Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Jadilah suami tegas...!
Flash back dua jam lalu
Pagi- pagi Viviana menelpon sang mama karena merasa pusing dan mual.
"Hallo Vi..." ucap nyonya Merry.
"Mah... Hik..hik..." Viviana menangis.
"Lho... Kenapa sayang... Kok kamu nangis...? Ada apa...? Cerita sama mama...?" nyonya Merry khawatir.
"Kepala Vivi sakit mah... Perut Vivi juga... Rasanya mual dan ingin muntah..." jawab Viviana.
"Tolongin Vivi mah, Vivi nggak kuat... hik..hik..."
"Lho, memangnya Rico di mana...?" tanya nyonya Merry.
Lalu Viviana menceritakan pada sang mama jika Rico sedang pulang ke rumahnya. Viviana juga memberitahu sang mama kalau sebenarnya tadi malam Rico ingin menemaninya di apartemen, namun Sofia marah dan meminta Rico untuk segera pulang. Rico pun meninggalkan Viviana sendirian dalam keadaan sakit.
Mendengar cerita Viviana nyonya Merry pun emosi. Nyonya Merry pun segera memberi tahu Satria dan segera pergi ke apartemen Viviana. Sampai di apartemen, Satria dan nyonya Merry pun kaget melihat Viviana pingsan di kamarnya dan segera membawanya ke rumah sakit.
Sesampainya di rumah sakit, Viviana langsung ditangani oleh dokter di ruang IGD. Satria dan nyonya Merry menunggu dengan cemas di luar ruang IGD.
Tak lama kemudian seorang dokter perempuan keluar dari ruang IGD menemui Satria dan Nyonya Merry.
"Dok, bagaimana keadaan adik saya...?" tanya Satria.
"Iya dok, putri saya sakit apa...?'' sambung nyonya Merry.
Dokter perempuan itu pun tersenyum. Lalu dia menjelaskan pada Satria dan nyonya Merry kalau Viviana tidak sakit melainkan dia sedang mengandung.
"Apa dok, putri saya mengandung...?" nyonya Merry terlihat senang.
"Benar bu, usia kandungannya sudah delapan minggu. Tapi karena nona Viviana badannya cukup lemah, sebaikanya untuk beberapa hari ke depan dia harus dirawat..." sahut dokter.
"Baik dok..." jawab nyonya Rica.
Viviana lalu dipindahkan ke ruang perawatan di kelas VVIP. Nyonya Merry lalu mengabari Rico bahwa Viviana dirawat. Setelah itu nyonya Merry dan Satria menemui Viviana di kamar rawat.
Viviana lalu membuka matanya. Melihat sang kakak dan mamanya ada di sampingnya, Viviana pun tersenyum.
"Mah... Kak..." ucap Viviana.
"Kamu sudah bangun sayang..." sahut nyonya Merry sambil mengusap kepala Viviana.
"Gimana , kepala kamu masih pusing...? Masih mual nggak...?" tanya nyonya Merry.
"Sedikit mah..." jawab Viviana.
"Sayang, kok kamu nggak kasih tahu mamah dari kemarin kalau kamu nggak enak badan...?" tanya nyonya Merry.
"Nggak mah, soalnya Vivi kira mas Rico mau nemenin Vivi, nggak tahunya tadi malam, kak Sofia marah- marah sama mas Rico karena mas Rico nemenin Vivi...hik..hik..." jawab Viviana sambil menangis.
"Dia ngancam mas Rico mau gugat cerai jika mas Rico segera pulang. Karena mas Rico takut, akhirnya mas Rico pun pulang mah... Hik..hik..."
"Mah, memang salah ya, kalau Vivi minta ditemenin mas Rico saat jadwalnya mas Rico nemenin kak Sofia...? Kan Vivi lagi sakit mah, kalau Vivi nggak sakit Vivi juga nggak akan minta ditemenin sama mas Rico, karena Vivi ngerti sekarang giliran mas Rico tidur sama kak Sofia...hik..hik.." sambung Viviana.
"Tidak sayang kamu Tidak salah. Dasar si Sofia aja tuh yang tidak punya perasaan. Harusnya kan dia ngerti kalau kamu lagi sakit. .." nyonya Merry menyalahkan Sofia.
"Sat, kamu bilangin tuh sama Rico, jadi suami yang adil dong. Masa istri lagi sakit ditinggal sendirian tidak diurusi. Coba kalau tadi pagi Vivi tidak kasih tahu mama kalau dia sakit, mama tidak tahu bagaimana nasibnya sekarang. Mungkin dia masih pingsan di apartemennya..." ucap nyonya Merry.
"Mah, jangan salahkan mas Rico, dia nggak salah, mas Rico hanya takut saja kalau kak Sofia gugat cerai dia..." sahut Viviana.
"Halah dasar Riconya saja yang takut sama istri. Cuma diancam mau dicerai saja sudah ketakutan begitu sampai mengabaikan kamu. Cemen sekali dia..."jawab nyonya Merry.
Satria menghela nafas panjang, dia tahu hal seperti ini pasti bakal terjadi dalam rumah tangga Viviana.
"Mah, memangnya kata dokter, Vivi sakit apa sih...?" tanya Viviana.
Nyonya Merry tersenyum pada Viviana.
"Vivi nggak sakit..." jawab nyonya Merry.
"Nggak sakit...? Tapi kenapa Vivi pusing dan mual- mual...?" tanya Viviana.
"Iya, itu karena Vivi hamil sayang, sebentar lagi Vivi akan jadi seorang ibu... Selamat ya sayang..." jawab nyonya Merry terlihat bahagia.
"A... Apa mah... Vivi hamil...?" Viviana kaget dan langsung duduk.
"Eh hati- hati sayang, kalau mau bangun pelan- pelan..." ucap nyonya Merry.
"Iya sayang, di perut kamu ada calon bayi. Bayi kamu sama Rico. Akhirnya sebentar lagi mama bisa menggendong cucu..." nyonya Merry mengusap perut Viviana.
"Ta...tapi mah...."
"Kenapa sayang... Kok kami seperti tidak senang mendengar berita kehamilan kamu...?" tanya nyonya Merry.
"Bukan nggak senang Mah, tapi kenapa Vivi bisa hamil secepat ini...? Kan Vivi baru dua bulan menikah, Vivi masih ingin berduaan dulu sama mas Rico mah..." sahut Viviana.
Iya, tentu saja Viviana tidak akan pernah menyangka kalau dia bakalan hamil secepat ini. Dalam pikiran Viviana belum pernah terlintas untuk hamil dan punya anak. Dia merasa masih butuh waktu banyak untuk berduaan saja dengan Rico. Karena menurutnya dia masih muda dan masih ingin bersenang- senang menikmati mas mudanya.
Tapi hari ini dia harus dikejutkan dengan kabar bahwa dirinya sedang berbadan dua, tentu saja Viviana meras syok.
"Lho sayang... Hamil itu rejeki lho. Kamu harus bersyukur bisa cepat hamil. Itu artinya kamu dipercaya untuk menjadi seorang ibu. Lihat tuh Sofia, sudah menikah enam tahun tapi dia belum hamil juga. Itu artinya dia tidak dipercaya menjadi ibu..." sahut nyonya Merry.
Viviana pun terdiam mendengar ucapan sang mama.
"Sayang, kamu jangan khawatir, jadi ibu menyenangkan lho..." ucap nyonya Merry.
"Tapi mah, Vivi takut..."
"Apa yang kamu takutkan sayang...?" tanya nyonya Merry.
"Takut mas Rico tidak punya waktu banyak buat Vivi. Kata teman Vivi yang sudah pernah hamil, orang hamil itu sensitif, dia maunya ditemenin dan dimanja terus sama suami. Sedangkan suami Vivi kan harus nemenin kak Sofia juga. Nanti kalau kak Sofia marah dan nggak ngebolehin mas Rico nemenin Vivi gimana...?" tanya Vivi.
"Nggak lah sayang, Rico pasti akan mengerti dan akan meluangkan waktu lebih banyak buat kamu..." jawab nyonya Rika.
"Tapi buktinya kemarin, kak Sofia marah- marah, karena mas Rico nemenin Vivi yang lagi sakit..."
"Kamu jangan khawatir sayang, nanti biar mama yang ngomong sama Sofia agar dia paham dengan kondisi kamu yang lebih membutuhkan Rico ada disampingmu..." sahut nyonya Rica.
FLASH BACK SELESAI
🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓🐓
Rico dengan perasaan yang dipenuhi kekhawatiran, mengendarai mobilnya membelah jalanan raya menuju ke rumah sakit tempat di mana Viviana dirawat.
Rico begitu mencemaskan Viviana yang tadi pagi ditemukan pingsan di apartemen. Rico pun merasa bersalah karena tadi malam dia tidak menemani Viviana. Rico merasa jadi laki- laki pengecut, bisa- bisanya dia takut dengan ancaman Sofia yang akan menceraikannya jika dia tidak pulang.
Rico benar- benar menyesal atas sikapnya kemarin yang tidak bisa tegas terhadap Sofia, padahal dia tahu betul Viviana sedang sakit dan membutuhkannya ada di sampingnya. Dalam hati Rico pun menyalahkan Sofia. Kalau saja bukan karena dia yang egois dan bisa mengerti kondisi Viviana pasti ini semua tidak akan terjadi.
Lima belas menit kemudian mobil Rico memasuki kawasan rumah sakit di mana Viviana dirawat. Setelah memarkirkan mobilnya, Rico segera naik ke lantai tiga, menuju ruang rawat Viviana.
Begitu Rico masuk ke ruang rawat Viviana, Rico langsung mendapat tatapan tajam dari Satria. Sedangkan Viviana begitu bahagia sang suami sudah datang menemuinya.
Satria bangun dari duduknya, lalu menghampiri Rico.
"Kamu bisa nggak sih jaga istri kamu...! Kamu kan tahu dia sedang sakit, kenapa kamu meninggalkannya sendirian, dasar bodoh...!" Satria menarik krah Rico.
"Ma...maaf..." ucap Rico.
"Kak... Jangan marah sama mas Rico, mas Rico nggak salah...hik..hik..." Viviana menangis.
Mendengar rengekan sang adik, Satria lalu melepaskan tangannya dari krah Rico.
"Kalau sampai kejadian ini terulang lagi, kamu akan tahu akibatnya...!" ucap Satria lalu dia keluar dari kamar rawat Viviana.
Setelah kepergian Satria, Rico menghelan nafas panjang, kemudian dia menghampiri Viviana dan sang mertua.
"Baby... Maafin aku ya, ini salahku, harusnya aku menemani kamu tadi malam..." ucap Rico dengan penuh rasa bersalah.
"Nggak papa baby, kamu jangan menyalahkan diri sendiri..." Viviana menangkup kedua pipi Rico.
"Bagaimana keadaan kamu sekarang, baby...?" tanya Rico sambil mengusap kepala Viviana.
"Vivi baik- baik saja..." jawab Viviana sambil tersenyum, walaupun terlihat jelas wajahnya masih sedikit pucat.
"Rico, mulai sekarang kamu jagain Vivi, kamu tidak boleh meninggalkan dia sendirian. Mama tidak mau ya, kejadian kemarin terulang lagi. Untung saja mama sama Satria datang ke apartemen tepat waktu, kalau tidak, entah apa yang terjadi dengan Viviana..." ucap nyonya Merry dengan sedikit ketus.
"Iya Mah, Saya minta maaf. Saya salah..." jawab Rico.
"Mah, mas Rico nggak salah, mas Rico tidak bisa menemani Vivi karena kak Sofia minta ditemeni juga mah..." lagi- lagi Viviana membela Rico.
"Lagian kok Sofia egois banget sih Rico. Memangnya kamu tidak memberitahu Sofia kalau Vivi sedang sakit dan kamu harus menemaninya...?" tanya nyonya Merry.
"Sudah Mah, tapi Sofia memaksa saya harus pulang..." jawab Rico.
"Kamu sama Sofia sama saja Rico. Kamu sebagai suami tidak bisa bersikap tegas sama Sofia. Sofia juga keras kepala dan tidak punya perasaan...." sahut nyonya Merry.
"Kamu jangan mengalah terus dong sama Sofia. Kalau dia sudah keterlaluan, kamu berhak bersikap tegas padanya...." sambung nyonya Merry.
"Iya Mah, lain kali saya akan bersikap tegas sama Sofia..." jawab Rico.
"Nah, gitu dong... " sahut nyonya Merry.
Nyonya Merry lalu memberitahu Rico bahwa Viviana sedang mengandung. Dia berpesan pada Rico untuk lebih memperhatikan dan menjaga Viviana. Apalagi kondisi Viviana sekarang sedang lemah.
Mendengar istri mudanya sedang mengandung, Rico kaget sekaligus merasa gembira. Iya, ternyata apa yang dia inginkan selama ini telah menjadi kenyataan. Selama enam tahun menikah dengan Sofia, Rico begitu mendambakan seorang anak.
Namun sekarang baru dua bulan menikah dengan Viviana, dia langsung mengandung. Rico pun berjanji akan menjaga Viviana dengan baik dan akan selalu ada saat dia dibutuhkan. Dia tidak mau terjadi hal buruk lagi yang menimpa istri mudanya itu.
Rico pun langsung menghubungi sang mama yaitu ibu Irma dan mengabarkan padanya jika Viviana hamil.Reaksi bu Irma saat mendengar Viviana hamil pun sama dengan reaksi Rico. Dia kaget sekaligus bahagia. Bahkan bu Irma sampai mencubit pipinya sendiri untuk memastikan bahwa ini bukan lah mimpi.
Iya, semua orang tersenyum bahagia mendengar Viviana mengandung. Namun tidak dengan Viviana. Di dalam hatinya dipenuhi dengan banyak kekhawatiran. Iya, terus terang Viviana belum menginginkan anak. Dia belum siap menjadi seorang ibu.
Namun dia tidak bisa berkata- kata , karena orang- orang di sekelilingnya merasa bahagian atas kehamilannya.
🐓🐓🐓🐓🐓
Keesokan harinya setelah selesai sarapan bu Irama pergi ke rumah sakit menjenguk Viviana. Saking tidak sabarnya ingin bertemu dengan menantu yang sebentar lagi akan memberinya cucu, bu Irma sampai tidak sempat pamit pada Sofia kalau dia akan pergi ke rumah sakit.
"Bi, mama ke mana...?" tanya Sofia begitu dia turun ke lantai bawah.
"Nyonya kan pergi ke rumah sakit nengokin nona Viviana, memangnya nyonya nggak pamitan sama nona Sofia...?" sahut bi Iyam.
"Nggak bi..."
"Jadi Viviana dirawat di rumah sakit bi...?" tanya Sofia.
"Iya Non, kata nyonya, nona Viviana kemarin pingsan di apartemen..." jawab bi Iyam.
"Oh..." sahut Sofia.
Sofia menghela nafas panjang. Pantas saja tadi malam Rico tidak pulang ke rumah. Ternyata Viviana dirawat. Rico juga tidak menelpon Sofia dari tadi malam.
"Ting tong..." terdengar suara bel pintu.
Bi Iyam lalu berjalan ke arah ruang tamu hendak membuka pintu.
"Bi... Biar saya saja yang membuka pintu, bibi lanjutkan saja kerjaan di dapur..." ucap Sofia.
"Oh iya, Non..."
Sofia lalu membuka pintu untuk melihat siapa tamu yang datang pagi- pagi begini. Begitu pintu terbuka, Sofia dibuat kaget melihat seseorang yang sudah berdiri di depan pintu sambil menatap Sofia dengan tatapan dingin.
"Pp..pak Satria..." ucap Sofia.
"Maaf saya mengganggu pagi- pagi begini..." ucap Satria.
"S..silahkan masuk..." ucap Sofia.
Satria lalu masuk dan duduk di sofa ruang tamu.
"Ada perlu apa ya, pak Satria pagi- pagi datang ke sini...? Apa ada perlu dengan mas Rico...? Tapi mas Rico tidak ada di rumah. Dia sedang bersama istri mudanya..." ucap Sofia.
"Tidak, saya tidak ada perlu dengan Rico. Tapi saya ada perlu dengan anda..." jawab Satria.
"Ada apa...?" tanya Sofia sambil menatap wajah Satria.
"Anda tahu kan, sekarang suami anda bukan hanya milik anda, tapi dia juga milik Viviana, adik saya...?" tanya Satria.
"Iya saya tahu, karena adik anda sudah masuk ke dalam rumah tangga saya, dan mengambil apa yang sudah menjadi milik saja..." jawab Sofia.
Satria tertawa sinis mendengar jawaban Sofia.
"Bukannya kebalik ya...? Bukannya suami anda yang terlebih dulu masuk ke dalam kehidupan adik saya, dan suami anda juga yang sudah merusak masa depan adik saya. Saya tidak tahu apa yang sudah dilakukan oleh suami anda sehingga adik saya tergila- gila pada suami anda..." ucap Satria sambil tersenyum miring pada Sofia.
"Saya benar- benar tidak habis pikir, seorang laki- laki yang sudah beristri bisa- bisanya menggoda gadis muda dan merusak masa depannya..." sambung Satria.
Kali ini giliran Sofia yang tertawa mendengar ucapan Satria. Satria menatap tajam kearah Sofia karena merasa diejak oleh perempuan cantik di hadapannya.
"Pak Satria, kenapa pak Satria hanya menyalahkan suami saya...? Kalau suami saya benar telah menggoda adik anda, kenapa adik anda mau digoda...? Kalau adik anda perempuan baik- baik ,pasti dia tidak akan mau digoda oleh laki- laki apa lagi laki- laki itu suami orang...'' sahut Sofia.
"Dan anehnya adik anda mau saja dinikahi oleh suami orang. Dan kalian mendukungnya. Saya tidak menyangka seorang putri dari keluarga Wardhana yang terhormat, ternyata masih saja mau mengambil milik orang lain..." sambung Sofia.
"Saya pikir, putri dari keluarga Wardhana hidupnya serba kecukupan dalam segala hal. Tapi nyatanya dia masih saja doyan barang bekas. Memangnya adik anda tidak laku ya...? Tidak ada laki- laki single yang doyan sama dia, sampai- sampai dia harus merebut suami orang untuk dia nikahi...?" tanya Sofia sambil tersenyum mengejak pada Satria.
"Jaga bicara anda nona Sofia... Berani sekali anda menghina putri dari keluarga Wardhana..." ucap Satria sambil menatap taj pada Sofia.
Bersambung....
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...