Reina, seorang siswi yang meninggal karena menjadi korban buly dari teman temannya.
Di ujung nafasnya dia berdoa, memohon kepada Tuhan untuk memberikan dia kesempatan kedua, agar dia bisa membalas dendam pada orang orang yang telah berbuat jahat padanya.
Siapa sangka ternyata keinginan itu terkabul,
dan pembalasan pun di mulai.
Tetapi ternyata, membalas dendam tidak membuatnya merasa puas.
Tidak membuat hatinya merasa damai.
Lalu apa yang sebenarnya diinginkan oleh hatinya?
Ikuti kisahnya dalam
PEMBALASAN DI KEHIDUPAN KEDUA
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama Mia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
09
Klotak…
Pak Handoko melemparkan HP-nya ke meja yang berada di hadapannya, membuat Sena tersentak dan paham jika ayahnya itu pasti sudah mendapatkan laporan tentangnya.
“Bisa kau jelaskan apa itu…?” Pak Handoko bertanya, masih dengan suara yang pelan, tapi jelas terdengar jika dia sedang menahan amarah.
Sena mengambil ponsel itu yang sedang dalam mode on. Wajahnya seketika pucat pasi. Meskipun sudah mengira berita itu akan sampai juga pada ayahnya, tapi dia tak menyangka kalau secepat itu.
Sena mengangkat wajahnya menatap pria yang berstatus sebagai ayahnya. “Ayah… aku…”
Plakk…
Belum sempat selesai Sena memberi jawaban, ayahnya sudah berdiri dan melayangkan telapak tangannya ke wajah Sena.
Mata Reina mengerjap melihat adegan itu. Jika itu Reina yang dulu, melihat hal seperti itu terhadap Sena, tentu dia sudah ikut meringis. Tapi Reina yang seperti itu sudah tidak ada. Yang ada sekarang adalah Reina yang menatap segalanya dengan wajah datar.
Bug… dug… dash…
“Aaarrhhgg…!” Sena berteriak kesakitan ketika ayahnya tak hanya menampar, tapi juga memukul dan menendang.
Dug… bug… dah… dash…
“Aaaarrrggghhtt…!”
Pukulan demi pukulan terus mendarat di tubuh Sena, dan Baim tetap hanya bisa melihat wajah Reina yang tanpa raut, tanpa ekspresi. Hanya dingin dan datar. Bahkan Reina tak juga mengeluarkan suara sepatah pun.
Dug… dash… cetar…
“Aaargggghhtt… ampun, Ayah… ampuni aku…!”
Reina bisa melihat wajah Sena sudah tak berupa. Baju seragam putih di bagian punggungnya sudah berubah warna menjadi merah, akibat sabetan ikat pinggang ayahnya.
Hampir tiga puluh menit Reina menyaksikan pertunjukan itu, hingga akhirnya tubuh Sena terlihat limbung dan Pak Handoko menghentikan hukumannya.
Reina menghembuskan napas pelan, lalu meletakkan kembali HP itu ke atas meja dan mendorongnya ke arah Baim. Film telah usai.
“Bagaimana…?” Baim ingin mendengar kata puas keluar dari mulut Reina, tapi sayang itu tak pernah didengarnya.
“Itu hanya sekadar hukuman kecil, tak akan berpengaruh padanya. Dua atau tiga hari kemudian pasti akan sembuh!” ucap Reina.
“Jangan khawatir, aku akan memuaskan dahagamu!”
Reina menatap Baim dengan pandangan yang sulit diartikan. Dalam hatinya dia bertanya-tanya, siapa sebenarnya teman sekelasnya yang sekarang sedang duduk di hadapannya ini? Bukankah dia juga sama-sama pelajar culun, yang sama seperti dirinya, yang juga sering menjadi korban bully? Walaupun tidak separah dirinya.
Tapi kenapa Baim bisa mewujudkan keinginan Reina yang ingin memberikan pelajaran kepada Sena? Apakah Baim memiliki kemampuan khusus sebagai peretas? Ataukah dia adalah seorang ahli IT yang tidak diketahui oleh orang lain? Seperti nya, Baim memiliki identitas yang tak diketahui oleh orang lain.
Ah, biarkan saja. Apa pun itu, yang jelas Reina merasa sangat berterima kasih kepada Baim. Dan Reina juga berharap ke depannya Baim bisa membantunya lebih banyak lagi. Reina menghembuskan napas kasar, lalu memandang sayu ke arah Baim. Diraihnya tangan laki-laki yang ada di hadapannya itu, digenggam di dalam dua tangannya.
“Tapi meskipun begitu, aku sangat berterima kasih kepadamu!” ucap Reina, sambil menatap lekat ke arah Baim, yang ditatap hanya tersenyum.
“Itu hanya masalah kecil. Jika kau belum merasa puas, Aku akan lebih memuaskan dahagamu. Lihatlah besok, akan ada pertunjukan baru yang lain lagi!!” ucap Baim dengan senyum manisnya ke arah Reina.
“Sekarang ayo kita pulang, jam sekolah sudah selesai!” ucap Baim, kemudian menggandeng tangan Reina dan diajaknya untuk pergi dari tempat itu.
Reina pun menurut. Entah kenapa ada sisi lain dalam hatinya yang mengatakan bahwa dia bisa menggantungkan seluruh hidupnya kepada Baim.
Reina tersenyum manis untuk Baim. Baim tertegun, senyum itu, senyum yang dulu pernah dilihat ketika Reina masih bersama Sena—senyum yang dalam beberapa bulan terakhir tak lagi pernah dilihat oleh Baim—membuat Baim pun tersenyum juga untuk membalasnya.
Reina melepaskan tangannya dari genggaman Baim, tapi kemudian dengan dua tangannya Reina menggandeng lengan Baim. Keduanya berjalan bersama sambil sesekali saling pandang.
***
“Pegangan, atau kau akan jatuh…!” seru Baim pada Reina sebelum dia melajukan motor bututnya, membuat Reina secara spontan melingkarkan tangannya ke pinggang Baim.
“Apa kau akan malu jika aku mengantarmu pulang dengan sepeda motor butut ini…?” tanya Baim ketika mereka sudah berjalan.
“Aku bahkan tiap hari pulang dan pergi sekolah dengan berjalan kaki!” sahut Reina sendu.
“Mulai sekarang aku akan menjadi tukang ojek pribadimu!” Baim menoleh sambil membuka kaca helm nya.
“Jangan berlebihan, itu akan membuatku tergantung padamu!” Reina memukul pelan punggung Baim.
“Dan aku tidak keberatan!” ucap Baim serius.
Reina tak lagi menjawab. Gadis itu menyandarkan kepalanya di punggung Baim. Entah kenapa semua ucapan Baim terasa sebagai obat penenang yang mampu memberikan ketenangan pada jiwanya. Setelah itu, keduanya terdiam sepanjang jalan, bergulat dengan pikirannya masing-masing.
“Selama ini mataku ke mana? Aku begitu menggilai Sena, melakukan semua untuk Sena. Tetapi apa yang kudapatkan? Justru yang sekarang menjadi penopangku di kala susah adalah orang yang berada di dekatku, tapi tak pernah kulihat!” batin Reina.
“Sudah cukup! Selama ini kulihat kau menangis dan mengejar Sena seperti gadis gila, dan tanpa ragu mengorbankan hari-harimu sendiri. Itu tak kan kubiarkan lagi! Karena mulai sekarang aku bersumpah, aku Ibrahim Herlambang, cucu dari Tommy Herlambang, pasti akan melindungimu dengan segenap kemampuan ku. Bahkan jika aku harus kehilangan nyawaku untuk kedua kalinya!” ucap Baim dalam hati.
(btw, adakah yang masih ingat siapa itu Tommy Herlambang?)
“Apa kau mau mampir beli sesuatu dulu sebelum pulang?” tanya Baim sambil mengurangi laju motornya.
“Tidak perlu. Aku tidak membutuhkan apa pun. Tapi kalau kamu mau beli sesuatu dulu, aku juga tak keberatan!” jawab Reina.
“Bagaimana kalau kita makan siang dulu…?”
“Sebenarnya aku selalu makan siang bersama Ibuku. Karena dia pasti menungguku!”
“Baiklah, kita langsung pulang kalau begitu.” Putus Baim, lalu kembali menggeber motornya. Sebenarnya Reina sedikit heran, motor yang dikendarai Baim, jika dilihat sekilas seperti sepeda motor butut, tapi entah kenapa terasa nyaman, bahkan lebih nyaman dari motor tukang ojek yang kadang dinaiki Reina.
Sore hari, di rumah Starla…
Plakk…
Suara tamparan begitu keras hingga bergema di dalam sebuah ruangan . Wajah Starla bahkan sampai tertoleh dan membuatnya terhuyung, nyaris jatuh jika dia tak sempat berpegangan pada sofa di sampingnya.
“Papa…!” Starla memegangi pipinya yang terasa kebas dengan tamparan yang baru saja diterimanya dari Papanya.
“Apa yang sudah kau lakukan, gadis bodoh? Bisa-bisanya mencoreng nama keluarga dengan perbuatanmu!” Suara Tuan Adiguna begitu keras, membuat Starla terjingkat.
Ini pertama kalinya dia mendapatkan kemarahan dari Papanya, dan itu karena video dia yang melakukan pembullyan terhadap Reina dan Baim beredar di sekolah dan di media sosial.
“Sial! Ini semua gara-gara cewek miskin kampungan itu. Tapi bagaimana mungkin itu bisa tersebar? Bukankah pada waktu itu tidak ada siapa pun di sana selain teman satu gengku? Apa ada di antara mereka yang sudah berkhianat padaku?” geram Starla dalam hati.
"Awas saja siapapun yang berani berkhianat padaku, aku pasti akan memberimu pelajaran setimpal!!"
baru komen setelah di bab ini✌️✌️. maaf ya kak Author
ini setting murid SMA kan? kalau di sebelah kuliah, apakah kaka author berkolaborasi dalam membuat cerita?
bagaimana ya kira² klo tahu reina ternyata justru anak kandungnya 🤔🫣