Lareyna adalah istri yang semena-mena pada suaminya karena selama ini dia mengira suaminya menikahinya hanya karena bisnis.
Sebuah kesalahpahaman terjadi antara mereka hingga hubungan mereka semakin jauh padahal sudah berlangsung selama tiga tahun.
Hingga sebuah insiden terjadi, Ayden menyelamatkannya dan menukar nyawanya demi keselamatan Lareyna. Di ujung kebersamaan mereka Lareyna baru tahu kalau Ayden selama ini mencintainya.
Dia menyesal karena sudah mengabaikan Ayden, andai ada kesempatan kedua dia ingin memperbaiki semuanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vicka Villya Ramadhani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Selera yang berubah
"Biarkan di pergi, dia harus segera ke rumah sakit untuk menemani Nyonya Emma," ucap Ayden.
Misca bernapas lega lalu dia keluar dan melempar senyuman seringai pada Lareyna. Ayden tidak begitu fokus dan tidak melihat seperti apa Lareyna dan Misca saling bertatapan sengit.
Di depan ruangan Ayden, Misca segera mengusap wajahnya. Rasanya begitu sakit tetapi dia harus totalitas. Dia bahkan rela membayar seseorang untuk memukulinya demi bisa mendapatkan kesempatan menjatuhkan Lareyna.
"Dia hanya seorang putri dari keluarga kaya yang bodoh!" ucap Misca lalu dia pergi karena harus berjaga di rumah sakit.
Di dalam ruangan itu Lareyna menanti Ayden memberi penjelasan padanya. Dia tidak suka saat Ayden melepaskan Misca begitu saja. Lareyna jadi menduga-duga mungkinkah di kehidupan ini Ayden memilih Misca dan tidak ingin menjadi pria bodoh lagi yang mencintainya tanpa syarat hingga sekarat?
"Turun Lareyna. Aku harus bekerja," ucap Ayden.
Lareyna menggeleng. Dia makin erat mengalungkan kedua tangannya di leher Ayden. Kepalanya juga dia sandarkan di dada Ayden. Kini dia bisa menghidu betapa manisnya aroma tubuh suaminya ini.
Melihat sikap Lareyna ini bohong jika Ayden tidak senang, dia sudah pusing memikirkan surat perjanjian cerai yang dengan emosi ditandatanganinya itu lalu dia menyesal setelahnya karena begitu gegabah.
"Aku nggak mau turun. Jika kamu ingin bekerja maka bekerjalah. Aku nggak ganggu kamu kok," ucap Lareyna.
"Tapi kamu bikin aku sesak. Kamu nggak bisa bertanggung jawab untuk yang satu itu, Reyna," ucap Ayden dengan suara berat.
Lareyna tersenyum. Dia tahu apa yang dimaksud Ayden karena sejak tadi dia merasakannya. Namun dia enggan turun dari pangkuan Ayden. Dia ingin menunjukkan jika perasaannya saat ini hanya untuknya saja, dia sudah meninggalkan Morgan hanya untuk Ayden.
"Lagi pula kenapa kamu tadi menyuruh Misca pergi. Aku belum tahu kenapa dia sampai terluka seperti itu," ucap Lareyna yang kembali mengajukan protes.
Padahal Lareyna sangat ingin melihat bagaimana Misca melancarkan aksinya, tetapi Ayden justru melepasnya.
"Aku melepaskannya karena kamu."
"Aku?"
Ayden berdeham. Lareyna bergerak dan itu kembali membuat Ayden tersiksa. Dia pun langsung menarik leher Lareyna dan memposisikan wajah mereka saling berhadapan.
"Kenapa kamu terus membuatku nggak tenang? Turun dan duduklah di manapun yang kamu inginkan asalkan jangan di pangkuanku. Aku harus bekerja karena jika aku nggak kerja aku nggak bisa mendapatkan gaji untuk menghidupimu," ucap Ayden.
Jarak wajah mereka hanya lebih dari lima centimeter. Hidung keduanya bahkan hampir bertemu dan ketika Ayden bicara, mereka hampir berciuman. Ingin sekali Lareyna menempelkan bibirnya untuk membungkam Ayden tetapi dia malu.
Ayden mengambil jarak, menjauhkan wajahnya dari wajah cantik Lareyna yang sedari tadi terus menggodanya.
"Aku nggak melakukan apapun pada Misca. Aku juga sudah putus dengan Morgan. Kalau kamu nggak percaya juga denganku maka ayo kita pergi ke kantor pengacara dan kita temui tuan Kaito. Aku akan menyobek surat perjanjian itu. Aku bersungguh-sungguh, Ayden."
"Misca selalu berkata jujur karena anak-anak panti selalu dididik untuk berterus terang dan tidak diizinkan untuk berbohong, Reyna."
Bergegas Lareyna turun dari pangkuan Ayden. Ucapan suaminya ini jelas sekali menerangkan jika dia lebih mempercayai ucapan Misca dibandingkan mendengarkan penjelasannya.
Bisa Ayden lihat tatapan kesal Lareyna, tetapi itu lebih baik dibandingkan Lareyna yang terus duduk di pangkuannya dan membuatnya gerah.
"Aku nggak melakukan apapun pada Misca. Aku nggak sejahat itu. Aku memang nggak sengaja menabraknya saat berlari di kampus. Tapi aku nggak sampai setega itu padanya," ucap tegas Lareyna.
"Tetapi kamu sangat tega padaku. Sudahlah Lareyna, aku nggak ada waktu untuk menemanimu bermain seperti ini. Kembalilah pada dirimu yang dulu, kamu nggak perlu menyiksa diri dengan berpura-pura. Aku akan memaklumi jika kamu nggak akan pernah mencintaiku. Satu tahun, bukan? Itu terlalu lama untukmu yang harus tersiksa karena hidup bersama seseorang yang kamu nggak suka. Bagiamana kalau disingkat saja, enam bulan?"
Mata Lareyna melotot. "Ayden!"
Ayden tersenyum kecut lalu dia memilih menyibukkan diri dengan memeriksa pekerjaan yang tadi tertunda.
Tidak terima, Lareyna pun kembali mendekat dan melempar berkas yang sedang dipegang oleh Ayden itu dengan sembarangan.
"Lareyna, apa yang kamu lakukan?"
Napas Lareyna memburu, dia menatap Ayden dengan tajam lalu dia tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Dia tahu dia akan membutuhkan perjuangan yang berdarah-darah untuk mendapatkan Ayden, dia rela melakukan itu tetapi tidak dengan cara Ayden memandang masalahnya bersama Misca.
Dia juga tidak menyangka Ayden akan mempersingkat waktu mereka bersama. Dia mulai berpikir apakah Ayden pun tahu jika mereka kembali mengulang waktu? Tetapi walau demikian tetap saja Lareyna saat ini sakit hati dengan keputusan Ayden itu.
Sekali lagi Lareyna menatap Ayden yang tampak menahan kekesalan padanya. Lareyna tahu dia sudah keterlaluan tetapi kali ini Ayden berhasil melukai egonya, dan mengapa di kelahiran kedua ini Ayden berubah menjadi sosok yang sangat menyebalkan?
"Aku tahu kamu mungkin nggak percaya sama aku tetapi biar aku membuktikannya padamu. Kamu ingin aku melakukan apa?"
"Keluar, pulang dan jangan menggangguku."
Mata Lareyna terbelalak, dia tidak menyangka Ayden akan mengusirnya seperti ini. Mata Lareyna berkaca-kaca, dia kehilangan kata-katanya. Bayangan masa lalu tentang dia yang suka membentak Ayden, mengatainya yang bukan-bukan bahkan selalu melontarkan kalimat menyakitkan itu kini dia rasakan.
Semakin sesak dada Lareyna, dia pun memilih pergi. Tak apa hari ini gagal mendapatkan hati Ayden, masih ada banyak waktu. Dia akan bersabar.
Tanpa berkata apapun Lareyna pun mengambil langkah menjauh. Dia baru menoleh ketika berada di depan pintu.
"Aku nggak tahu apa kue kesukaanmu makanya aku memilih kue yang aku sukai karena kupikir kamu menyukai semua yang aku sukai. Mungkin sekarang aku salah, seleramu mungkin sudah berubah. Kalau kamu nggak suka kamu bisa berikan kuenya pada pengemis di jalan."
Lareyna mengusap air mata yang tiba-tiba lolos tanpa dia izinkan lalu dia menarik gagang pintu, keluar dari ruangan Ayden.