Bianca Adlova yang ingin hidup tenang tanpa ada kemunafikan.
Dia gadis cantik paripurna dengan harta yang berlimpah,namun hal itu tidak menjamin kebahagiaannya. Dia berpura-pura menjadi gadis cupu hanya ingin mendapatkan teman sejati. Tapi siapa sangka ternyata teman sejatinya itu adalah tunangannya sendiri yang dirinya tidak tau wajahnya.
Lalu bagaimana Bianca akan terus menyembunyikan identitas aslinya dari teman sekolahnya? Apakah dia akan kehilangan lagi seseorang yang berharga dalam hidupnya? ikuti kisahnya disini.
Selamat membaca🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alkeysaizz 1234, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Amazing.
Frederick langsung masuk kedalam kamarnya sesaat setelah sampai di rumah. Perasannya kacau bahkan hampir kehilangan akal. Deru nafasnya kian memburu menahan hasratnya yang bergejolak, gadis itu sudah mampu memancing keinginan yang selama ini ia tahan.
"Aluna... " desis Frederick tajam.
Ia langsung pergi ke kamar mandi dan membenamkan kepalanya ke dalam bak. Dia berendam disana menetralkan semua keinginannya. Kelopak matanya begitu sayu bahkan membuat dirinya merasa marah.
"Sial.. " umpatnya sambil memukul air yang merendam seluruh tubuhnya.
Frederick tak habis pikir, bagaimana bisa ia tergoda oleh Aluna? Lalu ia pun mengingat bayangan Aluna yang hanya mengenakan Br*, membuat wajah dan telinganya langsung bersemu merah. Frederick melihat dengan jelas buah segar milik Aluna yang memancing hasratnya itu, begitu putih dan mulus seakan terus memanggil untuk dirinya sentuh.
"Gue gak akan lepasin elo Aluna! Elo harus membayar semuanya!" Frederick kembali menenggelamkan seluruh tubuhnya ke dalam air, hingga pikiran kotornya menghilang dan pudar.
Sore itu..
Bianca sedang menikmati kehidupannya sendiri di dalam rumah. Berleha-leha tanpa seorang pun mengganggunya. Perasaannya seakan membaik kala ia melepaskan semua bebannya yang selama ini tersimpan di hati. Wajahnya pun berubah merah saat mengingat dirinya yang memeluk Jojo begitu erat.
"Apa yang udah gue lakuin? elo emang bodoh Bianca!" Ia merutuki dirinya sendiri di dalam kamarnya, sambil mengingat bagaimana cara agar dirinya bisa bekerja di toko bunga.
Derrtt..
Bianca menatap layar ponselnya yang menyala, dengan malas ia pun mengangkatnya.
"Halo mah.. "
"Ko' gitu sih sayang? maaf, Mamah sama Papah kelamaan di luar kota. Oh iya, kamu mau oleh-oleh apa saat Mamah pulang? "
Bianca menghentikan acara ngemilnya, lalu duduk dan berbicara serius.
"Bianca boleh meminta sesuatu gak mah? "
"Apa? kamu pengen kalung, tas, sepatu atau semuanya? "
"Bukan semuanya mah.. " Laura langsung terdiam saat putrinya tak menginginkan apapun.
"Lalu, kamu maunya apa? " tanya Laura ragu.
"Bianca boleh kerja gak mah.. "
"Apa!!! "
Bianca langsung menjauhkan telinganya saat teriakan sang mamah yang berdenging begitu keras di seberang telepon.
"Apa kamu gila sayang?! bagaimana mungkin mamah biarin kamu melakukan hal itu!? udah jangan bicara yang enggak-enggak. Papah sama Mamah akan pulang secepatnya."
Tut.
panggilan terputus begitu saja, membuat Bianca menghela nafas panjang.
"Gue udah tau jawabannya, tapi kenapa gue tetep nanya? issh.. dasar cupu! " monolog nya pada diri sendiri.
Belum juga ia mendaratkan ponsel ke atas meja, tiba-tiba suara dering ponselnya kembali berbunyi. Bianca mengernyitkan dahi, sambil terus mengunyah makanan ia menggeser tombol yang berwarna hijau.
"Ha.. halo.. " sapanya begitu ragu, karena disana tak tertera nama si penelepon.
"Akhirnya elo angkat juga panggilan gue, cupu! cepet datang ke jalan raya, gue tunggu elo disitu! "
Tut.
Lagi-lagi panggilan itu terputus begitu saja membuatnya mendengus sebal.
"Siapa sih ni orang? berani banget nyuruh-nyuruh gue!!" Lalu terdengar satu pesan yang masuk ke dalam ponselnya. Ia melirik kembali ke pesan yang langsung terlihat begitu saja di layar kaca.
"Cepet buruan datang! atau gue yang datang ke rumah elo!" Jojo.
Pfftt...
Bianca langsung menyemburkan air yang baru saja ia minum, lalu melihat isi pesan tersebut berkali-kali.
"Mampus gue!! " ujarnya yang langsung berlari ke kamar mandi, dia berdandan cepat, memakai riasan yang jelek di wajahnya, tak lupa bintik hitam dan juga kacamata besarnya. Oh ya satu lagi.. poni ala Betty Lavender yang jadi makin menambah plus jelek dalam dirinya.
Bianca berlari cepat menuruni tangga, memakai sepatu sebelah dan satunya lagi menyusul saat ia mulai melangkah. Semua pelayan menatapnya heran, siapa orang yang sudah membuatnya kelabakan sampai seperti itu?
Satu pesan lagi masuk yang langsung Bianca baca.
"Gue udah masuk nih' ke jalan setapak, jemput elo yang lelet nya gak ada obat! "
Bianca langsung mempercepat lagi lariannya, hingga sampai di sudut gang, memasuki jalan setapak yang penuh ilalang.
Jojo sudah berjalan setengah dari jalanan itu, dia menatap sekeliling yang penuh dengan ilalang yang kian tumbuh meninggi. Bianca melihat Jojo dari kejauhan, ia pun memperlambat jalannya dan menetralkan deru nafas yang membuatnya lelah.
"Akhirnya, elo nongol juga. " kata Jojo yang langsung menghentikan langkahnya.
"Ngapain sih lo! nyuruh gue ke jalan raya? kan rumah gue jauh." Ketus Bianca membuat Jojo terkekeh.
"Malah ketawa lagi.. " Kata Bianca lagi yang kali ini menatap kesal ke arahnya.
"Gue udah nemuin tempat dimana lo kerja, cupu!"
"Hah..! seriusan?? " tanyanya tak percaya. Bagaimana mungkin bisa Jojo menemukan toko bunga yang memperkerjakan dirinya? sedangkan semua yang Bianca katakan hanya karangan belaka.
Jojo langsung menarik tangan Bianca untuk segera keluar dari jalan setapak yang penuh ilalang tersebut. Lalu segera menaikan dirinya di atas motor miliknya. Tanpa menunggu lama, Jojo mengendarai motornya dengan kecepatan sedang menuju kesana.
"Tunggu Jo, kita. . "
"Tadi gue datang kesana cariin elo. Kata Bos lo, katanya elo izin gak masuk hari ini. Jadi gue datang aja ke jalan waktu itu dan menghubungi nomor elo! "
Bianca mengerjapkan matanya beberapa kali, mencerna setiap ucapan Jojo. Tapi bagaimana mungkin??! pekiknya dalam hati.
"Gue gak nyangka, ternyata elo mempunyai hati yang begitu baik. " kata Jojo lagi semakin membuat Bianca bingung dengan semua ulahnya.
"Elo kerja disana secara suka rela karena ingin nolongin Bos elo yang baru membuka usaha toko bunga. Hingga akhirnya toko bunga itu menjadi laris dan banyak pelanggan hingga sekarang.."
"Oh my God!! tolongin gue!!gue benar-benar gak ngerti!!" jerit lagi Bianca dalam hati.
"Ko' elo bisa baik gitu sih,cup? Padahal kan' diri elo juga membutuhkan uang untuk elo bertahan hidup."
Jujur. Bianca benar-benar mati kutu saat ini.Bagaimana dia akan menjawab pertanyaan Jojo yang sama sekali tidak ia lakukan. Toko bunga,gadis baik dan juga yang lainnya?
"Kenapa elo malah diem cupu..? Terkejut ya ,karena gue tau semuanya?" Bianca hanya mengangguk sambil dalam pikirannya terus bergelut tentang kemungkinan yang terjadi. Bagaimana jika dia ketahuan berbohong? lalu identitas dirinya yang asli? Bianca begitu takut dan panik saat ini,kecemasannya terlihat dari tangannya yang bergetar hebat.
"Cup..." panggil Jojo sambil menoleh ke belakang, ia langsung menghentikan motornya saat melihat wajah Bianca yang berubah pucat dan tangannya yang bergetar.
"Wajah elo kenapa pucat begitu? abis melihat hantu Lo?"
"Jojo sialan! Bisa-bisanya dia berkata seperti itu!" seru batin Bianca.
"Mm .gue.."
"Ya elah,kalau kebelet ngomong dong,cup! Jangan elo tahan, gak sayang apa sama muka jelek Lo?!"
Bianca benar-benar geram saat mendengar ucapan Jojo. "Ko bisa ya ,dia kepikiran ke sana?" Bisik batinnya bertanya.
"Enak aja Lo ngomong,,gue cuma kedinginan karena lupa pake jaket tadi." Jawab Bianca kembali berbohong. "Jangan-jangan itu pengalaman elo kali?yang nahan pengen ke kamar mandi sampai bergetar dan pucat pasi!" lanjut Bianca lagi menimpali.
Jojo langsung tertawa dan mengangguk. "Ya iyalah..kalau bukan karena pengalaman,mana bisa gue berpikir seperti itu!" jawab Jojo tanpa beban membuat bibir Bianca perlahan tersenyum.
"Dasar Lo..!" Ujar Bianca kemudian.
Jojo menghentikan motornya di depan sebuah toko bunga, terlihat toko itu sepertinya masih baru di buka,mungkin ada sekitaran satu bulan lebih jika di lihat dari suasana toko tersebut yang masih terlihat baru dan juga terdapat tulisan 'Welcome to our flower shop '
Bianca menginjakkan kakinya disana untuk pertama kali dan jauh dari pikirannya semua itu bisa terjadi. Jojo membuka pintu masuk yang langsung di sambut langsung oleh pemiliknya.
"Lho..nak Jojo kenapa datang lagi kemari?" tanyanya heran.
"Saya cuman mau memastikan aja pak." kata Jojo sambil menoleh ke arah Bianca yang diam mematung di ambang pintu.
"Ya ampun cup, malah bengong di situ lagi? Jangan takut,bos Lo gak akan marahin elo ko'. Santai dikit napa?" Jojo langsung melangkah mendekat dan menarik tangan Bianca pelan menghadap sang pemilik.
Nafasnya seakan sesak,begitu sulit mengaturnya saat keluar masuk hidung dan mulut. Perlahan tatapannya bertemu dengan tatapan si pemilik toko. Bianca langsung membelalakkan matanya,begitu terkejut bahkan tak percaya dengan seseorang yang ada di depannya.
"Bb.." ucapan Bianca mendadak tak jelas,bahkan mulutnya terasa di kunci.
"Kenapa kamu datang kesini,nak? Bukankah kamu izin tadi gak bisa masuk kerja? Bagaimana ibu kamu? apa sudah baikan?"
Rasanya Bianca ingin menjerit,begitu keras bahkan berguling-guling di lantai. Kebohongannya masih tetap aman,bahkan menjadi kenyataan dengan mendatangkan seseorang yang satu bulan lalu ia bertemu di jalan. Si bapak pengemis,yang saat itu begitu terlihat bingung,duduk di sudut trotoar jalan raya,yang saat itu Bianca memberikan uang kepadanya? Membuat si bapak berlari bahagia dengan ucapan do'a tak lepas dari mulutnya.
"My God..you are truly amazing.."
hapoy Reading semuanya 🥰🥰🤗