Aurora, merupakan gadis cantik yang berusia 21th, dia dijual oleh Ayah kandungnya sendiri untuk menutupi kerugian perusahaanya, akibat hasutan dari ibu dan anak tirinya.
Kevin Alexander, Ceo tampan dan kaya raya, rela membayar Mahal Aurora dari Ayahnya karena ingin memilikinya.
Kevin mengikat Aurora dengan pernikahan tanpa cinta dan sebagai pelampiasan nafsunya saja.
Akankah Aurora bisa lepas dari jerat Ceo bastard itu atau justru mencintainya?
Yuk simak kelanjutan ceritanya......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11
Kevin baru saja pulang dari kantornya, Aurora dan juga beberapa pelayan yang sudah berjajar rapih menyambut kepulangan tuannya itu.
Aurora menghampiri Kevin, dan mencium punggung tangan suaminya itu kemudian mengambil alih tas kerjanya. Kevin tertegun dengan apa yang di lakukan sang istri.
"Tuan, mau makan malam terlebih dahulu atau mau mandi dulu" tanya Aurora.
"Saya mau makan terlebih dahulu, setelah itu saya baru akan mandi" jawab Kevin datar.
"Baik tuan, saya akan menyiapkan makan malam terlebih dahulu" ucap Aurora, sambil memberi isyarat kepada pelayan untuk menyiapkan meja makan.
Ketika Aurora berbalik untuk menuju ke dapur, matanya sempat bertemu dengan tatapan pelayan yang terkesan khawatir. Aurora mengangguk pelan, memberi mereka semangat tanpa kata. Kediaman yang mewah ini seringkali terasa seperti panggung teater; setiap orang memainkan perannya dengan hati-hati.
Kevin mengikuti Aurora dengan langkah gontai. Dia melepas dasinya dengan gerakan lambat, pikirannya terlihat melayang jauh. Meski baru pulang, beban kerja tampaknya masih melekat di bahunya. Di ruang makan, cahaya lilin menyinari meja yang telah tertata rapi, menciptakan atmosfer yang hangat.
Aurora menyajikan hidangan dengan tangan yang terampil, tak lama Bi Sri datang menghampiri Aurora.
"Biar bibi bantu non" tawar bi Sri.
"Tidak usah bi, biar Rora kerjakan sendiri aja. Lebih baik bibi istirahat" tolak Aurora yang merasa kasihan dengan perempuan tua itu.
"Tapi Non" ucapan Bi Sri terpotong oleh Kevin.
"Istirahatlah bi, biar dia yang melakukannya sendiri" ucap Kevin seraya melepas jas dan juga dasinya.
Bi Sri pun akhirnya menuruti ucapan tuannya, Ia beranjak pergi meninggalkan area dapur, meninggalkan sepasang suami istri itu.
Kevin menarik kursi kosong, lalu mendudukkan tubuhnya, dia menyandarkan tubuhnya disandaran kursi sambil melihat Aurora yang sedang sibuk memanaskan masakannya.
Setelah selesai Aurora meletakkan makanan tersebut di atas meja makan.
Aurora mengambil piring dan mengisinya dengan nasi dan juga lauk, tak lupa dia juga menuangkan air putih kedalam gelas milik Kevin.
"Kamu tidak makan" tanya Kevin ketika melihat sang istri hanya berdiri melihat dia makan.
"Tidak tuan, tadi saya sudah makan" jawab Aurora.
"Kalau begitu, duduklah, temani saya makan" pinta Kevin, ida merasa kasihan melihat istrinya hanya berdiri.
Aura menganggukkan kepalanya, kemudian dia duduk di samping Kevin.
Kevin mulai menyantap makanannya, Sementara Aurora hanya diam saja tidak berani mengeluarkan suaranya. Sebab, suaminya itu tidak suka mendengar orang lain berbicara ketika sedang makan.
Aurora hanya nunduk sambil meremas telapak tangannya, ia ingin mengatakan sesuatu namun dia merasa takut.
"Kamu kenapa" tanya Axel yang memperhatikan gelagat istrinya.
"Emmm" lidah Vio terasa kelu untuk mengutarakan keinginannya.
"Bicaralah, jangan seperti orang gagu" ucap Axel.
"Tuan, bolehkah saya melanjutkan kuliah saya? Saya jugan ingin bekerja" ucap Aurora sambil menundukkan kepalanya tidak berani melihat ke arah Kevin.
"Kalau sedang berbicara alangkah baiknya tatap lawan bicaramu" tegur Kevin.
Perlahan Aurora mengangkat wajahnya, memberanikan diri menatap ke arah suaminya.
"Lakukan apa yang kau mau, tapi ketika saya butuh kamu harus ada" tegas Kevin.
"Terima kasih, tuan" balas Aurora dan tersenyum dengan manik berbinar menatap Kevin.
Setidaknya Aurora tidak di kurung di sangkar emas milik Kevin, dia masih diperbolehkan aktifitas di luar rumah.
Aurora akan mencari pekerjaan, ia takut nanti ketika Kevin membuangnya, ia tidak lagi kesusahan untuk bertahan hidup.
Aurora tidak perduli dengan keluarganya, terlebih Ayahnya. Bagi Aurora menikah dengan Kevin sudah membuktikan bakti dia kepada ayahnya.
"Siapkan air, saya akan mandi" titah Kevin sambil beranjak dari tempat duduknya.
Dia berjalan menaiki tangga menuju ke kamar pribadinya yang berada di lantai dua. Setelah membereskan piring kotor bekas Kevin makan, Aurora pun bergegas menyusul Kevin ke kamar.
Ceklek....
Aurora membuka pintu kamar. ia masuk kedalam kamarnya, dan melangkah menuju ke kamar mandi. Aurora mengisi bak mandi dengan air hangat, lalu memasukan sedikit sabun dan juga aromatherapy kesukaan Kevin.
"Sudah tuan" ucap Aurora.
Kevin bangkit dari ranjangnya kemudian melepas kemeja dan juga celana panjangnya. kini hanya tersisa boxer ketat yang menempel di tubuhnya.
Aurora menghela nafas pendek, memunguti kemeja dan juga celana Axel yang berserakan dilantai. Wajahnya terlihat malu-malu melihat tubuh naked Kevin, padahal sudah beberapa kali dia meihatnya dan bahkan sudah merasakannya.
"Kenapa kamu menunduk? Bukankah tadi siang kamu sudah melihatnya bahkan kamu sudah merasakannya" goda Kevin sambil melangkah mendekati Aurora. Axel mekungkung tubuh Aurora ke dinding.
Wajah Aurora langsung pias, jantungnya berdetak lebih cepat seperti orang yang baru saja lari marathon.
"Temani saya mandi, sepertinya mandi malam sendirian akan membuat badanku terasa dingin" bisik Kevin di telinga Auroar, sambil meniup telinganya.
Membuat Aurora memejamkan matanya, tubuhnya merinding akibat hembusan nafas suaminya yang mengenai kulitnya.
"Tapi saya sudah mandi tuan" tolak Aurora halus.
"Saya tidak mau tahu, kamu harus temani saya mandi, atau nanti perusahaan orang tuamu akan saya hancurkan" ancam Axel.
Aurora menggelengkan kepalanya, meskipun dia membenci ayahnya, tetapi dia tidak tega melihat ayahnya kesusahan. "Baik tuan" putus Aurora. Dia tahu ucapan Kevin bukan omong kosong belaka, dia bisa melakukan apa saja yang dia mau.
Kevin berjalan memasuki kamar mandi, di ikuti Aurora di belakangnya.
Kevin berbalik menghadap ke arah Aurora, satu persatu dia melepas kancing piyama yang di kenakan oleh istrinya.
Setelah terlepas semua Kevin pun membuang baju Aurora ke sembarang arah, Hingga kini sang istri hanya memakai bra dan celana dalamnya saja.
Aurora yang malu menutupi dadanya dengan kedua tangannya, Kevin hanya tersenyum melihat hal itu.
"Kenapa kamu tutupi? apa kamu lupa, aku sudah melihat semuanya dan mencicipinya" Aurora malu mendengar ucapan vulgar suaminya.
"Sini masuk kedalam bak mandi" pinta Kevin sambil mengulurkan tangan ke Aurora.
Aurora pun menerima uluran tangan itu, dia masuk kedalam bathup, dan duduk di depan Kevin di antara kedua paha pria itu.
Kevin melingkarkan tangannya di perut Aurora, dia menarik tubuh Aurora ke belakang hingga menempel pada dada bidang Kevin.
"Singkirkan tanganmu dari dadamu" pinta Kevin sambil menyandarkan dagunya di bahu Aurora, sementara tangannya meraba raba perut rata wanita itu.
"Kenapa kamu merasa malu kepada suamimu sendiri, bukankah kita sudah melakukannya" ucap Kevin sambil menjilati leher putih istrinya.
"Kamu saja yang tak punya malu tuan" ucap Aurora tidak berani mengucapkan langsung di hadapan Kevin, dia hanya berani mengatakannya di dalam hati.
Tangan Kevin mulai merayap menyusuri punggung mulus Aurora. Dengan sekali gerakan pengait bra itu pun lepas. Dada Aurora menyembul, keluar dari bungkusnya.
Kedua tangan Kevin mulai bergerak meremas kedua daging kenyal milik istrinya. Sedangkan lidah Kevin terus menjilati telinga Aurora.
Membuat wanita menggeliat karena rasa geli yang di berikan Kevin pada telinganya.
"Emmmm" gumam Aurora.
Tangan kiri Kevin mulai merambat turun ke bawah, dan menyentuh kain segitiga yang di kenakan Aurora.
sabar dikit lagi ketika Kevin menyadari perasaannya padamu semua akan baik baik saja..