HALIM
Di dunia yang dikuasai oleh kegelapan, Raja Iblis dan sepuluh jenderalnya telah lama menjadi ancaman bagi umat manusia. Banyak pahlawan telah mencoba menantang mereka, tetapi tidak ada yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.
Namun, Halim bukanlah pahlawan biasa. Ia adalah seorang jenius dengan pemikiran kritis yang tajam, kreativitas tanpa batas, dan… kebiasaan ceroboh yang sering kali membuatnya berada dalam masalah. Dengan tekad baja, ia memulai perjalanan berbahaya untuk menantang sang Raja Iblis dan kesepuluh jenderalnya, berbekal kecerdikan serta sistem sihir yang hanya sedikit orang yang bisa pahami.
Di sepanjang petualangannya, Halim akan bertemu dengan berbagai ras, menghadapi rintangan aneh yang menguji logikanya, dan terlibat dalam situasi absurd yang membuatnya bertanya-tanya apakah ia benar-benar sedang menjalankan misi penyelamatan dunia atau justru menjadi bagian dari kekacauan itu sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ILBERGA214, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9: Langkah Menuju Takdir
Halim berdiri di depan altar, masih memegang batu hitam yang berkilau di tangannya. Cahaya yang keluar dari batu itu berpendar, memberi nuansa suram di dalam kuil kuno ini. Namun, meskipun energi yang terhubung dengannya begitu kuat, Halim merasakan ada ketenangan energi yang aneh di dalam hatinya.
Aku harus tetap tenang, pikirnya. Ini bukan hanya tentang kekuatan. Ini adalah ujian.
Setiap langkah yang ia ambil seolah menggema namun dengan suara yang hampa, tetapi jelas terasa. Batu hitam itu memancarkan cahaya yang semakin terang, seolah mengajak Halim untuk menyelami lebih dalam kekuatan yang selama ini ia kejar. Namun, dalam hati kecilnya, ia tahu bahwa ini lebih dari sekadar menaklukkan kekuatan, ini adalah pilihan yang akan menentukan nasib dunia.
Elyra yang berdiri di belakang Halim menyaksikan dengan cemas. Ia tahu betul apa yang sedang dipertaruhkan. Selama ini, mereka telah bertemu banyak musuh, tetapi yang satu ini berbeda. Kekuatan yang sedang diperoleh Halim bukanlah sesuatu yang bisa dianggap remeh. Batu hitam itu tidak hanya memberi tambahan kekuatan fisik, tetapi juga mengundang godaan nafsu yang sangat besar untuk menguasai, untuk menjadi lebih kuat.
..."Halim,"...
Elyra akhirnya membuka mulutnya, suara lembut namun penuh peringatan.
..."Ingatlah, kekuatan yang kamu terima ini tidak hanya untuk mengalahkan musuh, tetapi untuk melindungi dunia. Jangan sampai dirimu terjerat oleh godaan itu."...
Halim menoleh ke arah Elyra, dan ada rasa terima kasih dalam tatapannya. Ia mengangguk pelan, menyadari betapa pentingnya kata-kata Elyra. Ia berfokus pada penguasaan kekuatan, tetapi semakin ia merenungkan perjalanan ini, semakin ia menyadari bahwa itu tentang menjaga kedamaian dunia dan orang disekitar nya.
..."Aku tahu,"...
...Jawab Halim, suaranya penuh keyakinan. "Aku tidak akan lupa pada tujuanku. Dunia ini terlalu penting untuk dibiarkan jatuh ke tangan yang salah."...
Dengan tegas berkata, Halim memegang batu hitam itu lebih erat, merasakan getaran energi yang semakin kuat.
..."Ini adalah takdirku"...
Namun, meskipun ada keteguhan dalam dirinya, ia juga menyadari bahwa jalannya tidak akan mudah.
Bukan hanya musuh yang harus dihadapi, pikirnya. Tapi juga bagian dari dirinya yang harus diatasi.
Halim menatap ke depan, matanya kini berfokus pada simbol-simbol kuno yang mengelilingi altar. Dalam pandangannya, simbol-simbol itu tidak hanya berupa gambar. Setiap tanda, setiap ukiran, merupakan bagian dari takdir yang akan ia jalani.
Di luar sana, dunia sudah menunggu. Tidak ada yang tahu seberapa jauh pertempuran ini akan mengubah segalanya, tetapi Halim tahu bahwa setiap langkah yang ia ambil adalah bagian dari pertempuran yang lebih besar. Kekuatan yang ada padanya bukan hanya untuk dirinya sendiri. Itu adalah alat untuk melindungi banyak jiwa, untuk menjaga kedamaian, meskipun harga yang harus dibayar adalah nyawa nya sendiri.
..."Akan aku coba," kata Halim pada dirinya sendiri, hampir seperti berbisik. "Memimpin dunia ini menuju harapan."...
Seiring dengan kata-kata itu, Halim merasa energi di sekitar altar semakin intens. Batu hitam itu menyala dengan lebih terang, dan dalam kilauannya, ia bisa melihat gambaran-gambaran yang memantul di dalam pikirannya gambaran masa depan yang bisa ia bangun, atau kehancuran yang bisa terjadi jika ia gagal.
Elyra berdiri di sampingnya, mendalam merenung.
..."Halim," ia berkata, suaranya tegas namun penuh perhatian....
..."Kekuatan ini akan mengubahmu, kamu tahu itu, bukan?"...
...Halim hanya tersenyum kecil. "Aku sudah siap."...
Tetapi, meskipun ada keyakinan dalam dirinya. Kekuatan ini tidak hanya akan menguji tubuhnya, tetapi juga jiwanya. Disamping batu hitam itu memberikan energi, ia juga menguji kesadaran tubuh penggunanya. Tidak ada yang tahu seberapa lama kekuatan itu akan bertahan tanpa mempengaruhi dirinya.
Namun Halim, dengan tekad yang semakin kuat, tahu bahwa ia harus melangkah maju. Kekuatan yang ada padanya bukan untuk dimiliki selamanya, tetapi untuk digunakan sebaik-baiknya. Ia tidak akan jatuh dalam godaan kekuasaan.
..."Langkah ini akan menentukan segalanya," pikirnya. "Tetapi aku tidak akan mundur."...
Dengan keputusan yang mantap, Halim memejamkan mata, dan pada saat itu, cahaya dari batu hitam melesat lebih terang, menembus langit-langit kuil. Sebuah perasaan aneh menyelimuti dirinya.
Halim merasakan seluruh tubuhnya dibanjiri oleh kekuatan luar biasa, batu itu kemudian merasuk kedalam diri Halim menjadi satu. Ketika ia membuka matanya, ada ketenangan yang lebih dalam, Halim menghela nafas lega.
..."Halim, dunia ini akan mengingatmu, tak peduli apapun yang terjadi," kata Elyra dengan suara yang lebih rendah, penuh dengan harapan....
..."Tetapi ingatlah, takdir bukanlah sesuatu yang bisa kita pilih dengan mudah tanpa perhitungan."...
Halim menatap Elyra, dan dalam tatapannya, ada rasa terima kasih yang mendalam. "Aku tahu, Elyra. Aku tidak akan lupakan itu."
Dengan langkah pasti, Halim melangkah keluar dari kuil. Dunia di luar sana menunggunya, dan meskipun ia tahu banyak hal belum selesai, ia juga tahu satu hal: jalan ini, dengan segala tantangannya, adalah jalan yang ia pilih.
Dan dengan itu, petualangan Halim dimulai.
sekarang semakin banyak yang mengedit dengan chat GPT tanpa revisi membuat tulisan kurang hidup. saya tahu karena saya juga pakai 2 jam sehari untuk belajar menulis. Saya sangat afal dengan pola tulisan AI yang sering pakai majas-majas 'seolah' di akhir kalimat secara berlebihan dengan struktur khas yang rapih.
ya saya harap bisa diedit agar lebih natural.
Udah baca eps 1 ini, ceritanya lumayan menarik. Kapan² gue kesini lagi ya kalau ada waktu, Semangat.