Elara tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah dirinya sadarkan diri. Tubuhnya yang terasa remuk dengan pakaian yang sudah berceceran di lantai.
"Apa yang terjadi padaku?"
Elara ingin sekali menyangkal apa yang terjadi pada dirinya, tapi keadaannya yang sudah menjelaskan semua apa yang tengah dia alami meskipun tidak tahu siapa yang tega melakukanya. Malam itu dunia Elara hancur saat kesuciannya di rampas oleh orang yang tidak dia tahu sama sekali.
Setelah lama dalama kesulitan bersama buah hatinya, tiba-tiba seseorang yang tidak dia kenal datang dan membuat kehidupannya berubah.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melihat bayi
"Noah, kau dari mana saja? kenapa tidak pulang? kau sengaja membuatku malu!'
Berlin langsung menyerang dengan pertanyaan pada Noah, padahal pria itu baru saja masuk kedalam rumah dan langsung di sambut dengan wajah Berlin yang kesal.
"Aku bukan anak kecil yang harus ijin kemana aku pergi!" Balas Noah dengan ketus, bahkan pria itu tidak melihat wajah Berlin sama sekali. Noah berjalan lurus menuju lift untuk menuju kamarnya.
"Kau keterlaluan Noah, kau sengaja mempermalukan ku di depan keluarga Harmon, kau benar-benar anak tidak tahu diri!!" Maki Berlin yang menjadi-jadi, Berlin melupakan kekesalannya yang bersarang di dadanya sejak kejadian semalam. Dan melihat Noah pulang kesempatan Berlin untuk melampiaskan.
Noah tidak menghiraukan kekesalan Berlin, pria itu masuk kedalam life dan sibuk dengan ponselnya tanpa peduli Berlin yang masih mengoceh tidak jelas.
Sampainya di kamar Noah menerima laporan dari anak buahnya jika wanita bernama Delana datang menjenguk Elara. Noah meninggalkan dua bodyguard untuk menjaga Elara dirumah sakit, walaupun tidak ada yang harus di waspadai tapi Noah sendiri lebih waspada pada Elara, takut jika wanita itu tiba-tiba kabur dan membawa bayi itu.
Noah harus menunggu hasil DNA, dan besok hasilnya baru akan keluar, dan entah kenapa Noah berharap bayi itu adalah darah dagingnya.
Saat melihat bayi itu lahir membuat dada Noah berdebar, ada rasa bahagia dan juga sedih melihat keadaan bayi yang menyedihkan itu.
Masuk kedalam kamar mandi Noah memilih untuk membersihkan diri dibawah guyuran air shower, air dingin yang mengalir membuat kepalanya yang tadi sempat panas kini mereda, Noah masih terbayang dengan apa yang ia lakukan bersama Elara, di mana rudalnya yang langsung reaksi saat mereka berciuman.
"Kenapa harus Elara," Gumam Noah mengingat Elara adalah gadis biasa tanpa ada yang bisa membuat dirinya tertarik. Banyak jenis wanita yang sudah Noah jelajahi, tapi setelah bertemu Elara Noah seperti merasakan separuh jiwanya mati.
*
*
Elara sedang makan setelah perawat mengantarkan makan, begitu juga dengan Delana yang ikut makan. Mungkin karena kamar paling bagus dirumah sakit itu makanya Delana juga mendapatkan makanan, pikir mereka. Padahal yang sebenarnya Noah sudah menyuruh anak buahnya untuk memberikan makanan pada Delana juga, dan di antar bersama dengan makanan Elara.
"Bibik, setelah ini aku ingin melihat bayiku," Lirih Elara sambil menyuapkan nasi kedalam mulutnya.
Sejak melahirkan dirinya belum melihat buah hatinya, rasanya begitu sesak dan juga kahawatir.
"Selesaikan dulu makan mu, dan minum obat. Nanti aku akan mengantar mu," ucap Delena.
Elara dengan cepat menyelesaikan makanannya tanpa menunggu lama.
Setelah keduanya selesai, Delana memanggil perawat untuk meminta kursi roda, tapi Elara kekeh ingin berjalan tidak mau pakai kursi roda karena merasa dirinya baik-baik saja, bekas luka operasi pun sudah tidak sakit lagi. Karena Noah meminta keduanya mendapatkan perawatan yang terbaik dan semua yang Noah lakukan Elara tidak tahu.
Saat sampai di ruangan khusus bayi, Delana menujuk sebuah tabung yang berisikan bayi dengan alat-alat medis yang menempel ditubuh bayi itu, sedangkan Elara hanya bisa menatap bayinya lewat kaca besar yang ada disana, Elara tidak bisa masuk dan melihat bayinya lebih dekat karena memang si bayi sedang mendapat perawatan intensif.
"Maafkan ibu nak," Gumam Elara dengan tatapan sendu dan penuh kesedihan.
Di sana pasti bayinya sedang kesakitan, antara bertahan atau tidak, melihat itu hati Elara begitu hancur.
"Bertahanlah demi ibu nak, hanya kamu yang ibu miliki." Jemari Elara menyentuh kaca, seolah sedang menyentuh wajah bayi kecil yang terlihat kulitnya keriput itu.
Sedangkan Delana hanya bisa mendoakan yang terbaik untuk keduanya, dirinya tidak akan meminta hal lain.
"Tuhan selalu melindungi kalian dengan limpahan kebahagiaan."