Embun tak pernah menyangka bahwa kejutan makan malam romantis yang dipersembahkan oleh sang suami di malam pertama pernikahan, akan menjadi kejutan paling menyakitkan sepanjang hidupnya.
Di restoran mewah nan romantis itu, Aby mengutarakan keinginannya untuk bercerai sekaligus mengenalkan kekasih lamanya.
"Aku terpaksa menerima permintaan ayah menggantikan Kak Galang menikahi kamu demi menjaga nama baik keluarga." -Aby
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 : PERGI ....
Embun akan melangkah keluar dari ruangan itu. Namun, secepat kilat Aby menarik pergelangan tangannya. Membenamkan wanita itu di pelukannya. Aby dapat merasakan pukulan demi pukulan menghujam dadanya. Meskipun tangan Embun terasa begitu lemah.
"Aku minta maaf. Aku tahu aku salah. Aku janji akan memperbaiki semua," bujuk Aby. Tangannya bergerak mengusap punggung dan rambut.
"Aku nggak mau! Aku mau pulang ke rumah mama. Nggak mau tinggal di sini lagi."
Meskipun Embun berucap dengan tersendat-sendat karena menahan tangis, namun Aby dapat memahami dengan jelas apa yang diucapkan istrinya.
"Kita bicara dulu berdua, Mbun." Aby masih berusaha membujuk. Meskipun Embun terus menunjukkan penolakan.
"Aku nggak mau dengar apa-apa dari kamu atau mereka. Aku mau pulang." Dengan sisa tenaga yang dimilikinya, Embun mendorong Aby hingga mundur beberapa langkah.
Tanpa memerdulikan rasa sakit di tubuhnya, Embun meninggalkan ruangan itu dengan berderai air mata.
Aby menyusul di belakang mengikuti langkah Embun yang terseok menuju pintu, sambil sesekali membujuk. Namun, tak sedikitpun Embun luluh. Rasa sakit yang bersarang di hatinya tak tertahan lagi.
Begitu melihat sebuah taksi melintas di depan gerbang, ia segera memanggil. Embun naik ke mobil tanpa memerdulikan Aby.
"Aby, cepat kamu susul Embun! Bujuk dia baik-baik!" pinta bunda yang kini berdiri di teras bersama ayah.
Aby hanya menyahut dengan anggukan kepala, lalu mengeluarkan kunci mobil dari saku celana.
.
.
.
Sementara itu, di tempat lain ....
Langkah Dewa terlihat gontai saat memasuki rumah. Suram di wajahnya tak terbantahkan. Bahkan saat mengucapkan salam, suaranya terdengar nyaris tak bertenaga. Ia lantas menuju dapur. Sang ibunda yang sedang menyiapkan makan malam menyambut putra bungsunya dengan sumringah. Namun, Dewa masih saja murung.
Gelagat tak biasa itu membuat seorang pria paruh baya yang duduk di meja makan menatap dengan kerutan di kening. Koran di tangannya ia lipat.
"Kamu kenapa pulang liburan malah lemas begitu?" tanya pria paruh baya itu.
"Liburannya apes, Yah!" jawab Dewa, memilih duduk di hadapan sang ayah, lalu meneguk air mineral dingin yang diambilnya dari lemari pendingin. Berharap sejuknya air dapat menyejukkan hatinya yang terasa panas.
"Kok apes?"
"Iyalah, apes! Si Dewa 'kan lagi jatuh cinta." Suara yang tiba-tiba menyela itu membuat Dewa menghela napas panjang.
"Mulai lagi!" Dewa melotot tajam, namun kakaknya itu hanya terkekeh.
"Hah, serius?" Sang Ayah yang notabene adalah seorang dokter obgyn itu membelalak. Sebab setahunya, Dewa belum pernah dekat dengan gadis manapun. "Kalau cuma jatuh cinta, kenapa kamu dibilang apes sama kakak kamu?"
Ia menatap kedua putranya bergantian. Sementara yang ditatap tidak memberi jawaban.
"Bang, memang adek kamu jatuh cinta sama siapa sampai kamu bilang apes?" tanya pria paruh baya itu, seraya meraih pisang bakar madu yang sejak dulu menjadi kesukaannya.
"Dewa jatuh cintanya sama istri orang, Yah," jawab sang kakak dengan sangat frontal.
Seketika sang ayah membelalak mendengar ucapan putranya. Pisang bakar madu yang baru akan ia telan seperti tersangkut di tenggorokan.
"Serius kamu, Dewa? Jangan macam-macam kamu!" ujarnya seraya mengusap dada.
"Lihat kan, ayah sampai tersedak begini dengar kelakuan kamu, Wa," cibir sang kakak.
"Udah, nggak usah dibahas!" Dewa menyela. Bibirnya mengerucut, dan wajahnya menekuk. Ia lalu melirik seorang wanita yang tengah membantu bundanya memasak. "Bik, boleh minta tolong buatin kopi hitam? Nggak pakai gula."
"Siap, Den!" jawab wanita itu. Kurang dari dua menit, kopi hitam favorit Dewa sudah tersedia di hadapannya. Ia menyeruput dengan perlahan-lahan.
"Yakin, kamu, Bang? Jangan sembarangan nuduh," tanya sang ayah ingin memastikan sekali lagi.
"Yakin. Informasinya valid, kok."
Dewa tak begitu menanggapi obrolan ayah dan kakaknya. Ia memilih menikmati kopi hitamnya.
"Valid dari mana?"
"Dewa sendiri yang ngaku waktu itu. Katanya perempuan yang dia suka nikah sama laki-laki lain," jawab sang Abang santai. "Tapi percuma, Yah. Dewa itu nggak ada bakat jadi pebinor."
Mendadak kopi hitam yang baru akan diteguk Dewa seperti tersangkut di tenggorokan, sehingga menyembur keluar. Dewa harus menepuk dadanya yang terasa penuh sesak.
Sementara sang kakak langsung menepuk pundak adiknya. "Kamu seharusnya contoh ayah sama bunda kalau cari pasangan. Biar bahagia sampai tua. Iya kan, Yah?"
Pria paruh baya itu hanya mengangguk pelan.
"Ngomong-ngomong, ayah sama bunda nikahnya gimana sih?" Pertanyaan putranya itu membuat sang ayah terdiam.
"Dasar anak durjana, kamu!"
Tanpa menjawab, ia beranjak menuju wastafel dan membasuh tangannya dengan air.
Ini sudah puluhan tahun, apes di meja makan kok nggak hilang-hilang.
"Bunda, besok meja makannya ganti aja sama lesehan!"
...***...
Ada yang bisa tebak Dewa anaknya tokoh novel mana??? 😅
.
.
.
Yup, dia adalah anak bungsu dari Dokter Allanlicious yang selalu apes di meja makan. Kepoin yuk. Kisahnya sudah tamat, jadi teman-teman bisa maraton 🤗🤗🤗🤗
JUDUL : BUKAN SALAHKU MEREBUT ISTRIMU
Judul memang serem. Tapi percayalah ceritanya tidak seseram judul, karena Dokter Allan akan membuat kita ngakak dengan kelakuannya.
benar knp hrs nunggu 6 bln klo hrs cerai lebih baik skrng sama saja mlh buang2 wkt dan energi, bersyukur Embun ga oon🤭