Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.
Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?
Ikuti kisahnya dalam
PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06
Keesokan harinya, berita tentang perubahan diri Reina begitu cepat menyebar, hingga sampai juga di telinga Starla.
“Jadi kau ingin merubah dirimu menjadi Cinderella…?” tanya Starla dengan menggebrak meja Reina.
Reina dengan tenang menatap ke arah Starla. Tanpa sepatah kata pun terucap, selain tatapannya yang dingin dan datar.
Starla tertegun, kenapa tak ada lagi raut ketakutan di wajah itu. Dan… kenapa dia merasa kecantikan Reina bertambah berkali lipat? Tapi Starla berusaha menguasai dirinya, untuk tidak sampai terlihat jika dia sedang terpesona. Darahnya semakin mendidih melihat perubahan itu. Sejak kemarin dia mendengarnya, tapi seakan tak percaya, semua yang dia dengar dianggap angin lalu.
“Huh… apa dengan tampang itu kau pikir bisa membuat Sena terpesona padamu?? Mimpi?!” Reina masih diam, tak ingin menjawab ocehan Starla. Dan itu membuat Starla semakin geram.
“Setan jalang…! Kau sedang mencoba memancing emosiku, ha?!” Tangan Starla terayun hendak menggampar pipi Reina, tapi dengan sigap Reina menangkapnya. Reina bangkit dari duduknya, dengan tangan Starla masih dalam cekalannya.
“Jangan pernah mencoba untuk berbuat lebih padaku lagi!” ucap Reina dengan mendekatkan wajahnya di telinga Starla. “Sayangilah tanganmu yang indah ini, karena kalau tidak…” Reina menjeda ucapannya. “Maka aku pun tak akan sungkan untuk mematahkannya!” lanjut Reina, lalu menghempaskan tangan itu setelah memelintirnya hingga Starla terhuyung.
Merasa tidak terima, Starla bangkit, dan dia kembali maju untuk memberi pelajaran pada Reina. Reina tidak tinggal diam; dia menangkap tangan Starla, tapi kemudian menarik lalu melepaskannya, hingga justru tubuh Reina sendirilah yang terjengkang ke belakang.
“Aduh… sakit Kak, ampun…!” rintih Reina.
Starla tertegun; dia belum melakukan apa pun, bagaimana bisa Reina terjatuh?
“Reina…!” Sena datang dengan berlari.
“Starla… apa yang kau lakukan?!” bentak Sena.
“A-a-aku, Aku ti…”
Plak…
Ucapan Starla terputus karena tamparan Sena yang mendarat di pipinya.
Starla memegangi pipinya yang terasa kebas. Kepalanya menggeleng lemah, tak percaya Sena berani melakukan itu padanya. Starla menatap Reina dengan benci, saat terlihat olehnya Reina yang tersenyum puas. Ternyata ini jebakan! Bagaimana bisa dia tak tahu jika Sena ada di belakangnya?
“Dasar rubah licik…!” Starla hendak menarik rambut Reina, tetapi terhadang oleh Sena yang sigap menepisnya.
“Kau jangan semakin keterlaluan, Starla…!” bentak Sena, melindungi Reina di balik punggungnya.
“Apa salah saya, Kak? Hiks… hiks…!” Reina merintih pilu di balik punggung Sena. Tetapi wajahnya terulur, melongok mengintip Starla yang sedang menatapnya geram. Reina menjulurkan lidahnya, dan itu membuat Starla semakin dibakar amarah.
“Kau jangan bodoh, Sena! Dia itu rubah yang licik, dia hanya berpura-pura kesakitan. Aku bahkan tidak melakukan apa pun padanya. Lihat, dia mengejekku!” teriak Starla.
“Hiks… hiks…” Reina menangis sambil mencengkeram erat pinggang Sena. Sena merasakan tubuh reina yang bergetar, seolah gadis itu sedang benar-benar ketakutan.
“Cukup, Starla! Jangan melampaui batas, dan pergilah ke kelasmu sendiri!” hardik Sena. Starla benar-benar geram dengan Sena.
"Sena, kau harus mendengarku. Dia itu cuma pura-pura. Aku bahkan tidak melakukan apapun padanya." Starla berusaha membuat Sena tersadar dari tipuan Reina.
"Sudah cukup. Aku sangat tahu apa yang selama ini Kamu lakukan pada Reina. Jadi jangan membual yang akan membuatku tertawa!"
Starla merasa sangat geram karena Sena tak mempercayainya sedikitpun. Tampaknya mulai sekarang dia tak bisa menganggap remeh si cewek miskin itu. “Kau akan menyesal telah tidak mempercayaiku, Sena!” ucap Starla, kedua tangannya terkepal erat, kemudian meninggalkan kelas Reina diikuti oleh anggota gengnya.
Reina melepaskan cengkeramannya dari pinggang Sena setelah Starla tak lagi terlihat.
“Terima kasih sudah menolongku, Kak!” ucap Reina, masih terisak. Air matanya masih bercucuran.
“Apa yang sakit?” tanya Sena, begitu perhatian. “Tunggu… kau memotong rambutmu?!” tanya Sena yang baru menyadari ada yang lain dari diri Reina.
“Aku memotongnya dengan gunting kain punya Ibu. Apa ini terlihat jelek, Kak?” Reina menundukkan wajahnya. “Aku tidak punya uang untuk selalu pergi ke salon seperti Kak Starla,” sambung Reina sendu.
“Aku tidak mengatakan itu jelek. Tetapi kenapa kau memotongnya?” tanya Sena.
“Rambutku yang panjang itu selalu jadi sasaran jambakannya, Kak Starla. Sakit sekali, aku sudah tidak tahan, huu huu huu!” ucap Reina, mengadu. Air mata buayanya berlinangan membuat Sena merasa iba.
“Mulai sekarang dia tak akan berani lagi melakukannya!” ucap Sena. "Aku pasti akan melindungimu. Katakan padaku jika dia berbuat buruk padaku!" Sena memegang dua bahu Reina dan ingin gadis itu percaya padanya. Entah apa yang terjadi padanya. Hanya saja dia merasa Reina membutuhkan perlindungan, dan dia yang akan menjadi pahlawan untuk gadis itu.
Dalam hati Reina mencebik. “Kalau bukan karena penghinaanmu dulu, Starla and the geng juga tidak akan separah itu merundungku!” rutuk Reina dalam hati. “Tapi hal itu tak akan pernah terjadi lagi. Begitu pun dengan dirimu, Sena. Kalau dulu kau dengan begitu kejam memanfaatkan aku, sekarang aku yang tak akan sungkan untuk memanfaatkanmu!”
“Em… Kak…?” Reina berbicara dengan gugup dan takut.
“Ada apa?” tanya Sena.
“Itu… Reina mau minta maaf, uang yang kemarin Kakak kasih…?” Reina menghentikan ucapannya, ada air mata menetes di pipinya.
“Kenapa?” tanya Sena. “Kau sudah beli vitamin yang dibilang Dokter kan?”
Reina menatap Sena sendu, lalu menunduk lagi, kemudian menggeleng.
“Apa maksudmu?! Kenapa tidak kau beli?!” hardik Sena.
“Hiks… hiks… maaf, Kak. Reina janji akan ganti uang itu. Karena Reina sudah memutuskan untuk tidak sekolah lagi. Reina akan kerja cari uang untuk menggantikan uang Kak Sena yang kemarin!” ucap Reina sambil terisak.
Sena terpaku mendengar ucapan Reina. Jika Reina tidak sekolah lagi, lalu siapa yang akan mengerjakan tugas-tugasnya?
“Tunggu…!” Sena mencekal tangan Reina, sehingga Reina yang sudah akan pergi pun berhenti.
“Tolong maafkan Reina, Kak. Reina tidak akan kabur, uang itu pasti Reina ganti, kebetulan Reina sudah dapat kerjaan jadi tukang tunggu toko!” ucap Reina, lalu duduk di kursinya.
“Memangnya ke mana uang yang kemarin…?” tanya Sena.
“Uang itu… uang itu…!” Reina berhenti untuk mengambil napas. “Kemarin ada orang yang datang menagih hutang pada Ibu, dan Ibu dipukuli. Reina tidak tega, Kak, lalu Reina gunakan uang Kakak untuk membayarnya!” Reina kembali terisak, diliriknya wajah Sena yang memerah.
Sena menggeram kesal, tapi dia tidak tahu kenapa dia tak bisa marah oada Reina. “Ya sudah, aku akan memberimu uang lagi untuk membeli vitamin dan obatmu!” putus Sena kemudian.
“Tetap saja, Kak, Reina tidak bisa sekolah lagi. Hutang Ibu sangat banyak, uang yang kemarin itu bahkan tidak cukup untuk membayar bunganya saja. Belum lagi dengan tagihan kontrakan rumah dan juga untuk makan sehari-hari, uang yang Reina butuhkan sangat banyak. Jadi jalan satu-satunya Reina harus bekerja, walaupun belum bisa melunasi, setidaknya bisa untuk mencicil sedikit demi sedikit!” jawab Reina.
“Memangnya berapa banyak hutang ibumu?” tanya Sena penasaran.
“Binggo.”
“Hutang Ibu beserta bunganya, semua ada…”
baru komen setelah di bab ini✌️✌️. maaf ya kak Author
ini setting murid SMA kan? kalau di sebelah kuliah, apakah kaka author berkolaborasi dalam membuat cerita?
bagaimana ya kira² klo tahu reina ternyata justru anak kandungnya 🤔🫣