NovelToon NovelToon
Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Harta, Tahta, Duda Anak Dua

Status: sedang berlangsung
Genre:Duda / CEO / Ibu Pengganti / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Beda Usia / Keluarga
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: nowitsrain

Kayanara tidak tahu kalau kesediaannya menemui Janu ternyata akan menghasilkan misi baru: menaklukkan Narendra si bocah kematian yang doyan tantrum dan banyak tingkahnya.

Berbekal dukungan dari Michelle, sahabat baiknya, Kayanara maju tak gentar mengatur siasat untuk membuat Narendra bertekuk lutut.

Tetapi masalahnya, level ketantruman Narendra ternyata jauh sekali dari bayangan Kayanara. Selain itu, semakin jauh dia mengenal anak itu, Kayanara semakin merasa jalannya untuk bisa masuk ke dalam hidupnya justru semakin jauh.

Lantas, apakah Kayanara akan menyerah di tengah jalan, atau maju terus pantang mundur sampai Narendra berhasil takluk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nowitsrain, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 8

Sesampainya di apartemen, jam sudah menunjukkan pukul 9. Biasanya, Kayanara akan langsung tidur setelah menghapus riasan dan menggosok gigi. Namun malam ini, entah kenapa, dia malah ingin berendam di dalam bathtub menggunakan sabun aromaterapi.

Maka, setelah menanggalkan leather jacket dari tubuhnya, Kayanara langsung masuk ke kamar mandi. Keran dia nyalakan sampai air hangat menggenang memenuhi bathtub, kemudian sedikit demi sedikit sabun aromaterapi dia tuangkan hingga tercium aroma menenangkan dan busa-busa yang mulai mengambang.

“Perfect," komentarnya, kemudian menanggalkan semua pakaian dan langsung masuk ke dalam bathtub.

Busa sabun menutup tubuh polosnya dengan sempurna, membawanya menuju agenda metime yang sudah lama tidak dia lakukan karena terlalu hectic dengan kegiatan sehari-hari.

Seraya menarik napas dalam-dalam, Kayanara memejamkan mata. Kedua tangannya bersemayam di atas perut, saling bertaut.

Lalu, di tengah rileksnya otot-otot tubuh, Kayanara tiba-tiba teringat lagi dengan obrolannya bersama Janu sebelum mereka pulang tadi.

Ini soal Naren. Soal kenapa anak itu bisa tumbuh menjadi anak yang rebel dan gemar berbuat onar. Juga alasan mengapa anak itu selalu menolak setiap kali Janu dekat dengan perempuan, sehingga ujung-ujungnya Janu harus menyerah dan melanjutkan status duda yang disandangnya.

“Naren mulai begini pas umurnya 11 tahun. Tepat sehabis saya mengenalkan seorang perempuan untuk pertama kalinya setelah saya menduda cukup lama.” Dengan pandangan menerawang, Janu memulai cerita ketika mereka berada di depan restoran, menunggu hujan reda.

“Sejak hari itu, kapan pun dia tahu saya lagi dekat dengan perempuan, Naren bakal mencari gara-gara. Perempuan-perempuan itu akan dia kerjai, dengan berbagai macam cara sampai akhirnya mereka semua menyerah dan nggak mau lagi ketemu sama saya.”

“Kamu nggak omelin atau coba kasih dia pengertian?” Kayanara bertanya karena benar-benar merasa penasaran. Apakah rasa sayang Janu kepada Naren memang sebesar itu, sampai-sampai membuatnya tak punya nyali untuk menegur?

Atas pertanyaan itu, Janu menyuguhkan gelengan kepala pelan.

“Saya tahu Naren sebetulnya butuh seorang ibu, tapi dia nggak bisa melawan rasa bersalahnya sendiri dan berakhir membuat semua calon yang saya bawa melarikan diri.”

“Rasa bersalah?”

Janu mengangguk lesu, dan ketika netra lelaki itu kembali menatapnya, Kayanara menemukan seberapa rapuh seorang Atma Janu Sukmajaya yang sesungguhnya.

"Saya nggak tahu sejak kapan pastinya, tapi Naren mulai menganggap kalau kematian ibunya disebabkan oleh dirinya. Cuma karena ibunya meninggal sewaktu melahirkan, Naren pikir itu semua adalah salahnya. Gara-gara itu, Naren selalu berpikir kalau seumur hidup, dia cuma boleh punya satu ibu. Naren bilang, nggak akan adil kalau dia punya ibu baru dan hidup nyaman dengan melupakan ibu kandung yang sudah bertaruh nyawa supaya dia bisa lahir ke dunia.”

Janu mengambil banyak sekali jeda ketika berbicara soal Naren. Kerapuhan terpancar jelas dari netra kelamnya, membuat Kayanara ingin menepuk-nepuk punggung lebar lelaki itu demi membantu menenangkannya.

“Selama ini, saya sibuk ketemu beberapa perempuan itu bukan buat diri saya sendiri, Kay. Saya coba membuka hati buat yang lain, supaya Naren juga bisa melakukan hal serupa. Supaya dia bisa berhenti merasa bersalah, dan bersedia menerima kasih sayang dari seorang ibu yang nggak pernah dia dapatkan sejak dia lahir.”

Helaan napas berat menjadi awal di mana Kayanara memutuskan untuk menghentikan ingatan soal obrolannya dengan Janu. Apa yang lelaki itu sampaikan telah berhasil membuatnya bersimpati. Sebab, dia juga memiliki rasa bersalah yang sama dengan milik Naren. Rasa bersalah yang terus menghantui dirinya dan membuat hidupnya berjalan 180 derajat berbeda untuk belasan tahun lamanya.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼

...

Debur ombak menyambut sepasang kaki kecil yang bergerak dengan melodi penuh sukacita. Semilir angin, bau garam laut, dan tekstur kasar dari pasir-pasir pantai membuat gadis berusia 9 tahun itu semakin bersemangat menjejakkan kaki.

“Jangan jauh-jauh!” Suara perempuan dewasa mengingatkan dari belakang.

Gadis kecil dengan rambut legam diikat satu itu berhenti sebentar untuk menyahuti peringatan yang ibunya berikan. Kemudian, kaki kecilnya kembali berlarian menghampiri seorang remaja laki-laki yang sedang membangun istana pasir.

“Kakak!” panggilnya riang.

Yang dipanggil balas menyapa dan tersenyum senang. Tangan yang memegang sekop itu melambai-lambai, meminta si gadis kecil untuk segera mendekat.

“Kay juga mau bikin istana pasir," tutur si gadis kecil bersemangat, setibanya ia di sisi sang kakak.

“Boleh, ayo kita bikin sama-sama.” Remaja laki-laki berusia 14 tahun itu menyahuti.

Mereka lantas bergotong-royong membangun istana pasir serupa kastel megah tempat tinggal Pangeran dan Putri. Tawa mereka meledak-ledak, menambah warna baru yang berpadu apik dengan semburat oranye yang mulai terlihat di bentangan langit luas di atas mereka.

Awalnya, semuanya berjalan lancar. Kakak-beradik itu membangun lebih banyak istana pasir dan sesekali tertawa cekikikan ketika ombak merobohkan beberapa fondasinya. Sementara kedua orang tua mereka mengawasi dari jauh, dari kursi malas yang berjajar dengan payung-payung besar menaungi.

Sampai kemudian, si gadis kecil merasa bosan. Matanya menangkap anak-anak lain berlarian lebih jauh menuju laut. Pelampung warna-warni dengan motif beraneka ragam melilit tubuh mereka, membuat kegiatan itu tampak semakin menarik di mata Kayanara kecil yang memang suka sekali mencoba hal-hal baru di sekitarnya.

“Kakak, Kay juga mau renang," rengeknya pada sang kakak yang masih asyik membangun satu lagi istana pasir.

Kelvin, si kakak, berhenti dari kegiatannya dan melemparkan pandangan pada anak-anak yang sudah berenang di pinggiran. Diperhatikannya deburan ombak yang tak terlalu besar, lantas mengangguk setuju untuk menuruti keinginan adiknya.

“Kamu tunggu di sini sebentar, Kakak ambilin pelampung dulu buat kamu, sekalian bilang sama Papa biar jagain dari dekat," pesannya kepada Kayanara kecil.

Kayanara mengangguk setuju, lantas Kelvin segera berlari menghampiri kedua orang tuanya demi menyampaikan pesan dan membawa pelampung untuk adik kecil kesayangannya.

Namun, rasa penasaran yang meletup di dada Kayanara kecil membuat kakinya tak mau diam. Hanya setelah dia melihat Kelvin tengah berjalan kembali ke arahnya sambil menenteng satu pelampung berwarna biru dengan gambar semangka dan bayi beruang, Kayanara berlari ke laut, menyusul anak-anak lain yang sudah asyik bergelut dengan ombak yang tak terlalu besar.

“Kay!” Bahkan teriakan Kelvin tak membuat kaki kecil Kayanara berhenti. Dia terus berlari, hingga kakinya mulai digenangi air dan tawanya malah tumpah begitu riuh.

Nahasnya, ombak yang cukup besar datang tak lama kemudian. Tubuh kecil itu terseret ke tengah, membuat orang-orang dewasa di sekitar seketika panik dan berusaha menyelamatkan.

Kayanara gelagapan. Air laut sudah banyak masuk ke saluran pernapasan, dan dia pikir, saat itu mungkin nyawanya akan melayang.

Tetapi, sebuah tangan kemudian menggapai tubuhnya, membawanya ke pinggir dengan banyak sekali usaha ekstra.

Dengan pandangan yang kabur dan napas yang payah, Kayanara berhasil menepi, lantas dikerubungi oleh orang-orang yang hendak melakukan pertolongan pertama.

Semuanya sibuk menyelamatkan Kayanara, sampai lupa kalau Kelvin masih ada di dalam air dan sedang berjuang untuk menyusul ke pinggir. Remaja itu kepayahan mengambil napas karena sebelumnya telah berlarian tunggang-langgang demi bisa membantu membawa Kayanara kembali ke daratan. Tenaganya pun terkuras cukup banyak hingga membuat langkahnya di dalam air tersendat-sendat. Dan ketika gulungan ombak datang sekali lagi, Kelvin tak punya waktu untuk menyelamatkan diri.

Tubuh remaja itu tergulung ombak, timbul-tenggelam dengan posisi yang semakin jauh dari daratan. Orang-orang mulai panik, tim penjaga pantai terjun lagi untuk melakukan penyelamatan.

Namun, semuanya terlambat.

Tubuh Kelvin baru bisa dibawa ke darat sekitar 8 jam kemudian. Diiring pecahnya tangis kedua orang tuanya, sebab anak laki-laki mereka sudah tidak bernyawa.

Kayanara kecil yang masih syok juga turut menangis. Menyaksikan tubuh tak bernyawa sang kakak yang digotong oleh beberapa orang untuk kemudian dibawa ke ambulans.

Hari itu, liburan mereka usai, dengan Kelvin yang harus meregang nyawa karena hendak menyelamatkan adik perempuan kesayangannya.

...🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼...

“Kakak!” Kayanara terbangun dengan napas yang ngos-ngosan. Air di dalam bathtub sudah dingin, membuat tubuhnya semakin menggigil selain karena sensasi yang ditinggalkan dari mimpi buruk yang kembali hadir.

Dada yang bergemuruh hebat membuat Kayanara berakhir menangis sesenggukan. Dinginnya air tak lagi dia pedulikan. Dia memeluk dirinya sendiri di bathtub, menumpahkan tangis yang rasa-rasanya tidak akan pernah habis meski waktu telah berlalu cukup lama.

Sudah 20 tahun, tetapi mimpi buruk yang ditinggalkan dari hari itu masih enggan untuk menepi.

Penyesalan itu Kayanara bawa ke mana-mana. Dia pikul di pundaknya yang rapuh, dia simpan di dalam dada yang tiap saat rasanya sesak seakan nyaris meledak.

Manusia selalu gemar berandai-andai, dan hampir setiap hari, Kayanara berandai-andai jika saja hari itu dia tidak terlalu bersemangat untuk masuk ke dalam air. Kalau saja dia bisa bersabar sedikit lagi, kakak yang begitu dia cintai pasti masih akan ada di sini. Menemani dirinya, membantu memeluk tubuhnya yang rapuh ketika harus menguburkan jasad kedua orang tua mereka.

Malam semakin tua, dan Kayanara juga semakin tenggelam dalam rasa bersalahnya sendiri. Makin lama, tangisnya makin menjadi. Dan dia rasa, tidak ada jalan keluar untuk membawanya pergi dari rasa bersalah ini.

Bersambung...

1
Dewi Payang
Kagak bakal bisa terlahir kembali Nareeeeen
nowitsrain: Lebih ke malesan aja sih Kak bocahnya
Dewi Payang: Astaga, seputus asa itu kah dirimu Ren😀
total 5 replies
Dewi Payang
Mulut juga gak mau kompromi ya😂
Dewi Payang: /Facepalm/
nowitsrain: Daripada makin malu Kak 🤣
total 2 replies
Dewi Payang
Perut mah kagak mau kompromi😂
Dewi Payang: /Facepalm/Seru itu, gak sabar nunggu momennya yang itu.
nowitsrain: Ntar lama-lama juga semua anggota badan dia berontak Kak 🙈
total 6 replies
Dewi Payang
Hadeh, Eric kagak fokus. fokusnya ke Naren mulu😀
nowitsrain: Emang iseng bocahnya
Dewi Payang: Dasar si Eric😅
total 3 replies
Dewi Payang
Seru kayanya klo Eric nebeng 😀
Dewi Payang: Iya bener😅
nowitsrain: Wkwk makin sewot makin terhibur orang-orang
total 4 replies
Dewi Payang
Macan? manis cantik ya?🤭
nowitsrain: 🤣🤣 auto posesif
Dewi Payang: Ku jamin dia cemburu takut emaknya diambil Erik...😅
total 7 replies
Dewi Payang
Rasain si naren punya temen yg nyebelinnya sama kaya dia😂
nowitsrain: Benerr
Dewi Payang: Definisi sewot sama gaya diri sendiri tuh😅
total 3 replies
Zenun
Tadi bilangnya nggak laper😄
Zenun: 😄😄😄😄😄😄
nowitsrain: Udah terlanjur malu wkwm
total 2 replies
Zenun
Bole bole, ayo nebeng
nowitsrain: Nenek sihil is mine
Zenun: Ih kok gitu
total 3 replies
Zenun
Yaa... bisa jadi tumbuh lagi
Zenun
eheump
Zenun
Mungkin karena disana ada Janu. Jadi michelle mau bikin kencan tersembunyi
nowitsrain: Jam segitu mah Om Janu sibuk kerjaa
total 1 replies
Dewi Payang
Kok tau sih?🤭
Dewi Payang
Tul👍🏻
Dewi Payang
/Facepalm/bibir monyong tapi aduhayyyy
Dewi Payang: Haha, iya bener😂
nowitsrain: Kesayangannya Edward si setengah bule tuh
total 2 replies
Dewi Payang
Mumpung masih mempesonahhh ya Tejas😂
Dewi Payang: Eh🤭, mau nikung siapa nih?
nowitsrain: /Grin//Grin/ calon calon penikung
total 2 replies
Dewi Payang
Dan klo dah berantakan,.malu ah jadinya....
Dewi Payang: /Joyful/
nowitsrain: Iya lagi bener 🙈
total 2 replies
Dewi Payang
/Facepalm/ya ampun, sabar Ren....
nowitsrain: Ilang dah tuh uler mahal
Dewi Payang: Rasain uler nya dilempar😂
total 3 replies
Dewi Payang
/Facepalm/
Dewi Payang
Yang kedua aja deh Ren😂
nowitsrain: Daripada kehilangan koleksi ya Kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!