NovelToon NovelToon
Cinta Suami Amnesia

Cinta Suami Amnesia

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami / Suami amnesia
Popularitas:11.7k
Nilai: 5
Nama Author: Mama eNdut

Anara Bella seorang gadis yang mandiri dan baik hati. Ia tak sengaja di pertemukan dengan seorang pria amnesia yang tengah mengalami kecelakaan, pertemuan itu malah menghantarkan mereka pada suatu ikatan pernikahan yang tidak terduga. Mereka mulai membangun kehidupan bersama, dan Anara mulai mengembangkan perasaan cinta terhadap Alvian.
Di saat rasa cinta tumbuh di hati keduanya, pria itu mengalami kejadian yang membuat ingatan aslinya kembali, melupakan ingatan indah kebersamaannya dengan Anara dan hanya sedikit menyisakan kebencian untuk gadis itu.
Bagaimana bisa ada rasa benci?
Akankah Anara memperjuangkan cintanya?
Berhasil atau berakhir!
Mari kita lanjutkan cerita ini untuk menemukan jawabannya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mama eNdut, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembali Bekerja

[25/3 13.45] Tyas: "Kamu tampan sekali Mas", ucap Nara yang saat ini sedang memasangkan dasi pada leher suaminya, hari ini hari pertama Vian kembali ke kantor sejak terakhir kali ia menghilang. Semalam setelah acara makan malam, Vian dan Papa Agam telah membicarakan semuanya, mulai dari almarhum kakeknya yang memilih Vian sebagai penerusnya, kedudukan Vian di perusahaan, dan banyak hal lainnya.

"Kapan suamimu ini jelek Nara? Bukankah sudah jelas jika aku selalu tampan?".

"Iya iya, Mas Vian itu tidak pernah jelek, always handsome".

Vian yang gemas kemudian menangkup pipi Nara dan mengecup singkat bibir gadis itu.

"Ih Mas Vian".

Laki-laki itu hanya tertawa melihat tingkah istrinya, sangat menggemaskan.

“Nara, apa yang akan kamu lakukan di rumah selama tidak ada aku? Atau kamu mau ikut Mas ke kantor?".

"Tidak, tidak, memangnya aku anak ayam yang akan selalu mengikuti induknya", ucap Nara cepat sembari menggelembungkan pipinya. Gadis itu bersikap manja terhadap suaminya. Vian lantas mengusap pipi Nara dengan sayang.

"Lalu apa yang akan kamu lakukan hm?".

Nara mengambil alih tangan Vian yang masih mengusap pipinya lantas menggenggamnya dan memberikan kecupan di sana. "Em Mas, hari ini aku meminta izin untuk pergi juga Mas".

"Pergi kemana?".

"Kerja Mas, aku sudah lama mengambil cuti, aku merasa tidak enak jika tidak segera masuk Mas".

"Apa tidak sebaiknya kamu resign Nar, Mas akan senang jika kamu berada di rumah, menyambut ku datang saat aku pulang".

"Sebenarnya aku juga sudah memikirkannya Mas, namun di surat kontrak kerjaku aku bisa resign jika sudah ada pengganti ku di tempat kerja Mas, jadi setidaknya sembari menunggu aku akan tetap bekerja dan menghabiskan waktuku bersama teman-teman sebelum aku berpamitan pada mereka Mas, apa Mas mengizinkan?".

"Baiklah jika begitu, Mas rasa tidak masalah".

"Terimakasih Mas Vian".

Setelah selesai bersiap, Vian dan Nara beralih untuk turun ke bawah menuju meja maka, di mana Mama Arin dan Papa Agam telah menunggu. Dan benar saja, kedua orang tua Vian sudah duduk manis di meja makan dengan hidangan penuh yang sudah tersaji di atas meja. Nara mengira jika kebanyakan orang kaya hanya akan sarapan roti dan susu namun ternyata tidak dengan keluarga ini. Nasi dengan beberapa lauk, buah dan jus serta air putih sudah tersedia.

Pelayan di sana juga tidak di tuntut memperlakukan majikan sebagai ratu dan raja, maksudnya hal-hal kecil yang bisa di lakukan sendiri maka akan di lakukannya sendiri, seperti halnya saat ini, Vian menarik kursinya sendiri untuk duduk namun sebelum itu lelaki itu menarik kursi untuk Nara terlebih dahulu.

"Loh Nara, kamu mau pergi kemana? Apa mau ikut Vian ke kantor?", tanya Mama Arin yang melihat Nara menggendong tas ransel di punggungnya.

"Hari ini aku kembali bekerja Ma, sudah lama sekali aku mengambil cuti", ucap Nara sembari melepaskan tas ranselnya dan meletakkannya di atas kursi kosong.

"Oh begitu, apa tidak sebaiknya jika kamu berhenti kerja? Mama yakin Vian akan memenuhi kebutuhanmu".

"Eh tidak Ma bukan seperti itu, kalau masalah itu aku juga yakin jika Mas Vian akan melakukannya. Aku sudah membicarakannya dengan Mas Vian pagi tadi. Aku hanya bekerja selama Bosku menemukan pengganti ku Ma, setelah itu aku akan berhenti dari tempat kerja.

"Jika begitu Papamu bisa mencarikan pengganti….”.

“Ma”, perkataan Mama Airin terpotong saat Papa Agam memanggilnya. “Biarlah Nara menyelesaikannya sendiri, biarkan dia menikmati masa-masa bekerjanya yang tinggal sebentar itu”.

“Iya Pa, baiklah jika begitu, ayo kita sarapan dulu".

Di sela sarapan mereka, Papa Agam menyerahkan sebuah map yang dia ambil dari atas tas kerja yang berada di sebelahnya lantas menyerahkannya kepada Vian. "Itu berkas yang harus kamu pelajari, aku sudah berbicara dengan Arland dia nanti akan membantumu".

"Baik Pa".

Tepat saat mereka menyelesaikan sarapan, seorang pelayan datang dan mengatakan jika Arland sudah datang dan menunggu di luar. Selama Vian belum mendapatkan kembali ingatannya maka Arland akan bekerja ekstra di samping laki-laki itu.

"Ma, Pa kami berangkat dulu ya". Vian dan Nara saling bergantian mencium punggung tangan Mama Arin dan Papa Agam.

"Tunggu, Nara bagaimana denganmu? Sepertinya Papa perlu menyiapkan sopir untukmu?".

"Tidak usah Pa, Nara berangkat bersamaku saja".

"Tapi, kau ada pertemuan penting Vian. Kau bisa terlambat nanti".

"Maaf Tuan jika saya menyela, namun tempat kerja Nona searah dengan tempat tujuan kita Tuan, sehingga tidak akan menyita banyak waktu", sambung Arland saat Papa Agam hendak mengucapkan keraguannya.

Mobil mewah berwarna hitam yang di kemudikan Arland keluar dari pintu gerbang utama membawa Vian dan Nara yang duduk di kursi penumpang. Jalanan pagi ini cukup padat dengan kendaraan yang juga memiliki tujuan yang sama seperti mereka, bekerja, mencari nafkah dan juga mengantar anak-anak ke sekolah.

Di dalam mobil Vian memeriksa satu per satu berkas yang di berikan oleh Papa Agam, Nara memberikan ruang kepada Vian, dia tidak ingin mengganggu suaminya yang tengah fokus dengan semua berkas di tangannya. Nara tahu jika ini adalah hal yang baru untuk suaminya setelah dia amnesia, kedudukannya di perusahaan sebagai CEO menuntutnya untuk terlihat sempurna, jangan sampai ada celah dalam kekurangannya saat ini. Gadis itu hanya diam dan sesekali mengalihkan perhatiannya ke luar jendela, melihat pemandangan di sepanjang jalan yang ia lalui.

Arland menepikan mobilnya saat mereka telah sampai di depan toko bakery. Vian yang merasakan mobilnya berhenti segera mengalihkan perhatiannya dari berkas yang dia pelajari sebelumnya, ia menengok ke arah Nara yang tengah membenarkan tas ranselnya.

"Cepat sekali", gumam Vian.

"Mas, aku berangkat ya", ucap gadis itu sembari mengulurkan tangannya.

"Maafkan Mas ya, Mas tidak bermaksud mengabaikan mu".

"Tidak apa-apa Mas, aku mengerti".

"Jangan lupa menghubungiku ya".

"Baik Mas, mas hati-hati ya".

Setelah bersalaman dan mencium punggung tangan suaminya, Nara hendak membuka pintu mobil sendiri namun ternyata Arland sudah lebih dulu keluar dan membukakan pintu untuk istri Bosnya itu.

"Terimakasih Pak Arland", ucap Nara sembari menganggukkan kepalanya.

"Panggil saya Arland saja Nona", timpal Arland yang tidak ingin Nara merasa canggung kepadanya.

"Ah baiklah, terimakasih Arland", ulang Nara yang kemudian di balas anggukan oleh laki-laki itu.

Setibanya Nara di tempatnya berkerja ia bingung melihat tulisan Close di depan pintu namun beberapa motor terlihat terparkir di samping toko dan Nara tahu betul pemilik motor-motor tersebut.

"Tokonya tidak buka tetapi kenapa mereka semua berangkat?", gumam Nara setelah menghitung jumlah motor yang terparkir. Semakin penasaran, Nara memutuskan untuk tetap melangkahkan kakinya msuk ke dalam.

Sebuah suara gemerincing terdengar saat Nara membuka pintu. Ia terdiam melihat banyak tumpukan kardus roti yang sudah tersusun di atas lantai. Delapan karyawan masuk kerja di jam yang sama dan kini Nara melihat empat lainya terlihat sangat sibuk dengan bagian pekerjaannya masing-masing. Mereka semua nampaknya tidak menyadari kehadiran Nara yang kini sudah berdiri di meja kasir.

"Syukurlah Nara kau sudah datang", ucap sebuah suara yang Nara kenal, dia adalah Andre atasan sekaligus pemilik toko roti ini. Laki-laki itu membawa sebuah kardus dari belakang dan meletakkannya di samping jejeran kotak kardus lainnya di ikuti oleh beberapa teman Nara yang melakukan hal yang sama.

"Hai Nara", sapa mereka bergantian. Mendengar nama Nara, empat karyawan yang sebelumnya sibuk kini mengalihkan perhatian mereka dan menyapa gadis itu.

"Ada apa ini Mas?", tanya Nara setelah menyapa balik teman-temannya. Perempuan itu belum mengerti dengan situasi di tempat ini.

"Letakkan tasmu, pakailah apron dan topi mu sekarang, kita harus bekerja cepat saat ini".

"Ah ya ya, baiklah Mas".

Setelah mendengar penjelasan dari Andre, Nara mengetahui jika ternyata toko roti ini mendapatkan pesanan yang cukup besar, sebuah perusahaan ternama memesan ribuan roti yang nantinya akan di bagi-bagikan ke beberapa panti asuhan dan panti jompo.

Tiga mobil box berjejer di depan toko bakery, beberapa karyawan bergotong royong memasukkan satu persatu kotak kardus berisi roti ke dalamnya. Lia yang tidak sempat berbicara dengan Nara sebelumnya, akhirnya menyempatkan diri dengan berjalan menyejajarkan langkahnya beriringan dengan Nara menuju mobil box yang terparkir sembari masing masing dari mereka membawa satu kardus besar.

"Nara bagaimana? Udah kepo banget ni", ucap Lia dia sela langkahnya.

"Bagaimana apanya Li?".

"Hih, hasil dari pulang kampung kemarin bagaimana? Cerita lah".

"Oh itu, nanti ya, selesai ini pasti aku cerita".

"Bener ya, penasaran banget aku".

"Iya Lia sayang".

Nara menyerahkan kardus itu kepada seorang yang berdiri di pintu masuk mobil box begitu juga dengan Lia, segera keduanya kembali mengambil beberapa kardus lagi yang tersisa di dalam.

"Nara kemari lah bantu aku mengemas ini".

Nara yang tengah mengangkat kardus segera menurunkannya kembali, kemudian beralih menuju Andre yang memanggilnya, terlihat laki-laki itu datang dengan sebuah kue ulang tahun bertingkat tiga yang sudah di hias sedemikian rupa.

"Bagaimana Mas?".

Andre meminta Nara untuk memegangi sebuah kotak mika sementara dirinya memasukkan kue itu dengan hati-hati ke dalamnya.

"Perfect, cantik sekali", ucap laki-laki itu setelah kue berhasil masuk ke dalam kotak mika. "Sekarang kamu ikut denganku ya Nar", imbuhnya.

"Kemana Mas?".

"Mengantarkan kue ini".

"Baiklah Mas".

Andre meminta Nara menemaninya karena memang hanya gadis itu yang belum mendapatkan bagian dalam pekerjaan ini, sementara karyawan yang lain di minta sebagai wakil dari toko bakery untuk mengikuti acara di berbagai tempat yang akan di bagikannya roti-roti tersebut.

1
WiwikAgus
bagus /Good/
Antok Antok
kelomang lukis jadi inget mainan jaman kecil dulu
Antok Antok
Menarik
Antok Antok
Semakin menarik... semoga novel ini berlanjut sampai tamat. dan banyak p mbacanya yang suka.... lanjut torrrrr
Antok Antok
Awal yang bagus, lanjut thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!