Nazeera, seorang wanita cantik dan pintar, hidup dalam kesendirian setelah di khianati dan tinggalkan oleh suaminya. Namun, kehidupannya berubah drastis setelah di pertemukan dengan pria tampan yang merupakan seorang Presdir sebuah perusahaan besar.
Devan, yang selalu memprioritaskan perusahaan nya di desak untuk segera menikah oleh ibu nya mengingat dengan usianya yang sudah hampir menginjak kepala tiga. Akhirnya ia memutuskan untuk menikahi Nazeera dan menjadikannya sebagai istri rahasia yang di sembunyikan dari publik.
Namun walau begitu, tetap saja Intan menjodohkan Devan dengan banyak wanita lain karena tidak pernah setuju dengan pernikahannya bersama Zeera.
Lalu bagaimana dengan Zeera? akankan ia bertahan pada pernikahan ke-dua nya? atau justru memilih untuk meninggalkan Devan karena selalu di benci oleh ibu mertuanya?
Yuk simak ceritanya . . .
jangan lupa untuk selalu tinggalkan jejak berupa like, komen dan gift ya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon chiechi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
"Dimana pak Riko?" Tanya Aldi yang baru saja kembali.
"Dia gak disini." Sahut Zeera sambil bersiap untuk live nya.
"Bukannya tadi..."
"Oh itu, dia hanya mampir sebentar. Orang sibuk sepertinya mana punya waktu luang untuk bersantai-santai."
Aldi mengangguk-anggukkan kepalanya, ia menaruh paper bag yang di bawanya di atas meja.
"Apa itu?" Tanya Zeera yng sudah duduk di meja nya.
"Dari pak Devan untuk mu." Aldi segera memindahkan paper bag tersebut ke meja Zeera.
Wanita itu segera mengambil nya dan mengeluarkan sebuah kotak yang terdapat di dalam paper bag tersebut. Zeera membuka kotak itu yang ternyata berisi sebuah gaun cantik yang di pesan Devan secara khusus dari seorang desainer terkenal.
Zeera memicingkan matanya melihat ke arah Aldi membuat pria itu meringis seraya menggaruk tengkuk nya.
"Jangan-jangan kamu juga bilang kalau aku ketemu Ragil dan Fani?"
"Sesuai perintah pak Devan, aku harus memberitahu nya apapun yang nona lakukan." Sahut Aldi sedikit membungkuk.
Zeera mendesis pelan, bertolak belakang disaat bersama dengan Ragil, sepertinya kali ini ia mendapatkan suami yang posesif terhadapnya walau tidak secara terang-terangan.
*
Plaaakk!
Seorang gadis tertoleh kesamping setelah ditampar oleh ayah nya sendiri. Fani memegang pipi nya yang terasa panas akibat tamparan keras Eric.
"Beraninya kau mengusik pak Devan!" Bentak Eric membuat Fani tersentak.
Gadis itu melebarkan matanya seraya menatap sang ayah yang sudah begitu emosi.
"Papa salah paham, aku gak pernah mengusik ataupun menyinggung Devan."
Plaaakk!!
Tamparan itu kembali dilakukan oleh Eric, "masih berani kamu mengelak!"
"Om Eric, sabar om. Ada apa ini?" Ragil segera melindungi Fani dari amukan ayah nya.
"Beraninya kau mengusik seorang Devanka, sengaja kau ingin membuat papa bangkrut, hah?!" Bentak Eric kembali sambil berkacak pinggang.
Benar, setelah mengusik Zeera kemarin di sebuah butik, hari ini Devan telah melakukan sesuatu pada keluarga Santoso mengenai bisnis nya yang di ambang kehancuran.
Bagi Devan, menghancurkan satu perusahaan sangatlah mudah. Hanya dengan mengjentikan jari ia bisa langsung membuat siapa saja yang berani mengusiknya jatuh miskin.
Namun, kali ini Devan tidak langsung menghancurkan keluarga Santoso begitu saja. Ia masih memberikan kesempatan untuk mereka meneruskan bisnisnya.
Zeera yang baru saja selesai live, membuka sebuah berita dalam laptopnya yang dimana mengenai kabar tentang group Santoso yang berada di ujung tanduk.
Zeera tersenyum melihat itu, "emang dasar suka bertindak sesuka nya." Gumam Zeera yang sudah menduga jika itu pasti perbuatan Devan.
Sementara disisi lain, Ragil terus berusaha untuk memindahkan semua aset keluarga Santoso untuk di kuasainya. Kali ini ia sedang berdiskusi dengan Eric mengenai bagaimana cara untuk memulihkan perusahaan yang sudah di ujung tanduk itu.
Langkah pertama, Ragil sudah berhasil masuk kedalam keluarga itu dengan cara menikahi Fani, hanya tinggal langkah kedua bagaimanapun caranya ia harus bisa mengambil alih semua itu dan menjadikan atas namanya.
*
Sebuah mobil mewah terparkir di depan toko Zeera, terlihat seorang pria tampan yang turun dari mobil itu bersama dengan Dito.
"Kamu ngapain kesini?" Tanya Zeera ketika melihat Devan menghampirinya.
"Kau lihat? Istri ku sungguh begitu kejam, bahkan dia tidak memperbolehkan suaminya untuk datang kesini." Ucap Devan melihat Dito.
Sementara dengan Aldi yang sudah berada disana hanya bisa cekikikan melihat Devan yang akhirnya bucin juga pada seorang wanita.
"Bukan begitu, hanya saja bagaimana jika orang-orang melihat kamu disini?"
"Aku akan bilang pada mereka kalau aku sedang membelikan istriku kecantikan." Sahut Devan mengedipkan sebelah matanya.
Zeera mendecih pelan, entah salah minum obat atau apa yang jelas hari ini sikap pria itu sangatlah berbeda. Bahkan Aldi dan Dito yang sudah cukup lama bekerja dengan nya pun, baru kali ini mereka melihat sosok Devan yang seperti itu.
"Ayo pulang! biar dia yang mengurus semuanya." Ucap Devan melirik Aldi.
Pria itu tersenyum, "pak Devan benar, serahkan semua yang ada disini padaku." Kata Aldi yang sepertinya cukup tertekan.
"Nanti aku beri kamu bonus dua kali lipat." Ucap Zeera.
"Siap nona! Kau emang yang terbaik." Sahut Aldi memberikan finger love pada Zeera.
"Mau ku patahkan jari mu, hm?" Devan melotot ke arah asisten nya itu hingga membuat nyali nya menciut.
Sesampainya di rumah, Devan melangkah lebih dulu. Ia membuka jas nya serta melonggarkan dasinya.
"Kau yang melakukan itu?" Tanya Zeera berhasil menghentikan langkah Devan.
Pria itu kembali melangkah menuju meja dapur dan menuangkan segelas air disana. "Kenapa? Kau tidak merasa puas? Ahh ... Seharusnya langsung aja aku buat mereka bangkrut." Jawab Devan kemudian meneguk minumnya.
Zeera tersenyum yang kemudian menghampiri Devan, pria itu kembali menuangkan air di gelas lain dan di berikan nya pada sang istri.
Zeera bersandar disana sambil meneguk minum yang di berikan oleh suaminya, "atas dasar apa kau melakukan itu?" Tanya nya melihat Devan sekilas.
"Karena mereka sudah berani menganggu wanita ku."
"Wanita mu? Siapa yang kau sebut wanita mu?"
"Nazeera Zevania Grizellyn." Ucap Devan menatap wanita di depannya.
Zeera mendecih pelan seraya tersenyum, ia melipat kedua tangan di dadanya dan balas menatap Devan.
"Jika kau menganggap ku seperti itu, tuntaskan dendam ku sama mereka."
"Bukan hal yang sulit, kau ingin membalaskan mereka dengan cara seperti apa, hm?"
"Akan ku pikirkan nanti." Sahut Zeera yang kemudian melangkah pergi menuju kamarnya.
Malam hari, Devan duduk di ruang kerjanya menatapi sebuah laptop yang menyala di depannya. Ditemani segelas wine untuk melepaskan rasa penat nya.
Tok tok tok . . .
"Masuk!"
Zeera mendorong pintu nya perlahan dan menampakkan kepalanya disana.
"Kenapa mengintip seperti itu?"
Wanita itu meringis kecil yang kemudian melangkah masuk kedalam. Matanya melihat ke sekeliling ruangan itu yang begitu tertata rapi, bersih dan juga wangi.
"Ada apa?" Tanya Devan dengan suara lembut.
"Kamu punya kenalan seorang investor?"
Devan mengangguk, "untuk apa kau mencari seorang investor? apa uang yang aku kasih untuk mu masih kurang?"
"Bukan, ini menyangkut keluarga Santoso. Ku dengar, Ragil sedang mencari investor untuk mengendalikan perusahaan nya."
"Oke, aku mengerti."
"Aku bahkan belum menyelesaikan ucapan ku."
"Tanpa kau selesaikan, aku mengerti maksud mu. Sekarang kau hanya perlu duduk manis dan tunggu mereka mengemis, oke?" Ucap Devan tersenyum penuh kehangatan.
Zeera mengangguk pelan dengan agak gugup. Baru kali ini rasanya ia di ratu-kan oleh seorang pria walau Zeera masih belum tau Devan mencintainya dengan tulus atau tidak.
"Kalau gitu, a-aku kembali ke kamar dulu."
"Masalah aku mempekerjakan Celine di perusahaan itu bohong. Kau tidak perlu cemas dengan hal itu." Ucap Devan berhasil menghentikan langkah Zeera sejenak.
Kedua sudut bibir Zeera terangkat ke atas membentuk senyuman yang cukup lebar. Ia pun kembali melanjutkan langkah nya tanpa menoleh.
***
TBC. . .