya dengan sahabat masa kecilnya bernama hasan Baihaqi membawanya dalam sebuah ikatan dan perjanjian hati. keduanya harus berpisah saat ayah hasan harus pindah ke jakarta.
akankah ayu dapat bertemu dengan hasan kembali memenuhi janji keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ami Kusrini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11 ayu terluka
bruk.....
"Ayu..... , teriak umi dan mas Rizal."
Tubuh Ayu terkulai lemas dan saat umi menyentuh punggungnya Ayu berteriak,
akh.....
"Ayu,kamu kenapa?"
"Punggung Ayu sakit."
Karena terlalu khawatir tanpa sadar AKP. Rizal membuka baju belakang Ayu.
"Astagfirullah"
"Bu, sebaiknya kita bawa Ayu ke RS?"
"Jangan mas, telepon abi aja, suruh pulang luka Ayu ini karena cakar dari kuku genderuwo. Dokter ga akan bisa sembuhin."
"Tolong telepon abi aja!"
"Sini sandaran dibadan mas biar ga sakit."
"Kita bukan mukhrim mas."
" Sebentar umi pakaikan Ayu mukena dulu biar kalian ga bersentuhan. "
"Iya umi"
Tak lama umi datang membawa mukena dan langsung memakaikan ke Ayu. Ayu hanya menurut, saat ini tubuhnya terasa sakit. Kemudian tubuh Ayu disandarkan pada dada mas Rizal posisinya seperti Ayu memeluk. Segera umi menelepon abi dan menceritakan semuanya.
30 menit kemudian abi tiba dirumah bersama seluruh keluarga Kompol Agung. Saat masuk ke dalam rumah, Alwi melihat keduanya saling berpelukan, tanpa pikir panjang Alwi segera maju dan memisahkan keduanya kemudian memukul AKP. Rizal.
bugh.... bugh....
"Kurang ajar kamu berani menyentuh Ayu?"
"Alwi stop! jangan gegabah kamu, dengarkan dulu penjelasan dari mereka."
Umi dan AKP. Rizal kemudian menjelaskan semuanya.
"Maafin anak saya, AKP. Rizal."
"Siap ,tidak apa-apa Komandan, ini hanya salah paham."
"Abi.., panggil Ayu."
"iya nak"
"Dingin"
"Nak Rizal, bapak minta tolong gendong Ayu dan pindahkan ke kamarnya. Bapak harus segera menyiapkan obat, luka Ayu harus segera diobati jika tidak racunnya bisa menyebar. Ini darurat tidak apa-apa,Ayu juga pakai mukena jadi kalian tidak akan bersentuhan."
"Biar Alwi saja."
"Tidak perlu,biar nak Rizal saja."
AKP. Rizal segera menggendong Ayu ala koala karena luka di punggung Ayu yang sangat parah.
"Maaf dek, abang izin gendong ya? klo sakit tolong kasih tau abang."
Ayu hanya mengangguk, dengan sangat hati-hati dan perlahan AKP. Rizal menggendong Ayu dan membawanya masuk ke dalam kamar. Diturunkannya Ayu perlahan tanpa menyentuh punggungnya. Ayu ditidurkan dengan posisi menyamping. Tak lama abi dan umi datang dengan membawa obat dan segelas air yang didalamnya terdapat kertas bertuliskan Arab.
"Maaf nak Rizal, tolong ke luar sebentar, saya mau membuka baju Ayu dan mengobatinya."
"Iya pak"
Setelah AKP. Rizal keluar, umi segera merobek baju Ayu menggunakan gunting, kemudian abi menempelkan ramuan obatnya sambil terus membacakan ayat-ayat suci Al- quran.
"Nak minum dulu airnya."
Ayu minum secara perlahan dibantu umi.
"Biar obatnya meresap dulu ya umi, baru Ayu dipakaikan selimut, tidak usah pake baju dulu."
"iya abi"
"Abi akan keluar menemui mereka dulu, umi disini temenin aja ayu."
Umi hanya mengangguk. Saat pintu kamar Ayu terbuka ,semua orang segera berdiri dan bertanya tentang keadaan Ayu.
"Bagaimana keadaan nak Ayu, Pak?"
"Huft.... lukanya lumayan dalam, mungkin butuh waktu beberapa hari baru bisa sembuh, tolong bantu do'a untuk kesembuhan Ayu."
" Saya atas nama keluarga minta maaf karena menolong kami nak Ayu jadi terluka seperti sekarang."
"Tidak apa-apa pak Agung, sudah resiko Ayu terluka karena menolong orang, saya memakluminya."
"Boleh kami lihat Ayu?"
"Klo untuk ibu boleh masuk, tapi untuk laki-laki maaf, untuk saat ini tidak boleh karena Ayu sedang tidak mengenakan baju, saya baru saja mengobati lukanya masih butuh waktu 1 jam buat obatnya meresap sempurna."
"Baik pak, kami sangat mengerti. jika begitu biar istri saya saja yang masuk dan melihat keadaan Ayu."
"Klo gitu bunda lihat Ayu dulu."
"Iya bun"
Bunda Alwi masuk ke dalam kamar Ayu setelah sebelumnya mengetuk pintu dan meminta izin. Bunda Alwi sungguh kaget saat melihat luka di punggung Ayu lebar dan panjang seperti luka cakaran karena bintang buas, namun yang membedakan lukanya berwarna hitam dan membusuk tercium bau tak sedap dari luka tersebut.
"Maaf bu, saya izin keluar dulu. "
"Silahkan bu"
Karena tidak kuat dengan baunya bunda Alwi segera keluar kamar.
"Bagaimana bunda keadaan Ayu?"
"Huft mengerikan yah, lukanya lebar dan panjang seperti cakaran binatang buas. Luka itu berwarna hitam dan membusuk juga keluar bau yang ga enak banget."
"Astagfirullah"
"Maaf pak,apa kami harus membawa Ayu ke RS?"
"Tidak perlu pak, InsyaAllah atas izin Allah, luka itu nanti akan mengering sendiri. Bapak, ibu dan semuanya tidak perlu khawatir, sejak kecil Ayu sudah sering mengalami hal semacam ini."
"Tapi, tadi Ayu menggigil kedinginan saya jadi khawatir."
"Ga apa-apa bu,nanti kami akan mengompresnya. malam ini kami berdua akan bergantian menjaga Ayu."
"Klo begitu saya dan keluarga pamit pulang dulu, insyaallah besok kami akan datang kesini lagi. Kamu ga pulang AKP. Rizal?"
"Siap tidak Komandan, saya akan berjaga disini menjaga Ayu. Takut umi dan abi membutuhkan sesuatu."
"Ok saya tugaskan kamu 3 hari untuk berjaga disini. Kamu tidak perlu ke kantor, klo ada apa-apa segera hubungi saya! "
"Siap Komandan, terimakasih."
"Pah, Alwi juga mau ikut berjaga disini."
"Ga perlu nak cukup AKP. Rizal saja, ayo kita pulang."